Turunnya harga saham jadi momentum untuk investasi jangka panjang
"Koreksi saham justru memberikan kesempatan bagi investor jangka panjang untuk membeli saham-saham atau reksadana saham yang dengan valuasi yang lebih murah."
Pasar saham saat ini masih terkoreksi. Pergerakan indeks juga masih berfluktuatif naik turun. Kondisi ini kemudian memicu kekhawatiran bagi investor alias pelaku pasar. Namun, di sisi lain, kondisi ini sebenarnya dapat menjadi kesempatan bagi investor untuk menambah investasi pada instrumen saham dan turunannya.
Direktur Reliance Sekuritas Indonesia, Sriwidjaja Rauf menjelaskan, situasi pasar saham yang tengah volatile atau terkoreksi, sejatinya juga berpeluang memberi keuntungan jangka panjang yang lebih tinggi.
-
Kapan PT Tera Data Indonusa Tbk melantai di bursa saham? Bahkan pada 2022, saat pandemi berlangsung, perusahaan ini berani mengambil langkah melantai di bursa saham.
-
Kapan Bursa Berjangka Aset Kripto diluncurkan? Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan meluncurkan Bursa Berjangka Aset Kripto di Jakarta, Jumat (28/7).
-
Kenapa harga saham bisa naik turun? Salah satu yang sering jadi dilema adalah harga saham yang begitu cepat naik turun bagaikan roller coaster. Jadi, sebenarnya apa sih penyebab harga saham bisa naik turun?
-
Apa penyebab naik turunnya harga saham? Prinsip Ekonomi Dasar: Hubungan antara Penawaran dan Permintaan Saat banyak orang mencari suatu barang, stoknya akan terbatas sehingga harganya cenderung akan naik.
-
Bagaimana cara meminimalisir risiko investasi saham? Risiko selalu ada, tapi investor pemula bisa meminimalisir risikonya dengan melakukan riset terlebih dulu.
-
Bagaimana Kota Tua Jakarta berkembang menjadi pusat perdagangan? Kota ini menjadi markas besar VOC di Hindia Timur dan berkembang pesat dari perdagangan rempah-rempah.
"Koreksi saham justru memberikan kesempatan bagi investor jangka panjang untuk membeli saham-saham atau reksadana saham yang dengan valuasi yang lebih murah," ucap Sriwidjaja di Jakarta, Kamis (12/7).
Dia menjelaskan, investor dapat memilih instrumen reksadana saham yang portfolionya terdiri dari saham-saham blue chips atau yang berbasis saham indeks IDX30. RELI, kata Sriwidjaja, memiliki beragam produk investasi, termasuk produk reksadana, yang bisa disesuaikan dengan risiko investor.
"Investasi sedari dini, terutama di pasar saham maupun reksadana, sangat penting, karena mampu melawan inflasi. Jika rutin dan disiplin, bukan tidak mungkin keuntungan dari investasi bisa untuk digunakan menambah dana yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan di masa depan," katanya.
Menurut Sriwidjaja, jika seorang investor memiliki tujuan investasi jangka panjang, misal di atas 10 tahun, maka saat ini momen tepat untuk memanfaatkan momentum turunnya harga-harga saham. Sementara, untuk tujuan jangka pendek hingga menengah, bisa dipilih instrumen pasar uang untuk menempatkan dana investasi.
Reksadana pendapatan tetap dengan portofolio obligasi korporasi bisa jadi opsi menarik. Pasalnya, kupon obligasi korporasi umumnya lebih tinggi sehingga dapat mengompensasi dampak penurunan harganya. Selain itu beberapa reksadana berbasis obligasi korporasi juga secara rutin membagikan hasil investasi ke investor.
"Sementara, untuk reksadana yang portofolionya SUN saat ini masih cukup volatil. Tapi, kalau harganya turun lebih banyak, juga tetap layak dipilih."
Namun tak kalah penting, dalam berinvestasi investor diingatkan untuk selalu menyesuaikan dengan tujuan dan anggaran yang tersedia. Investasikan dana secara bertahap sehingga bisa mendapat average cost of investment yang lebih baik pada saat pasar terkoreksi. "Dalam berinvestasi, pastikan dan tentukan tujuannya, karena akan menentukan produk investasi seperti apa yang harus dimiliki. Tujuan berinvestasi juga harus mencakup jangka waktu berapa tahun akan berinvestasi," sambungnya.
Mengetahui jangka waktu berapa lama berinvestasi bisa menghindarkan dari kegagalan investasi. Ini karena karakteristik setiap jenis reksa dana berbeda-beda. Semakin pendek jangka waktu investasi, sebaiknya semakin konservatif atau aman produk yang dipilih, seperti reksadana pendapatan tetap.
"Setiap investasi selalu ada risiko. Semakin tinggi investasi, semakin tinggi pula risikonya," ucap Sriwidjaja.
Selanjutnya, pelajari juga karakter diri sendiri. Apakah masuk tipe investor moderat, konservatif atau spekulatif. Kemudian, pilihan investasi yang diambil apakah untuk jangka panjang atau jangka pendek.
Terakhir, jangan simpan telur dalam satu keranjang. Artinya, dalam berinvestasi, investor harus menyebarkan investasi ke dalam beberapa produk dan portofolio, agar dapat meminimalkan risiko. Pilih produk reksadana paling pas dengan profil risiko dan kebutuhan.
"Lebih baik, investor juga kembali mempelajari isi portofolio dan tujuan investasinya. Selalu jadikan data fundamental ketika membuat keputusan investasi," tegas Sriwidjaja.
(mdk/idr)