Ternyata, Ini Penyebab Peternak Sapi Buang Susu
Kondisi ini diperparah dengan para pelaku industri pengolahan susu (IPS) yang mengimpor bukan dalam bentuk susu segar.
Menteri Koperasi, Budi Arie Setiadi angkat bicara terkait Peternak sapi perah di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah yang nekat membuang susu hasil panennya, Sabtu (9/11). Aksi tersebut dilakukan karena perusahaan membatasi pasokan susu sapi dari peternak local.
Budi mengungkapkan hal itu dikarenakan negara pengekspor susu seperti Selandia Baru dan Australia memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas dengan Indonesia, yang menghapuskan bea masuk pada produk susu.
- Pengusaha Harus Lakukan Ini Terlebih Dahulu, Sebelum Bisa Impor Susu
- Imbas Protes Peternak Sapi, Pemerintah Wajibkan Industri Serap Produksi Susu Dalam Negeri
- Aksi Peternak Sapi Perah di Boyolali Buang dan Mandi 50 Ton Susu, Protes Produk Sulit Dijual
- Produksi Susu Ikan Berpotensi Serap 195.796 Tenaga Kerja Baru
Sehingga membuat harga produk mereka setidaknya 5 persen lebih rendah dibandingkan dengan harga pengekspor produk susu global lainnya. Ia menilai kedekatan mereka dengan Indonesia juga membuat harga produk susu mereka sangat kompetitif.
"Karena itu, ini yang harus kita lakukan langkah-langkah untuk peninjauan beberapa permasalahan dan regulasi yang ada," kata Budi dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (11/11).
Berdasarkan data pemerintah, konsumsi susu nasional pada tahun 2022 dan 2023 masing-masing sebesar 4,4 Juta Ton dan 4.6 Juta Ton.
Sedangkan data perdagangan eksisting (USDA, 2023) konsumsi susu nasional tahun 2022 dan 2023 sebesar 4,44 juta ton dan 3,7 juta ton. Sementara produksi susu sapi nasional hanya sebesar 837.223 ton atau 20 persen, dan 80 persen sisanya impor.
Jumlah Produksi Susu Dalam Negeri
Dia menyatakan kondisi ini diperparah dengan para pelaku industri pengolahan susu (IPS) yang mengimpor bukan dalam bentuk susu segar, melainkan berupa susu bubuk. Di mana, saat ini harga susu segar di peternak sapi hanya Rp7.000 per liter, padahal harga keekonomian yang ideal adalah Rp9.000 per liter.
"Hal ini membuat para peternak sapi di Indonesia mengalami kerugian di mana harga susu segar menjadi lebih murah. Padahal susu skin secara kualitas jauh di bawah susu sapi segar karena sudah melalui berbagai macam proses pemanasan, ultraproses dan sebagainya," tegasnya.
Produsen susu nasional sebanyak 59 koperasi produsen susu (GKSI). Jumlah populasi sapi 2023 pada koperasi produsen susu sebanyak 227.615 ekor dan pada peternakan sapi modern sebanyak 32.000 ekor.
Produksi susu tahunan 2023 yang dihasilkan koperasi produsen susu sebesar 407.000ton atau 71 persen dan yang dihasilkan peternakan modern sebesar 164.000 ton 29 persen. Total sebesar 571.000 ton.
"Secara kuantitas dan kualitas, rata-rata produksi harian susu pada koperasi produksian susu sebesar 8-12 liter per ekor sedangkan pada peternakan sapi perak modern produksi hariannya minimal 25 liter per ekor," terang Menkop.
Ia menyebut populasi sapi perah sebanyak 99 persen berada di pulau jawa, hanya ada 1 peternakan sapi perah dengan populasi 4.000 ekor di sumatera utara milik anak perusahaan salah satu IPS besar di Indonesia. Dan di Sulawesi selatan terdapat 1.000 ekor sapi perah.