Susi sebut G20 rugikan RI, Sofyan Djalil bilang kehormatan
"G20 itu kehormatan, kita diakui sebagai ekonomi besar dunia," tegas Sofyan di Istana Negara, Senin (17/11).
Pekan lalu, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti menyatakan, masuknya Indonesia dalam forum 20 negara perekonomian terbesar dunia atau forum G20 tidak ada manfaatnya. Susi justru melihat kerugian yang harus diterima Indonesia. Kerugian itu harus dialami di sektor kelautan.
Menteri Koordinator bidang Perekonomian Sofyan Djalil justru punya pandangan berbeda. Sofyan justru melihat, derajat Indonesia terangkat sejak masuk dalam G20.
-
Sejak kapan Soto Podjok Kediri eksis? Terdapat tempat nyoto legendaris di Kota Kediri, Jawa Timur. Kabarnya, warung ini sudah eksis sejak 1926 silam.
-
Siapa Lettu Soejitno? Lettu R.M. Soejitno Koesoemobroto lahir di Tuban pada 4 November 1925. Ia merupakan putra R. M. A. A. Koesoemobroto, bupati Tuban ke-37. Semasa hidupnya, ia mengalami tiga zaman yaitu zaman penjajahan Belanda, Jepang, dan Kemerdekaan RI.
-
Apa yang menjadi rahasia kelezatan Soto Podjok Kediri? Adapun kunci utama kelezatan soto tersebut terletak pada bumbunya yang dibuat secara unik. Rukmini menciptakan bumbu rahasia dari campuran rempah yang dihaluskan dan disatukan lalu didiamkan selama enam bulan. Dalam bumbu yang didiamkan lama, cita rasa rempahnya akan bertambah lezat.
-
Kapan Kurniawan Dwi Yulianto lahir? Kelahiran Kurniawan Dwi Yulianto 13 Juli 1976
-
Kapan Soeharto hampir diracun? Di Blitar Selatan, TNI juga menggelar Operasi Trisula. Saat Itulah, Soeharto Mengaku Sempat Mau Dibunuh Dengan Racun Tikus
-
Apa perjuangan Lettu Soejitno? Ia tewas sesaat setelah melakukan serangan kepada tentara penjajah Mengutip situs resmi Desa Tumbrasanom Kabupaten Bojonegoro, Lettu Soejitno mengikuti perkembangan organisasi angkatan darat mulai dari BKR, TKR, TRI, hingga ABRI.
"G20 itu kehormatan, kita diakui sebagai ekonomi besar dunia," tegas Sofyan di Istana Negara, Senin (17/11).
Karena itu, Sofyan meluruskan pernyataan Menteri Susi. Dia memahami bahwa Susi fokus pada sektor kelautan yang disebut-sebut justru dirugikan dengan masuknya Indonesia di forum G20. Sesungguhnya, kata dia, kerugian berupa pengenaan pajak ekspor ikan sebesar 15 persen ke negara tertentu, bisa dibicarakan secara bilateral.
"Sebenarnya Bu Susi ada poinnya, tapi kan forumnya bukan di situ. Bu susi kan concern karena ekspor kita ke negara-negara itu kena pajak, ini harus bicara bilateral dan forum G20 tidak membahas masalah tersebut," jelasnya.
Mantan menteri BUMN ini berjanji, persoalan kerugian di sektor kelautan akan dibahas secara bilateral.
"Sektor perikanan banyak mempekerjakan rakyat butuh kerja, nelayan kecil, ini tentu dalam rangka kita memerangi kemiskinan meningkatkan pendapatan masyarakat tentu kita harus bicara dengan negara yang bersangkutan," ucapnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti melihat kerugian yang harus diterima Indonesia setelah masuk di forum G20. Kerugian itu harus dialami di sektor kelautan. Semisal, nilai ekspor Tuna Indonesia mencapai USD 700 juta. Gara-gara G20, Indonesia tidak dapat kemudahan zero persen tarif dan harus membayar tarif 14 persen dengan nilai USD 105 juta.
"Masuk G20 tidak ada untungnya untuk kelautan kita. Karena ini kita jadi kena impor tarif. Padahal nilai udang kita saja mencapai miliaran dolar Amerika. Kemudian ada impor tarif beberapa, tidak ada untungnya dibantu G20," ucap Susi dalam dialog bersama pengusaha di KKP, Jakarta, Selasa (11/10).
Susi menyindir pemerintahan SBY yang membanggakan kinerja pemerintah berhasil membawa Indonesia masuk G20. Menurut Susi, Indonesia tidak perlu gengsi dan sombong karena berada dalam organisasi G20. Apalagi Indonesia hanya jadi negara penggembira dan tidak memiliki pengaruh kuat. Bahkan keputusan mereka cenderung merugikan Indonesia.
"Kita tidak perlu sombong. Kalau duit hilang buat apa. Kita di G20 tidak bisa kasih keputusan apa-apa karena kita bukan negara G8. Kita pengikut penggembira saja," tegasnya.
Dalam pandangannya, dengan keluar dari organisasi G20 justru membuat Indonesia lebih mandiri dan berdaulat serta berdiri di kaki sendiri seperti visi Presiden Joko Widodo.
"Kita semua orang dagang dan mau bisnis. Lobi diplomatik bukan kita, lobi kita perdagangan. Kalau kita keluar dari G20 maka negara untung USD 300-500 juta. Just get out dari G20. Tidak perlu gengsi pak, saya tidak perlu prestis," tutupnya.
(mdk/noe)