Tekan Emisi Karbon, Holding Perkebunan Nusantara Perkuat Energi Baru Terbarukan
Guna mendukung program pemerintah dalam menekan emisi karbon, holding perkebunan Nusantara PT Perkebunan Nusantara III (Persero) melalui anak perusahaannya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V memaksimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan atau green energy.
Guna mendukung program pemerintah dalam menekan emisi karbon, holding perkebunan Nusantara PT Perkebunan Nusantara III (Persero) melalui anak perusahaannya, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) V memaksimalkan pemanfaatan energi baru terbarukan atau green energy.
Program reduksi emisi untuk mengurangi potensi gas rumah kaca tersebut dilaksanakan dalam satu siklus budidaya perkebunan mulai dari pengambilan raw material, proses produksi hingga pengelolaan limbah.
-
Apa yang sedang dibangun oleh PLN untuk memfasilitasi penggunaan energi terbarukan di Indonesia? PLN sendiri saat ini sedang membangun green enabling supergrid yang dilengkapi dengan smartgrid dan flexible generations. “Karena adanya ketidaksesuaian antara lokasi energi terbarukan yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan, serta jauh dari pusat demand yang berada di Jawa, maka kita rancang skenario Green Enabling Supergrid. Sehingga, potensi EBT yang tadinya tidak bisa kita manfaatkan, ke depan menjadi termanfaatkan. Selain itu, tentunya akan mampu membangkitkan kawasan dengan memunculkan episentrum ekonomi baru," jelas Darmawan.
-
Mengapa Pertamina mendapatkan apresiasi dari Menteri BUMN? Menteri BUMN Erick Thohir mengapresiasi PT Pertamina (Persero) atas kiprahnya dalam komunikasi dan keberlanjutan di Indonesia.
-
Kenapa PLN menerapkan strategi ARED untuk pengembangan energi baru terbarukan? Oleh karena itu, Darmawan mengatakan, PLN di bawah arahan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menyiapkan strategi Accelerated Renewable Energy Development (ARED) yang mampu meningkatkan kapasitas pembangkit energi baru terbarukan hingga 75% pada tahun 2040.
-
Bagaimana Pertamina ingin membangun energi berkelanjutan? Dalam mewujudkan NZE 2060, imbuh Nicke, strategi Pertamina yang paling utama adalah bagaimana kita membangun atau memiliki sustainable energy. Sustainable artinya adalah semua material dan bahan bakunya dimiliki Indonesia, suplainya harus ada dan kemudian kita memiliki kemampuan untuk mengolahnya menjadi energi yang lebih baik.
-
Bagaimana PLN mendukung transisi energi di Indonesia? Dalam 2 tahun terakhir, PLN telah menjalankan berbagai upaya transisi energi. Di antaranya adalah membatalkan rencana pembangunan 13,3 Gigawatt (GW) pembangkit batubara, mengganti 1,1 GW pembangkit batubara dengan EBT, serta menetapkan 51,6% penambahan pembangkit berbasis EBT.
-
Mengapa Pertamina Patra Niaga membangun tanki BBM dan LPG di Indonesia Timur? Apalagi kita tahu, Indonesia ini negara kepulauan dengan salah satu pola distribusi energi tersulit di dunia, jadi dengan adanya storage di lokasi-lokasi Indonesia Timur ini akan sangat berdampak terhadap ketersediaan bahan bakar bagi masyarakat.
"Sejalan dengan grand strategy perusahaan untuk menghasilkan produk sustainable plus palm oil yang mulai diimplementasikan sejak 2019, upaya dekarbonisasi menjadi salah satu program yang mengalami percepatan," kata Chief Executive Officer PTPN V Jatmiko K Santosa dalam keterangan tertulisnya, Senin (18/10).
PTPN V kini menjadi perusahaan perkebunan milik negara yang terbesar dalam pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) melalui pengelolaan pengelolaan limbah cair atau palm oil mill effluent atau POME. Hingga kini tercatat enam dari 12 pabrik kelapa sawit (PKS) PTPN V telah memiliki pembangkit biogas.
"Ini adalah salah satu bentuk komitmen kita untuk terus mendukung program pemerintah menuju net zero emissions," ujar Jatmiko.
Komitmen perusahaan tersebut juga mendapat dukungan dari pemegang saham. Direktur Utama Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero), M Abdul Ghani mengapresiasi program yang dijalankan anak perusahaannya tersebut. Ghani juga sempat meninjau project biogas cofiring PKS Sei Pagar dan PLTBg PKS Terantam, Kabupaten Kampar, awal Oktober lalu.
"Sebagai bentuk komitmen dari PTPN Group dalam pengembangan EBT (energi baru terbarukan) serta mendukung pencapaian target bauran EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025, kami wujudkan melalui pengembangan PLTBg dan program biogas co-firing di unit PKS PTPN Group termasuk di PTPN V," paparnya.
Ghani menambahkan bahwa pengembangan PLTBg memberikan manfaat besar bagi perusahaan. Mulai dari pengurangan emisi gas methane dan karbon, pengurangan konsumsi listrik berbasis fosil serta memaksimalkan pendapatan perusahaan.
PTPN V yang memproduksi Crude Palm Oil, Palm Kernel Oil dan Palm Kernel Meal itu mulai membangun pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBg) pertama di unit kebun PKS Tandun, Rokan Hulu, Provinsi Riau.
Pembangkit pertama di PTPN Grup tersebut mengkonversi limbah cair sawit atau POME menjadi listrik berkapasitas 1,6 MW. Selain menghemat biaya penggunaan bahan bakar fosil hingga Rp5,8 miliar per tahun, PLTBg tersebut juga turut menekan angka ambang batas rumah kaca mencapai 358,18 CO2eq atau jauh di bawah standar angka yang biasanya dimintakan oleh pembeli minyak sawit di 1.000 CO2eq.
Selanjutnya pembangkit kedua ada di PKS Terantam berkapasitas 0.7 MW hasil kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yang saat ini berada dibawah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Jatmiko kembali menjelaskan bahwa PLTBg Terantam mampu menekan biaya produksi hingga Rp2,4 miliar pertahun. Selain itu, PLTBg Terantam juga berkontribusi menekan angka gas rumah kaca sebesar 352,45 CO2Eq.
"Pada fasilitas PLTBG Terantam ini pula, telah dibangun pilot project Bio-methane Compressed Natural Gas/Bio-CNG yang mampu memurnikan methane sehingga hasilnya cocok untuk kendaraan ataupun gas rumah tangga," tutur Jatmiko.
Setelah PKS Tandun dan Terantam, pada tahun ini, PTPN V juga akan segera mengoperasikan empat pembangkit biogas co-firing yang ada di PKS Sei Pagar Kabupaten Kampar, PKS Lubuk Dalam Kabupaten Siak, PKS Tapung Kabupaten Kampar dan PKS Sei Rokan di Kabupaten Rokan Hulu. Berbeda dengan PLTBg di Tandun dan Terantam, Biogas Cofiring menjadi energi pengganti cangkang pada boiler pabrik.
Jatmiko memaparkan bahwa jika berbicara dekarbonisasi dan angka ambang batas gas rumah kaca, maka terdapat delapan PKS PTPN V yang telah bersertifikat International Sustainability & Carbon Certification yang telah diukur dan terdokumentasi memiliki ambang batas gas rumah kaca jauh di bawah kadar normal. Selain Tandun dan Terantam, 6 PKS yang ada di Sei Rokan Kabupaten Rokan Hulu, Tanjung Medan di Kabupaten Rokan Hilir, PKS Tapung di Kabupaten Kampar, PKS Sei Intan di Kabupaten Rokan Hulu, dan Lubuk Dalam Kabupaten Siak memiliki ambang batas di bawah standar yang ditetapkan.
"Alhamdulillah seluruhnya dibawah ambang batas 1.000 CO2Eq, yang biasanya menjadi ambang bagi pelanggan-pelanggan yang sangat concern terhadap perubahan iklim dan dekarbonisasi," terangnya.
Ditambahkan Jatmiko, di samping sertifikasi ISCC, PTPN V juga telah menerapkan Indonesian Sustainble Palm Oil/ISPO dan Roundtable Sustainable Palm Oil/RSPO. "Seluruh pabrik kita sudah 100 persen memperoleh Indonesian Sustainable Palm Oil. Untuk RSPO, 70 persen. Insya Allah tahun depan RSPO dan ISCC 100 persen," ujarnya.
Namun begitu, bagi Jatmiko sertifikasi hanyalah wujud pengakuan atas semangat dekarbosinasi yang diterapkan di lingkungan perusahaan. "Sertifikasi artinya kita diakui. Dan pengakuan itu muncul tidak hanya atas Biogas yang dibangun. Lebih luas lagi, mulai dari budidaya, peremajaan perkebunan, produksi, dan manajemen limbah, menjadi satu siklus kita untuk dapat menjalankan perkebunan yang lestari," tegasnya.
Dia mencontohkan, sejak pembersihan lahan hingga penanaman, PTPN V mengutamakan zero burning. Alhasil, perusahaan pelat merah itu menjadi perusahaan perkebunan yang berhasil mempertahankan arealnya bebas dari kebakaran hutan dan lahan sejak berdiri pada 1996. Kemudian pada proses produksi, perusahaan juga mengusung upaya-upaya pengurangan penggunaan pupuk anorganik berkat program precision farming.
Ke depannya perusahaan menargetkan untuk dapat mengoptimalisasi pemanfaatan jaringan PLN bagi perumahan karyawan di kawasan terpencil yang selama ini banyak menggunakan genset berbahan bakar fosil. Kemudian, melaksanakan moratorium perluasan areal di lahan gambut serta manajemen air tata kelola lahan gambut, serta memanfaatkan Bio CNG truk TBS serta mensubstitusi pupuk anorganik melalui pupuk organik, dan juga bersiap melaksanakan pengukuran life cycle assesment (LCA) melalui pendekatan ISO guna mengukur dampak lingkungan yang diakibatkan oleh produk atau aktivitas.
"Next di 2022, Kita akan sertifikasi ISO 14000, ISO 14040 yang fokus mengukur LCA kita. Dekarbonisasi bukan sekedar wujud pemenuhan kebutuhan pelanggan, tapi merupakan kebutuhan perusahaan agar terus tumbuh berkelanjutan, menjadi perkebunan negara yang berwawasan lingkungan dan terdepan," paparnya.
Baca juga:
Jalankan Arahan Erick Thohir, Intip Strategi Anti Suap Diterapkan Holding PTPN III
Dukung Target Bauran Energi, Holding PTPN Produksi Listrik EBT 318 MW
Dirut Holding Perkebunan Nusantara Ingin Nasionalisasi Pola Kemitraan PTPN V
Menteri Erick: Kita Kejar Siapapun yang Merugikan
Tak Mau Tergantung Impor, Ini Strategi Holding PTPN Kerek Produksi Gula Nasional
Kantongi Sertifikat ISCC & RSPO, PTPN V Raup Rp168 Miliar dari Penjualan CPO Premium