Tikung New York, Beijing kota dengan biliuner terbanyak di dunia
Unggul lima dari Big Apple yang memiliki 95 biliuner.
Beijing disebut sebagai kota dengan biliuner terbanyak di dunia. Ibu kota China itu berhasil merebut predikat tersebut dari New York.
Ini lantaran jumlah biliuiner baru di Beijing bertambah menjadi 32 orang. Sehingga, salah satu kota terpadat di dunia itu total memiliki 100 biliuner.
-
Apa yang menyebabkan New York terancam tenggelam? Para peneliti memperingatkan New York City di Amerika Serikat terancam tenggelam karena beratnya beban gedung-gedung yang dibangun di kota metropolitan itu. Namun, ada juga alasan lain mengapa kota itu bakal tenggelam, salah satunya karena bumi terus bergeser setelah akhir zaman es terakhir lebih dari 10.000 tahun lalu.
-
Siapa yang sedang berada di New York? Alyssa sangat menawan dan membuat orang terpesona. Kekasih Al juga sedang berada di New York.
-
Kenapa api abadi di New York bisa menyala? "Api di sini adalah salah satu api abadi yang terkenal karena lokasinya yang berada di dalam air terjun. Api ini terjadi karena adanya retakan di dalam bumi yang membocorkan kombinasi gas alam," ujar Mike dalam keterangan Instagramnya.
-
Di mana tepatnya bagian New York yang terancam tenggelam? Data GPS menunjukkan daerah Manhattan yang lebih rendah tenggelam, menyusut sekitar 2,1 mm per tahun.
-
Kenapa ada makam orang Cina di Karimunjawa? Pada sebuah tegalan di Dusun Karimunjawa, terdapat peninggalan kuburan Cina. Masyarakat tidak mengenal lagi tokoh-tokoh yang dimakamkan di sana.
-
Di mana pemukiman orang Austronesia ditemukan di China? Arkeolog China baru-baru ini menemukan pemukiman orang Austronesia yang berasal dari 7.300 tahun yang lalu di Pulau Pingtan, Provinsi Fujian.
Sementara Big Apple hanya memiliki 95 biliuner. Kemudian Moscow (66), Hong Kong (64), dan Shanghai (50).
Demikian hasil studi digelar Hurun, lembaga berbasis di Shanghai gemar merilis daftar orang terkaya dunia.
Rupert Hoogewerf, pendiri Hurun, meyakini lonjakan biliuner tersebut didorong oleh kebijakan pemerintah China yang membuka kembali peluang perusahaan untuk melakukan penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO).
"Apa yang kita lihat saat ini adalah level penciptaan kekayaan yang super. Kini, China memimpin," katanya seperti dikutip Independent, kemarin.
Hoogewerf menambahkan, penghitungan kekayaan menggunakan basis harga saham sejak 15 Januari. Artinya, itu termasuk periode kemerosoton pasar modal China yang mencapai 40 persen dalam enam bulan terakhir.
"Meskipun terjadi kemerosotan pasar saham, China mencetak lebih banyak biliuner baru ketimbang negara lain."
(mdk/yud)