Hasil Akulturasi Budaya, Ini Kisah Batik Lasem yang Terancam Punah
Anak muda zaman sekarang cenderung tidak tertarik untuk menjadi seorang pembatik
Anak muda zaman sekarang cenderung tidak tertarik untuk menjadi seorang pembatik
Hasil Akulturasi Budaya, Ini Kisah Batik Lasem yang Terancam Punah
Lasem merupakan sebuah kota kecil di pesisir utara Jawa Tengah. Orang-orang mengenalnya dengan julukan “Kota Cina Kecil” mengingat banyak dijumpai rumah-rumah unik berarsitektur Cina masa lampau.
Foto: YouTube BRIN
-
Kenapa Batik Terogong hampir punah? Batik Terogong mengalami masa terakhir kejayaannya hingga sebelum tahun 2000. Ini karena perubahan tata ruang kota yang memengaruhi pelestarian batik Terogong.
-
Kenapa Motif Batik Lasem menggambarkan toleransi? Motif batik lasem berasal dari Rembang dan melambangkan pengaruh budaya Tionghoa yang berpadu dengan budaya lokal.
-
Kapan Batik Besurek jadi warisan budaya? Kini, kain Batik Besurek ini sudah menjadi salah satu simbol kekayaan seni budaya dari Bumi Rafflesia. Pemerintah Indonesia sudah menetapkan kain ini sebagai Warisan Budaya Tak Benda pada tahun 2015 silam.
-
Apa itu Batik Encim? Batik encim merupakan batik yang telah mendapat pengaruh dari kebudayaan Tiongkok.
-
Bagaimana motif Batik Pring berkembang? Seiring berjalanya waktu, Batik Pring di Desa Sidomukti mengalami perkembangan dalam segi warna dan motif. Perkembangan ini dapat dilihat dari banyaknya inovasi batik yang ada.
-
Bagaimana batik Jetis berkembang? Seiring berjalannya waktu, motif batik yang diproduksi warga Jetis semakin beragam. Perajin batik juga menyesuaikan keinginan konsumen.
Selain erat kaitannya dengan budaya negeri Cina, Lasem juga terkenal akan batiknya.
Namun di masa kini eksistensi batik Lasem terancam karena tidak adanya generasi penerus.
Berikut kisah Batik Lasem yang terancam punah:
Berdasarkan sejarah tutur masyarakat setempat, Batik Lasem pertama kali dikenalkan oleh Putri Campa yang datang langsung dari negeri Cina.
Santoso Hartono, salah seorang pengusaha batik Lasem mengatakan, sebelum tahun 1970, para pengusaha batik berasal dari keluarga Tionghoa.
“Bisa dilihat dari bangunan-bangunan tua yang ada di Lasem, yang megah, pasti itu keluarga batik,” kata Santoso dikutip dari kanal YouTube BRIN.
Sementara itu seniman batik Lasem, Parlan, menjelaskan proses pembuatan batik Lasem. Pertama, kain dipotong terlebih dahulu. Biasanya ukuran kain adalah 240x115 cm.
Setelah itu kain menjalani proses “diketheli” yaitu menghilangkan kanji pada kain tersebut. Barulah kain menjalani proses pencantingan atau “nglengkreng”.
Proses selanjutnya adalah “Nerusi”, baru lanjut ke proses “tutulan”.
Seiring waktu, eksistensi batik Lasem semakin terancam. Apalagi para pemuda saat ini makin jarang yang ingin belajar membatik.
“Anak muda zaman sekarang terutama setelah lulus SMA mencari pekerjaan di pasar modern. Tidak ada yang mau bekerja membatik seperti ini,” kata Lastini (54), salah seorang perajin batik Lasem.
Menurut sejarawan Edi Winarno, batik seharusnya menjadi muatan lokal yang diprioritaskan. Ia menambahkan, bila sekolah tidak mengajarkan dan memberikan keterampilan pada siswa tentang batik, maka batik lama-lama akan punah.
Foto: YouTube BRIN
“Jadi pengertiannya batik itu merupakan tradisi lokal, seni lokal yang di dalamnya ada pendidikan moral yang sangat agung. Siapa lagi yang akan melestarikan batik kalau bukan dari generasi muda kita,” ujar Edi.
Foto: YouTube BRIN
Dikutip dari Jatengprov.go.id, dalam setiap motifnya Batik Lasem merupakan bentuk akulturasi budaya Jawa-Tiongkok.
Tak heran hal ini karena dulu para pengusaha batik Lasem adalah keturunan Tiongkok dan dikonsumsi oleh kalangan Tiongkok itu sendiri.
Namun seiring perkembangannya kini batik Lasem terus berkembang dan berinovasi dengan muncul beragam motif seperti latohan, segar jagad Tiga Negeri, dan Gunung Ringgit.