Tak Mau Jadi PNS, Suami Istri Ini Malah Nekat Bikin Usaha Fesyen dan Hasilnya di Luar Perkiraan
Mereka berhasil membanggakan kesuksesan mereka sebagai pemilik usaha fesyen yang sukses di Lamongan, Jawa Timur.
Mereka adalah lulusan perguruan tinggi yang memilih jalur berbeda dari kebanyakan orang. Mereka lebih memilih untuk membuka usaha dari pada menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Tak Mau Jadi PNS, Suami Istri Ini Malah Nekat Bikin Usaha Fesyen dan Hasilnya di Luar Perkiraan
Tak Mau Jadi PNS, Suami Istri Ini Malah Nekat Bikin Usaha Fesyen dan Hasilnya di Luar Perkiraan
- Bangun Usaha Kayu dari Garasi Rumah, Wanita Ini Raih Omzet Hingga Rp200 Juta per Bulan
- Hanya Lulusan SMP dan Dua Kali Tidak Naik Kelas, Tak Disangka Pria Ini Sukses Jadi Pendiri Bisnis Waralaba Mendunia
- Mahasiswa Nekat Bikin Usaha Jamur, Modal Rp100.00 Kini Raup Omzet Rp40 Juta Sekali Panen
- Istri Nekat Bikin Usaha saat Suami di-PHK, Modal Rp50.000 dan Kini Punya 14 Karyawan dengan Omzet Rp150 Juta
Lukman dan Wiwin, sepasang suami istri yang tak kenal lelah dalam mengejar impian mereka. Mereka percaya, dengan tekat dan kerja keras, segala hal yang diinginkan bisa tercapai.
Mereka adalah lulusan perguruan tinggi yang memilih jalur berbeda dari kebanyakan orang. Mereka lebih memilih untuk membuka usaha dari pada menjadi pegawai negeri sipil (PNS).
Kini, mereka berhasil membanggakan kesuksesan mereka sebagai pemilik usaha fesyen yang sukses di Lamongan, Jawa Timur.
Dikutip dari video yang diunggah dalam Youtube Pecah Telur, perjalanan Silmi Fashion dimulai dari harapan Lukman yang menginginkan istrinya untuk bisa bekerja di rumah.
Usaha konveksi tersebut mereka rintis bersama tanpa adanya modal yang cukup dan minimnya bekal pengalaman dalam industri tersebut.
Wiwin yang dulunya bercita-cita menjadi guru tak mendapat restu dari kedua orang tua. Hingga akhirnya, dia dipilihkan oleh ibunya untuk berkuliah di bidang design.
Bekal itulah yang dia bawa pertama kali ketika bekerja sebagai desainer di sebuah perusahaan fesyen di Surabaya setelah lulus kuliah.
Namun ternyata dia tak hanya bekerja sebagai desainer, melainkan tim kreatif juga. Belum adanya media sosial yang booming, dia memanfaatkan media cetak seperti spanduk sebagai media promosi produk perusahaannya.
Hingga akhirnya, tiba di mana Wiwin diajak pindah oleh suaminya ke Lamongan dan harus resign dari pekerjaannya. Meskipun berat karena dia sudah senang dengan pekerjaannya, Wiwin tetap mengikuti keinginan suaminya. Hal tersebut dilakukannya karena taat kepada suami adalah hal utama baginya.
"Taat suami ternyata Allah memberikan jalannya jadi," kata Wiwin.
Setelah pindah, mereka mulai berpikir untuk usaha yang akan dijalankannya. Wiwin menyerahkan kepada suaminya untuk pemilihan nama brand usahanya.
Akhirnya ‘Silmi’ terpilih menjadi nama terbaik menurut mereka untuk brandnya. “Silmi itu saya jarang mendengar tapi kok enak ya di al-quran juga ada”, ungkap Wiwin.
Usaha ini mereka dirikan sejak Maret 2007. Awalnya mereka membuka konveksi berupa pesanan seragam custom. Hingga pada 2007 akhir mereka memutuskan untuk mulai memproduksi pakaian dan dijual di toko-toko.
Sebelum meraih masa jayanya, Wiwin dan suami pernah mengalami masa sulit untuk mempertahankan Silmi Fashion. Untuk menggaji penjahit-penjahit yang bekerja di sana dia harus meminjam uang salah satu karyawannya.
“Nggak bisa gaji itu saya pinjam uang salah satu karyawan saya cuma Rp800.000 pinjamnya karena mingguan gajinya,” ungkap Wiwin.
Mulai memikirkan marketing yang bagus untuk promosi brand pakaiannya, mereka memutuskan untuk membuat iklan melalui majalah. Mulai 2009 itulah, produknya sudah mulai iklan di majalah Ummi.
Silmi Fashion mengalami perkembangan yang begitu pesat karena produknya sesuai dengan tren Pasar. Selain itu, sistem keagenan yang tengah booming juga dimanfaatkan untuk menjangkau pelanggan yang lebih banyak lagi.
Tak hanya melihat keuntungan semata, Silmi Fashion juga dihadirkan untuk memberi manfaat bagi orang-orang. Di awal berdirinya Silmi telah mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi 23 orang di kampung tersebut.
Hari demi hari, dengan doa dan usaha yang tidak kenal lelah, mereka membuktikan bahwa dengan tekat dan kerja keras, segala hal yang diinginkan dapat tercapai.
Tekat dan kreativitas mereka membawa perubahan signifikan. Silmi berhasil memberikan manfaat untuk ratusan karyawan dan mitra penjahit yang bekerja sama dengan Silmi.
“Mudah-mudahan Silmi ini bisa menjadikan sumber kebaikan buat semakin luas manfaatnya,” kata Lukman.