Hari batik, berbatik, berbagi cerita, berbahagia
Kita bisa merasakan betapa batik telah menjadi warisan seni leluhur ini begitu dahsyat, yang efektif menyatukan kami.
Apakah Anda suka berpakaian batik? Apakah Anda bahagia kalau mejeng bareng beramai-ramai bersama sambil berbatikria? Lalu, sukakah Anda membagikan foto itu ke teman-teman lain?
-
Kapan motif batik kawung diciptakan? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
-
Bagaimana proses pembuatan batik khas Kuningan? Dalam membuat batik, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Menggoreskan canting pun harus perlahan dan luwes agar lilinnya menempel sempurna di motif yang sudah dibuat. “Modal besarnya ya ketelitian itu, sabar juga. Kalau nggak ya hasilnya akan berantakan,” kata pria berkacamata itu.
-
Siapa yang membuat Batik Dahon? Para perajin batik di Pangandaran kemudian menggunakan seluruh unsur dari tanaman tersebut untuk memberikan kombinasi warna yang cantik.
-
Di mana batik encim berasal? Pekalongan adalah kota di pesisir utara Pulau Jawa yang pada zaman dahulu dijadikan sebagai pelabuhan besar untuk disinggahi oleh kapal-kapal dari berbagai penjuru dunia seperti Cina, Arab, dan Eropa.
-
Bagaimana proses pembuatan Batik Lasem? Sementara itu seniman batik Lasem, Parlan, menjelaskan proses pembuatan batik Lasem. Pertama, kain dipotong terlebih dahulu. Biasanya ukuran kain adalah 240x115 cm. Setelah itu kain menjalani proses “diketheli” yaitu menghilangkan kanji pada kain tersebut. Barulah kain menjalani proses pencantingan atau “nglengkreng”. Proses selanjutnya adalah “Nerusi”, baru lanjut ke proses “tutulan”.
-
Siapa saja yang terlibat dalam pembuatan Batik Ciprat Kemudo? Ada sekitar 15 warga difabel yang diberdayakan oleh pihak Desa Kemudo melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kemudo Makmur dalam membuat batik.
Suka-tidak suka, adalah hak setiap orang. Tapi, tak bisa dipungkiri bahwa batik itu adalah bagian dari budaya kita, mendarah daging dan fakta menjadi kebanggaan bangsa Indonesia. Dan, di hari batik nasional yang jatuh Rabu (2 Oktober 2013), batik telah menjadi trending topicdi sosial media: twitter.
Yang meramaikan twitter, salah satunya adalah rekan-rekan dari markas merdeka.com dan KL Network di Malang, Jatim. Pada hari batik kemarin, hampir semua anggota kami, dari seluruh jajaran, berbatikria.
Mereka lalu berkumpul di siang hari, lalu berbagi cerita, dengan men-tag foto-fotonya di FB maupun mengunggahnya di twitter. Dan, bersama-sama mereka bahagia bersama. Dengan acara singkat, kecil-kecilan, sederhana, ternyata cukup berkesan. Sehingga, kerja tidak menjadi bosan. Berkat batik dan hari batik.
Adalah Harfrida Vindy Agustie -- manager channel Vemale dan kanal Gaya yang paling concern dengan acara seperti itu. Meski ini bukan kali pertama, karena tiap tahun dilaksanakan, tapi karena Vindy-lah acara jadi meriah dan kompak. Ada kebersamaan. Biasanya, Vindy selalu mengingatkan teman-teman melalui email dan juga saluran komunikasi manapun, agar hari Rabu jangan lupa berpakaian batik, karena Hari Batik Nasional. Hasilnya, seperti yang Anda lihat di foto di atas.
Ini bukan kali pertama. Tahun lalu juga melaksanakan demikian. Kecuali itu, bukan satu-satunya hari. Saat acara hari valentine yang jatuh di Februari, juga dimeriahkan dengan acara serupa: dress code pink. Bukan lantaran kita resmi memeriahkan budaya asingnya, tapi lebih dari itu adalah, bagaimana kita membuat semacam happening art sederhana, agar tetap kreatif. Sebab, industri media menuntut orang kreatif untuk menciptakan hal-hal yang baru, unik, dan menarik.
Apakah ini ide yang baru, atau unik? Memang tidak. Tapi, meski bisa dibilang agak basi, acara pakai batik bersama tersebut sangat efektif mengumpulkan teman-teman, untuk berfoto dan bercanda tawa meski hanya 30 menitan. "Gak bisa lama-lama, karena setelah itu kita dikejar-kejar pekerjaan yang harus diselesaikan," kata salah seorang dari mereka yang gak mau disebut jati dirinya -- sebab kalau ketahuan, malu karena pas acara ini sedang flu berat jadi gak ikut gabung.
Yang pasti, kita bisa merasakan betapa batik telah menjadi warisan seni leluhur ini begitu dahsyat. Bukan sekadar karya luhur dan agung, tapi bagi tim merdeka.com cukup efektif untuk menyatukan kami.
Pembaca, begitulah sekelumit cerita-cerita di kantor kami, sederhana tapi bermakna.
(mdk/mdk)