Tumpahan Minyak Pertamina di Laut Karawang Dikumpulkan di 5,7 Juta Karung
Ketua Tim Penanganan Kebocoran Gas dan Tumpahan Minyak Sumur YYA-1, Taufik Aditiyawarman mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan 42.000 barel minyak di laut dan 5,7 juta karung minyak tercampur lumpur dari darat.
Pertamina Hulu Energi (PHE) mencatat, tumpahan minyak di laut dari Sumur YYA-1 Blok Offshore North West Java (ONWJ) telah berhasil dikumpulkan sebanyak 42.000 barel per 22 September 2019.
Ketua Tim Penanganan Kebocoran Gas dan Tumpahan Minyak Sumur YYA-1, Taufik Aditiyawarman mengatakan, pihaknya telah mengumpulkan 42.000 barel minyak di laut dan 5,7 juta karung minyak tercampur lumpur dari darat.
-
Apa yang dilakukan Pertamina di Lapangan Sukowati? Setelah sebelumnya sukses melakukan injeksi perdana CO2 di Lapangan Jatibarang, PT Pertamina (Persero) kembali mengimplementasikan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) di lapangan lainnya yaitu di Lapangan Pertamina EP Sukowati Bojonegoro, Jawa Timur.
-
Apa yang diraih oleh Dirut Pertamina? Nicke menjadi salah satu dari dua wanita Indonesia paling berpengaruh yang masuk ke dalam daftar ini.
-
Mengapa Pertamina melakukan kegiatan ini? Pertamina sebagai BUMN yang bergerak di bidang energi, tidak hanya terus berupaya menyediakan energi di seluruh wilayah negeri. Akan tetapi, juga memberikan kontribusi kepada masyarakat melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan dalam rangka mendukung capaian target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan untuk menuju kemandirian masyarakat.
-
Di mana Pertamina menyalurkan Pertalite? Hingga saat ini kami masih menyalurkan Pertalite di semua wilayah sesuai dengan penugasan yang diberikan Pemerintah.
-
Apa yang Pertamina lakukan untuk menjadi pemain utama penyimpanan karbon di Indonesia? Kesiapan Pertamina dibuktikan melalui program Carbon Capture Utilisation Storage (CCS) dan Carbon Capture Utilisation Storage (CCUS).
-
Kapan Pertamina mengaktifkan layanan motorist? Tim motorist Pertamina selalu siaga selama 24 jam selama satuan tugas (satgas) Idulfitri aktif hingga 21 April mendatang sehingga kejadian seperti kendaraan kehabisan bahan bakar seperti ini bisa cepat ditanggulangi.
"Total minyak tumpah yang tertangkap per 22 September Pukul 24.00 ini," kata Taufik, di Kantor Pusat Pertamina Jakarta, Senin (23/9).
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu mengungkapkan, 42.000 barel minyak tersebut masih tercampur dengan air, Pertamina akan melibatkan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) untuk memilah ulang kandungan minyaknya, sehingga dapat diketahui secara pasti jumlah minyak yang keluar dari sumur YYA-1.
"42.000 barel itu fluida, jadi masih ada kandungan air di sana, kami libatkan LIPI untuk lakukan sampling, dari situ akan kami kalkulasi ulang untuk memastikan," tuturnya.
Pertamina ingin mengolah minyak yang terkumpul tersebut, namun masih menunggu keputusan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk menetapkan minyak tersebut bisa diolah atau menjadi Bahan Berbahaya dan Beracun (B3).
"Minyaknya mau kemanain, kan gross 42 ribu tadi, maunya kita itu, tapi yang declare itu minyak atau limbah B3 masih dikaji KLHK, tapi kami simpan di Marunda," tandasnya.
Baca juga:
Pertamina Klaim Kebocoran Sumur Minyak di Karawang Sudah Disumbat
Pekan Depan, Warga Bekasi dan Pulau Seribu Dapat Kompensasi Tumpahan Minyak
Investigasi Kebocoran Gas Sumur Di Perairan Karawang Belum Optimal
Pasca Insiden Tumpahan Minyak, Pertamina Bakal Tingkatkan Pengamanan
Pasir Tercampur Tumpahan Minyak Pertamina di Karawang Telah Terkumpul 5 Juta Karung
Pertamina Libatkan 2.000 Orang Tangani Tumpahan Minyak di Laut Karawang
Kebocoran Sumur Sudah Disumbat
Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) klaim telah berhasil menyumbat kebocoran gas dan Minyak dari sumur YYA-1. Ini setelah proses pengeboran sumur sumbatan (Relief Well) telah berhasil terkoneksi dengan Sumur YYA -1 per Sabtu 21 September 2019 pukul 10.30 WIB.
Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu menjelaskan, pengeboran Relief Well adalah proses mematikan sumur YYA-1 dengan pengeboran dari samping yang dilakukan dari alat bor (Rig) Soehanah yang berjarak 1 Km dari sumur YYA-1. Proses koneksi antar sumur ini berhasil dilakukan dengan baik dan lebih cepat dibandingkan estimasi jadwal waktu yang direncanakan, yaitu pada akhir September 2019.
"Alhamdulillah lebih cepat dari perkiraan harusnya 26 September," kata Dharmawan di Kantor Pusat Pertamina, Jakarta, Senin (23/9).
Ketua Tim Penanganan Taufik Aditiyawarman mengungkapkan, keberhasilan pengoneksian antar sumur ini adalah sebuah tahapan penting dalam upaya mematikan sumur YYA-1. "Dengan terkoneksinya dua sumur ini, maka saat ini kami dalam posisi telah dapat mengendalikan sumur YYA-1."
Taufik menambahkan, setelah Relief Well bertemu dengan sumur YYA-1, langkah selanjutnya adalah dilakukan proses Dynamic Killing, dengan memompakan lumpur berat untuk melawan tekanan dalam sumur YYA-1, sehingga tercapai keseimbangan dan menyetop aliran minyak dan gas dari sumur tersebut.
Meski proses tersebut telah dilakukan, beberapa waktu ke depan masih merupakan masa kritikal karenanya tetap dilakukan monitoring, untuk memastikan kestabilan sumur dan memastikan tidak ada fluida yang keluar dari sumur YYA-1.
Monitoring dilakukan melalui aerial survey, kamera thermal dan untuk di dalam laut menggunakan Remotedly Operated Vehicles (ROV). Bila kondisi dinyatakan stabil maka akan dilakukan tahap selanjutnya yaitu pemompaan semen untuk proses mematikan sumur YYA-1 secara permanen.