Wawancara Dirut Angkasa Pura II, Rahasia Membawa Perusahaan ke Tingkat Dunia
PT Angkasa Pura II (Persero) terus berupaya mengembangkan sayap bisnisnya keluar negeri. Perusahaan pelat merah ini diketahui telah mengikuti beberapa tender pembangunan dan pengembangan bandara di luar Indonesia. Dirut AP II, Muhammad Awaluddin, membeberkan sejumlah inovasi dan strategi yang telah disiapkan.
PT Angkasa Pura II (Persero) terus berupaya mengembangkan sayap bisnisnya keluar negeri. Perusahaan pelat merah ini diketahui telah mengikuti beberapa tender pembangunan dan pengembangan bandara di luar Indonesia.
Direktur Utama Angkasa Pura II, Muhammad Awaluddin, membeberkan sejumlah inovasi dan strategi yang telah disiapkan untuk membuat perusahaan berdaya saing di kancah global. Menurutnya, saat ini jika ingin bersaing dengan perusahaan asing tidak bisa lagi mengandalkan cara-cara biasa.
-
Di mana Bandara Banyuwangi berlokasi? Bandara Banyuwangi menjadi bandara pertama di Indonesia yang berkonsep ramah lingkungan.
-
Kapan bandara Lolak diresmikan? Bandar udara (bandara) di Provinsi Sulawesi Utara kian bertambah, kini baru saja beroperasi bandara Lolak di Bolaang Mongondow, Minggu (18/2).
-
Apa yang unik dari gang permukiman padat penduduk di Bandung ini? Walaupun berukuran hanya selebar badan, kondisi gang padat penduduk di Kota Bandung ini amat bersih dan rapi
-
Di mana asal muasal pelat nomor D di Bandung? Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pelat nomor D berasal dari tim pasukan Inggris berkode huruf D yang pernah menguasai daerah ibu kota Priangan.
-
Di mana Taman Balai Kota Bandung terletak? Taman Balai Kota Bandung sendiri sering dianggap sebagai taman tertua di Kota Bandung. Bahkan, kehadirannya sudah lebih dulu ada sebelum Bandung menjadi gemeente alias Kotapraja.
-
Apa yang bisa dinikmati di Bandung? Bandung menawarkan banyak sekali pilihan untuk menjelajahi dan menikmati keajaiban alam bebas. Wisata Bandung ini bisa jadi destinasi liburan.
Bos AP II itu juga menambahkan, perkembangan zaman menuntut perusahaan harus meningkatkan pelayanan melalui digitalisasi. Masyarakat ingin pelayanan semakin mudah dan tidak membuat bingung. Tahun ini, AP II menyediakan anggaran Rp 500 miliar untuk program digitalisasi.
Guna mengetahui lebih dalam mengenai rencana-rencana tersebut, berikut wawancara lengkap jurnalis Merdeka.com Anggun Putriani Situmorang dan Harwanto Bimo Pratomo dengan Direktur Utama Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin:
Apa inovasi yang dilakukan oleh perusahaan untuk meningkatkan daya saing di tingkat global?
Kita berpikir bahwa cara kita menumbuhkan pertumbuhan bisnis perusahaan tidak bisa lagi dengan cara-cara biasa. Yang kita sebut dengan sudah mulai mempertimbangkan cara yang berbeda dan akseleratif.
Kita masuk tidak hanya sekedar di core bisnis tapi kita sudah mulai melebarkan portopolio ke bisnis pendukung yang punya potensi besar. Sebelumnya mungkin belum dilirik. Tapi sekarang bisnis digital airport itu ada big data, ada iklan, kemudian juga payment system untuk pembayaran, itukan area area yang sebelumnya belum dilirik oleh airport operator seperti Angkasa Pura II ini.
Sekarang kita lirik semua itu, kita lihat semua dan kita gali semua potensinya. Itu yang dimaksud Agitation Business. Sebelumnya operator bandara hanya fokus ke operasi kebandarudaraan. Kemudian Non Aero Business yang lebih banyak di sewa konsesi, lahan, tenant, kargo. Ya itu, yang core bisnis yang sudah puluhan tahun kita geluti.
Nah, sekarang kita mulai melirik di luar itu. Dan sebagian besar itu ada di area area subsidiary company kita. Makanya sekarang kita cukup agresif di dalam konteks pengembangan portopolio di bisnis anak perusahaan.
Nah itu, inovasi kita untuk lebih akseleratif, termasuk juga masuk ke strategic patnership. Kita juga masuk ke pengambilalihan saham misalnya. Ada yang menarik dan sebagainya. Macam-macamlah yang menurut saya common practice yang umum sudah kita lakukan sekarang. Dulu mungkin belum, tapi sekarang kita tidak bisa hanya bertumpu pada pertumbuhan organik bisnis saja. Jadi harus masuk ke inorganik juga. Kurang lebih seperti itu.
Terkait bisnis digital yang disebutkan, sejauh apa persiapannya?
Dalam konteks (digitalisasi) operasi bandara ini ada dua yang harus disiapkan. Satu, kesiapan di internal dan dua kesiapan di eksternal. Internal itu, internal company karena kita tidak bisa hanya menyiapkan di internal saja tanpa mempertimbangkan kesiapan eksternal atau pelanggan. Atau sebaliknya kita hanya fokus ke kesiapan eksternal tapi internalnya tidak diberesin termasuk perubahan SOP, perubahan prosedur operasi baru, itu harus bersamaan.
Nah, dua dua inilah yang harus dilakukan secara bersamaan. Persiapan di internal, SOP yang diubah, infrastruktur baru plus memberikan sosialisasi, edukasi serta learning baru kepada pengguna jasa di bandara. Nah memang, ini sudah jalan hampir tiga tahun. Itu yang kita sebut smart airport. Belakangan kita kombinasikan smartphone dengan connected airport.
Smart airport itu adalah otomatisasi terhadap proses kebandarudaraan. Itu yang saya sebutkan bagaimana operation platform, pengelolaan operasi bandara harus sudah mulai lebih modern, lebih digital, kemudian juga sampai ke customer touch point itu juga sudah menyentuh aspek digital lah.
Paling sepele, sekarang tunggu taksi saja sudah pakai vending machine. Kalau dulu kan masih dicatat-catat. Kemudian sekarang, sistem layanan base kita sudah mulai ke electronic ticket pay system.
Sekarang juga ada sistem pembayaran dengan moda digital. BUMN sekarang sudah punya LinkAja. Itu bagian yang harus sudah mulai kita fokuskan menjadi intensitas kita di dalam pengelolaan operasi pelayanan pelanggan.
Jadi fokusnya adalah digitalisasi terhadap customer touch point. Kedua, konsep connected airportnya adalah konsep-konsep pengelolaan bandara sekarang harus mulai terintegrasi karena di dalam ekosistem bandara ini kan Angkasa Pura II sebagai operasional bandara tidak sendirian.
Ada operator maskapai, ada operator ground handling, ada juga otoritas bandara, ada lagi ATC, lalu Air Navigation System yang semuanya harus bareng. Termasuk juga teman-teman dari customs, imigration, karantina ini harus terintegrasi. Jadi siapa yang harus leading sector ya tentu saja operator bandara dalam hal ini Angkasa Pura II. Jadi alokasi investasi itu harus disediakan siapa? Ya oleh Angkasa Pura II. Itu lah sekarang spending capex kita itu infrastruktur itu sudah mengarah ke aspek itu.
Berapa capex untuk digitalisasi ini?
Tahun ini kita semakin membesar, tahun ini saja Rp 500 miliar sendiri untuk digitalisasi customer touch point. Termasuk bagaimana investasi kita di gadget atau perangkat elektronik petugas kita di bandara yang dikelola AP II.
Misalkan mereka sudah bawa IPad. Bawa gadget untuk operasional. Dulu kan manual dicatet, bawa HT, sekarang itu pelengkap komunikasi. Tapi kalau keluhan atau report atau status operasi itu sudah ditangani dengan digitalisasi.
Sebesar apa dampak digitalisasi untuk revenue perusahaan?
Jadi begini, revenue perusahaan itu kan output dari service excellent. Kalau service nya excellent, bisnisnya pasti excellent. Tapi kalau operasinya tidak excellent, otomatis servicenya pasti tidak excellent. Complain customernya tinggi, pengelolaan operasi tidak efisien tidak efektif bagaimana bisnisnya mau excellent.
Itulah kenapa tiga hal ini harus jadi pilar utama dalam konteks performa excellent yang dibangun dari operationnya yang excellent dan dua-duanya mendorong bisnis yang excellent contoh misalnya bagaimana kemudian mengurangi risiko kebocoran operasi, tidak efisien pengelolaan pelayanan dan kemudian tidak terkawalnya aspek bisnis dengan baik.
Infrastruktur tadi enabler, untuk kemudian dalam konteks operasi yang lebih baik termasuk kemudian dia meningkatkan kepuasan pelanggan. Karena sekarang ini buat pelanggan bandara ini dengan segala komplesitasnya mereka sebenarnya sudah sangat terbiasa dengan era digital.
Buat mereka sebenarnya, bukan masalah digital atau tidak digital. Di bandara ini mereka ingin ada 3 hal. Pertama, mereka tidak ingin repot atau tambah disibukkan dengan pola-pola operasi di bandara makanya konsepnya adalah hassle free atau bebas repot.
Kedua, mereka ingin stress free artinya jangan kemudian setiap datang ke bandara jadi tambah kerjaan. Ketiga, confusing free atau bebas bingunglah dan semua informasi harus bisa disediakan dengan baik seperti hal hal sepele. Itu semuakan bagian yang sedang kita improve.
Seperti contoh informasi yang lebih meningkatkan awareness mereka terhadap hal-hal yang berkaitan dengan informasi fasilitas dalam aspek apapun. Di bandara kan kita digitalisasi dari sign in saja sudah mulai kita digitalisasi, way funding juga pernah kita digitalisasi. Konten digital lebih beragam.
Dalam hal membuat mereka tidak repot, Anda pernah mengalami kan membawa backpack satu ransel sementara penumpang lain membawa bagasi banyak. Dulu, kan diantrekan sama. Yang bawa backpack satu kan kesal kenapa saya hanya bawa satu ransel, saya diantrekan dengan orang yang bawa bagasi dua atau tiga yang saya harus menunggu. Harusnya kan saya punya jalur sendiri. Makanya sekarang, untuk meniadakan atau munculnya bebas repot atau bebas stress tadi kita menyediakan self check in kiosk.
Sekarang penumpang butuh cepat. Dulu tidak banyak, sekarang kita banjiri itu, mesin-mesin itu. Jadi kalau mau cepat ke self check in kiosk langsung masukin, keluar boarding pass, saya langsung ke boarding gate. Kalau dulu kan harus antre semua. Ini yang membuat nyaman belum lagi layanan yang berbasis mobile apps dengan smartphone. Sekarang kan berapa sih pelanggan yang datang ke bandara yang tidak pakai smartphone hampir tidak ada. Jadi kekuatan gadget itu ada di customer itu sendiri dan mereka dalam konteks yang lebih ingin diakui adalah saya sebenarnya ingin melayani diri saya sendiri.
Saya ingin check in dengan mobile check in. Jangan saya hanya diatur hanya ke counter check in saja. Saya juga ingin punya informasi yang saya tidak perlu datang ke counter informasi terus hanya sekedar menanyakan penerbangan saya delay atau tidak. Makanya sekarang Angkasa Pura II punya aplikasi Indonesia Airport Apps semua informasi yang berkaitan dengan real informasi bandara atau kebandarudaraan dengan segala macam layanan ada di situ. Jadi rasakan experiencenya seperti apa.
Baca juga:
Wawancara Dirut Angkasa Pura II: Kami Berinovasi, Bukan 'Jual' Aset Negeri
AP II Bakal Tambah Fasilitas Jalan Perimeter Selatan Bandara Soekarno-Hatta
Dapat Modal Rp625 Miliar dari AP II, BIJB Bakal Bayar Utang
AP II Siap Kembangkan Bandara Palangka Raya Jika Dipilih Jokowi Jadi Ibu Kota
Terminal 2F Soekarno-Hatta Resmi Layani Penerbangan Internasional Berbiaya Murah
AP II Siap Operasikan Terminal 2F Bandara Soekarno Hatta Sebagai LCCT
Ini Kelebihan Terminal Maskapai Penerbangan Berbiaya Murah, Siap Beroperasi Mei 2019