Terjerat Utang Rp2,4 Miliar, Polisi Muda Ini Akhirnya Sukses Bisnis Sandal Terapkan Bisnis Syariah
Beni memberanikan diri memproduksi kembali brand pribadi mereka, yaitu Boloni yang sebelumnya sudah ada.
Dia pernah rugi dan terjerat utang Rp2,4 miliar sampai nasib ratusan karyawan di ujung tanduk.
Terjerat Utang Rp2,4 Miliar, Polisi Muda Ini Akhirnya Sukses Bisnis Sandal Terapkan Bisnis Syariah
Terjerat Utang Rp2,4 Miliar, Polisi Muda Ini Akhirnya Sukses Bisnis Sandal Terapkan Bisnis Syariah
- Kisah Bripka Beny Erik Punya Usaha Sampingan buat Tambah Cuan, Jualan Sandal 'Boloni' Kini Laku Keras
- Wanita Cantik Ini Dulunya Pembantu Gaji Rp20.000 per Hari, Kini Sukses Berbisnis dan Raup Rp100 Juta Pertama di Usia 21 Tahun
- Wanita Muda Ini Sukses Bisnis Daster, Modal Rp500.000 Kini Raup Omzet Rp130 Juta per Bulan
- Pemuda 20 Tahun Ini Tak Kenal Gengsi, Lulus SMA Langsung Terjun Bisnis Bawang Goreng dan Kini Tinggal Menikmati Hasil
Pengalaman seorang polisi, Beni Erik Irwanda, yang juga menjalankan bisnis sandal dengan merek ‘Boloni’ menarik untuk dibahas.
Dia pernah rugi dan terjerat utang Rp2,4 miliar sampai nasib ratusan karyawan di ujung tanduk. Namun demikian, Beni Erik Irwanda berhasil bangkit dengan sistem baru yang diterapkan.
Dalam wawancara yang diunggah dalam akun YouTube Pecah Telur, Beni Erik Irwanda merupakan seorang polisi yang gigih dalam berwirausaha.
Berawal dari ketertarikan Beni pada pabrik sandal milik pamannya yang hanya memproduksi pesanan dari berbagai merk, tanpa ada marketing atau penjualan.
Beni melihat ada peluang besar di sana dan meyakinkan pamannya untuk mencoba mendistribusikan produknya. Awalnya, Beni Erik menjual produk sandal reject yang masih berkualitas, sisa produksi dari pesanan sebuah merk.
Mereka mulai menjual sandal reject pada keluarga, teman-teman dan tetangga.
Tanpa disangka, itu memberikan respons bagus. Semua barang terjual habis, dan perlahan mulai banyak yang mau ikut menjualkan.
Seiring berjalannya waktu, Beni memberanikan diri memproduksi kembali brand pribadi mereka, yaitu Boloni yang sebelumnya sudah ada. Sandal Boloni adalah sandal modifikasi dari brand ori yang dijual dengan harga yang terjangkau.
Umumnya, produk murah seringkali dikaitkan dengan produk dari China. Namun untuk Boloni, meski harganya murah, dia memiliki daya tarik tersendiri untuk menjadi populer.
"(Boloni) Modifikasi sendal tapi lebih bagus dari orinya," ucap Beni.
Ujian mulai datang di tengah usahanya memproduksi brand sendiri. Banyak mitra yang tadinya produksi di pabrik paman, akhirnya mundur dari pabrik pamannya karena takut menjadi kompetitor.
Dari situlah, Beni mulai mengalami masa-masa sulit, produktivitas pabrik menurun, dan ratusan karyawan terancam kena PHK. Beni yang diminta bertanggungjawab atas hal tersebut.
Sebagai orang yang punya niat sungguh-sungguh dalam berwirausaha, Beni mencari cara agar produsi tetap berada di cakupan besar dan sandal yang sudah menumpuk di gudang dapat terjual.
Beni memulai mendistribusikan Sandal Boloni dengan sistem agen, siapapun yang dapat menjual sandal tanpa modal.
Setelah 2 tahun berjalan, Brand Boloni mulai naik. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, karena banyak yang tidak jujur dan amanah.
Lalu Beni beralih ke sistem grosir untuk menaikan omzet, tapi ternyata brandnya di pertanyakan. Sebab, brand lamapun belum tentu terjual. Perlahan Boloni mulai naik daun, brandnya terkenal keluar dan punya customer tetap.
Pada 2019 pabrik mengubah sistem keuangannya, saat itu Beni terkena audit keuangan yang rugi Rp2,4 miliar. Setiap bulannya Beni harus menyicil utang ke pabrik dari pendapatan pribadinya.
Meskipun banyak hambatan, omzet Boloni perlahan bisa naik dari bulan ke bulan. Beni selalu mencari solusi agar produksi tetap besar dan berhasil dengan distribusi keagenan.
Perlahan tapi pasti, Beni belajar dari pengusaha muslim dengan sistem syariah. Dia menarik investor melalui kejujuran dan keterbukaan dengan apa yang dia jalankan.
"Saya cerita apa adanya, bahwasannya saya saat ini enggak ada profit, tapi ini usaha saya jalan." Jelas Beni.
Dengan profesinya sebagai polisi, membuat Beni lebih dipercaya oleh investor. Namun, dengan investor Beni juga mengatakan banyak plus dan minusnya. Beni pernah nombok untuk mencover investor disaat profit tersebut sedang menurun.
Beni mengatakan pentingnya peran seorang mentor atau guru dalam bisnis, karena mentor tidak mungkin memberikan kerugian. Mentor mengajarkan tentang untung-rugi berdasarkan pengalamannya.
Sebagai polisi yang memiliki bisnis, Beni juga mengatakan bahwa bisnisnya membantu menciptakan lapangan pekerjaan dan memberikan bantuan kepada masyarakat.
Bisnisnya juga memberikan dampak positif pada citra polisi yang selama ini kurang baik dihadapan masyarakat.
Beni mengatakan dalam bisnis, sistemnyalah yang berjalan, sistem yang berjalan dari nol dan bertahan hingga saat ini.
Ditambah ada regulasi yang polisi yang tidak boleh memiliki bisnis. Namun, munculnya undang-undang baru yang memperbolehkan dengan catatan tertentu. Ini juga sebuah tantangan besar untuknya.
Kegigihannya yang membawa Beni kini menjadi pebisnis yang handal hingga memiliki banyak distributor diberbagai daerah.
Beni menekankan pentingnya berbagi kesuksesan dan ilmu dengan orang lain. Beni juga mengingatkan pentingnya zakat atau berbagi harta yang dimiliki dalam menjaga keberlangsungan bisnis dan memberikan manfaat kepada orang-orang yang terlibat.