Gundukan Rayap Aktif Tertua di Dunia yang Berusia 34.000 Tahun, di Sini Lokasinya
Ilmuwan telah menemukan gundukan rayap aktif tertua di dunia yang telah dihuni selama puluhan ribu tahun.
Rayap merupakan hewan yang memiliki kemampuan membangun yang sangat baik.
Kawanan rayap bisa membangun gundukan yang dibuat dari lumpur di bawah tanah yang dicampur dengan air dan air liur. Gundukan rayap ini sama rumitnya, bahkan bisa lebih rumit, dari istana buatan manusia.
Melansir Live Science, IFLScience, BBC Earth, dan Mongabay India, Rabu (3/7), ilmuwan-ilmuwan telah menemukan gundukan rayap aktif tertua di dunia yang telah dihuni selama puluhan ribu tahun.
Gundukan tersebut ditemukan di sepanjang tepi Sungai Buffels di Namaqualand, Afrika Selatan, sebuah daerah yang sekitar 20% lanskapnya ditutupi gundukan-gundukan tersebut.
“Penanggalan radiokarbon baru-baru ini telah mengungkap bahwa gundukan-gundukan tersebut jauh lebih tua daripada yang diketahui sebelumnya, dengan beberapa gundukan berumur 34.000 tahun—itu lebih tua dari lukisan gua yang ikonik di Eropa dan bahkan lebih tua daripada Glasial Maksimum Terakhir, ketika lapisan es yang luas menutupi sebagian besar belahan bumi utara,” ujar Michele Francis, salah satu penulis utama dalam studi ini yang berasal dari Universitas Stellenbosch.
-
Gurun mana yang paling tua di dunia? Gurun Namib yang terletak di sebagian Namibia, Afrika Selatan, dan Angola ini diakui sebagai gurun tertua di dunia, dengan perkiraan usia minimal 55 juta tahun, namun kemungkinan besar lebih tua.
-
Di mana kayu tertua itu ditemukan? Sebuah struktur kayu kuno berusia 476.000 tahun ditemukan di Air Terjun Kalambo, Zambia.
-
Kapan artefak tertua di lokasi ditemukan? Artefak-artefak ini berasal dari berbagai zaman, mulai dari Neolitikum sampai era Perang Dunia II.
-
Di mana lokasi api yang sudah berkobar selama 6.000 tahun? Dilansir dari IFL Science, ahli menemukan sebuah situs batu bara terbakar tertua di New South Wales, Australia. Tepatnya sekitar 30 meter di bawah tanah di bawah Gunung Wingen.
-
Di mana makam tertua di dunia berada? Tumulus Bougon merupakan makam yang paling tua di dunia. Struktur tertua dari Tumulus Bougon berasal dari tahun 4800 SM. Struktur tersebut adalah sekelompok lima gerobak Neolitikum yang terletak di dataran tinggi batu kapur di Bougon, Perancis.
-
Di mana jamur tertua ditemukan? Potteromyces ditemukan dalam sampel fosil dari Rhynie Chert, situs geologi krusial di Skotlandia.
Gundukan-gundukan tersebut masih dihuni oleh rayap. Penanggalan radiokarbon dari karbon organik di dalam gundukan-gundukan tersebut menunjukkan umur antara 13.000—19.000 tahun, sementara karbonatnya berumur hingga 34.000 tahun. Pemegang rekor sebelumnya adalah gundukan rayap di Brasil yang berusia 4.000 tahun.
Saat mereka mencari makan sehari-hari, rayap-rayap ini, yang merupakan rayap pemanen selatan (Microhodotermes viator), mengumpulkan potongan-potongan kayu yang mereka tambahkan ke sarang mereka. Selama bertahun-tahun, bahan-bahan organik ini menumpuk dan membentuk reservoir yang kaya akan karbon.
Gundukan rayap tertua ini telah ada ketika mamut masih hidup di Bumi dan ketika bagian-bagian dari Amerika Utara, Asia, serta Eropa masih dilapisi es. “Gundukan-gundukan ini telah berumur ribuan tahun pada saat itu, menyediakan arsip hidup dari kondisi-kondisi lingkungan yang membentuk dunia kita,” jelas Francis.
Meski berada di lingkungan yang saat ini tidak terlalu dingin, gundukan rayap ini menjadi catatan langka tentang kondisi iklim masa lalu. Dengan mempelajari komposisinya, tim ilmuwan dapat mengetahui bahwa wilayah tersebut mengalami lebih banyak curah hujan ketika gundukan-gundukan tersebut terbentuk.
Iklim yang lebih basah ini memungkinkan mineral, seperti kalsit dan gipsum, untuk larut dan turun ke air tanah.
Dengan mempelajari gundukan-gundukan ini, para ilmuwan dapat memiliki pemahaman yang lebih mendalam untuk melawan perubahan iklim dengan memanfaatkan proses alam untuk sekuestrasi karbon, yaitu suatu proses untuk menangkap dan menyimpan karbon dioksida dari atmosfer.
“Umur mereka dan wawasan yang mereka berikan kepada ekosistem purba membuat mereka menjadi kandidat untuk mendapatkan pengakuan global sebagai keajaiban alam,” ujar Francis.