Tekan keterlambatan, KAI kucurkan Rp 3 T perbarui persinyalan
Sistem persinyalan kereta Indonesia saat ini sudah berusia 25 tahun.
Keterlambatan menjadi pemandangan umum para pengguna kereta. Salah satu masalahnya ialah gangguan sinyal pada kereta komuter line atau KRL.
Sistem persinyalan kereta Indonesia saat ini sudah berusia 25 tahun maka perlu segera dilakukan revitalisasi. Untuk itu PT Kereta Api Indonesia (KAI) telah menyiapkan anggaran mencapai Rp 3 triliun buat peremajaan.
"Kita anggarkan sekitar Rp 2-3 triliun dari keuangan sendiri," ujar Dirut PT KAI, Ignasius Jonan, saat ditemui di Jakarta, Rabu (5/3).
Jonan mengklaim gangguan sinyal tersebut sudah mulai terus menurun frekuensinya. Namun, gangguan tersebut tidak serta merta hilang 100 persen.
"Gangguan sinyal tidak bisa hilang sama sekali, kecuali kalau persinyalannya diganti baru," katanya.
Dia mengatakan bahwa proses perbaikan sinyal dilakukan secara bertahap. Ditargetkan dalam waktu tiga tahun perbaikan tersebut selesai.
"Dalam waktu tiga tahun (selesai). Targetnya begitu mengurangi gangguan sinyal. Sinyalnya, kan, sudah tua. Sudah 20 tahun. Mungkin sinyalnya lebih tua daripada kamu (kepada wartawan)," jelasnya.
Sebelumnya, VP Public Relation KAI, Sugeng Priyono, mengatakan bahwa peremajaan sistem persinyalan kereta adalah hal yang harus segera dilakukan. Tapi, dalam peremajaan sistem tersebut, operasional KRL tidak boleh berhenti.
Dia pun mencontohkan tahapan pelaksanaan yang dikerjakan salah satunya adalah mengganti beberapa komponen dan modul vital persinyalan.
"Misalnya, penggantian motor wesel yang berjalan tahun ini termasuk modul electronic control," kata dia.