Jumlahnya Terus Berkurang dari Tahun ke Tahun, Ini Kisah Para Perajin Tembaga di Desa Tumang Boyolali
Perajin tembaga di Desa Tumang sedang mengalami krisis regenerasi. Para pemudanya dinilai tidak mau repot belajar membuat kerajinan dengan kualitas tinggi.
jateng![Jumlahnya Terus Berkurang dari Tahun ke Tahun, Ini Kisah Para Perajin Tembaga di Desa Tumang Boyolali](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/1200x630/bg/newsOg/2024/6/20/1718848839435-8xo0n.jpeg)
Perajin tembaga di Desa Tumang sedang mengalami krisis regenerasi. Para pemudanya dinilai tidak mau repot belajar membuat kerajinan dengan kualitas tinggi.
![Jumlahnya Terus Berkurang dari Tahun ke Tahun, Ini Kisah Para Perajin Tembaga di Desa Tumang Boyolali](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/20/1718848709843-e6jis.jpeg)
Jumlahnya Terus Berkurang dari Tahun ke Tahun, Ini Kisah Para Perajin Tembaga di Desa Tumang Boyolali
Desa Tumang merupakan desa yang berada di lereng Gunung Merapi, tepatnya di Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali. Konon sejarahnya, pada masa Mataram Kuno tempat ini menjadi lokasi pembakaran mayat.
Maka tak heran, apabila nama “Tumang” diambil dari nama hantu yang biasanya muncul pada saat pembakaran mayat tersebut, yaitu “Hantu Kemamang” yang kemudian disingkat Tumang.
-
Siapa yang mengunjungi sentra kerajinan tembaga di Desa Tumang? Pada Kamis (11/1) dia melakukan kunjungan kerja ke desa itu.
-
Kapan Desa Panggungharjo dibentuk? Desa Panggungharjo dibentuk berdasarkan maklumat monarki Yogyakarta tahun 1946 yang mengatur tentang tata kalurahan saat itu.
-
Kapan Desa Bawah Tanah Zaman Perunggu ini didiami? Bukti yang digali sejauh ini mengungkapkan situs itu diduduki sampai periode Romawi dan kemudian tampaknya ditinggalkan sampai desa abad ke-4 atau ke-5 Masehi dibangun.
-
Di mana Desa Sembungan berada? Desa Sembungan sendiri merupakan desa tertinggi di Pulau Jawa. Menurut data dari Kemenparekraf, desa tersebut berada di ketinggian 2.300 meter di atas permukaan laut.
-
Apa yang ditemukan di desa Abad Pertengahan tersebut? Tim juga menemukan benteng bukit kecil berbentuk oval yang dianggap sebagai kastil kaum bangsawan setempat. Dalam penggalian selama dua pekan tahun ini, kastil beserta parit dan tembok benteng di depannya diperiksa dengan cermat. Tim penggalian berhasil mendokumentasikan lebih dari 2.000 temuan, termasuk tapal kuda, paku besi, genteng, dan sejumlah pecahan tembikar.
-
Bagaimana Desa Bawah Tanah Zaman Perunggu ini dibangun? "Alih-alih dibangun di atas tanah, mereka menggali ke dalam tanah dan ini sangat jarang untuk mendapatkan satu atau dua tetapi kita punya 12 dan beberapa di antaranya sangat dalam, 20 hingga 30 cm di bawah tanah." tambahnya.
![Jumlahnya Terus Berkurang dari Tahun ke Tahun, Ini Kisah Para Perajin Tembaga di Desa Tumang Boyolali](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/20/1718848798685-8msi6h.jpeg)
Seiring berjalannya waktu, Desa Tumang berkembang menjadi desa tempat lahirnya para perajin tembaga dan logam. Salah satu perajin tembaga di Tumang adalah Nur Haris “Boomber”.
Ia berkata, usaha kerajinan tembaga di Desa Tumang telah diwariskan dari zaman nenek moyang. Kini ia sering membuat kerajinan tembaga berupa alat-alat dapur.
“Jadi semacam kendil, kuali, dan masih banyak. Dulu semuanya dibuat dari bahan tembaga. Itu sejarahnya dari Kiai Nogosasi,” kata Nur Haris, mengutip kanal YouTube BRIN Indonesia.
Nur Haris berkata, pada awalnya warga Desa Tumang membuat kerajinan tembaga untuk dijadikan keris. Pada tahun 1976, warga setempat mulai menerapkan nilai-nilai seni pada kerajinan tembaga.
“Kalau saya lebih mengembangkan ornamen khas Solo. Tapi karena penerapannya pada logam, jadi lebih saya sederhanakan. Tapi tidak menutup kemungkinan kalau ada pesanan ingin ornamen lain kami bisa membuatnya,” kata Nur Haris.
- Penganiayaan Santri hingga Tewas di Kediri Direka Ulang, Empat Tersangka Peragakan 55 Adegan
- Cerita Sukses Desa BRILiaN Banjar Wangi: Gagal Panen Padi, Ganti Tanam Ubi hingga Ekspor ke Luar Negeri
- Menyusuri Desa Terluas di Pulau Jawa, Ini Sederet Keistimewaannya
- 7 Bulan Tanpa Tempurung Kepala Akibat Kecelakaan, Bangun dari Koma Prajurit TNI AD Ini yang Diingat Hanya Tasbih
- VIDEO: Tegas Ketua MK Sentil Etika Tim Hukum Anies Kepergok Main HP saat Sidang
- Seorang Polisi di Pontianak Gantung Diri Diduga karena Masalah Ekonomi
Haris mengatakan, hasil karyanya pernah mendapat penghargaan sebagai satu dari sepuluh karya terbaik oleh Keraton Yogyakarta pada tahun 1996. Hasil karyanya itu sampai sekarang dipajang di Keraton Yogyakarta.
![Jumlahnya Terus Berkurang dari Tahun ke Tahun, Ini Kisah Para Perajin Tembaga di Desa Tumang Boyolali](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/480x/ori/feedImage/2024/6/20/1718848932479-vf4pf.jpeg)
Ciri khas dari kerajinan tembaga di Tumang adalah teksturnya yang khas. Tekstur itu tidak bisa ditemukan pada kerajinan logam manapun. Selain itu, alat-alat yang digunakan untuk membuat kerajinan itu juga hanya ada di Tumang dan tak dijual di toko-toko manapun.
Namun kerajinan itu dihadapkan pada tantangan regenerasi. Jumlah perajinnya dari tahun ke tahun terus menyusut.
“Kebanyakan kalau yang tua-tua, mereka pintar gambar pintar mengerjakan. Tapi kalau untuk pemahat, banyak anak muda yang nggak bisa. Mereka nggak mau ribet. Misalnya sesuatu yang seharusnya dikasih garis dulu, mereka nggak mau kasih garis soalnya kelamaan atau terlalu rumit,”
kata Nur Khasanan, produsen kerajinan Tumang.
Nur Haris membenarkan kalau saat ini sedang terjadi krisis perajin di Desa Tumang. Menurutnya, anak muda saat ini lebih ingin mengambil keuntungan dari kerajinan itu dengan menekuni di bidang pemasarannya saja.
“Paling yang mau belajar cuma satu dua orang. Padahal kalau mereka tidak mau belajar yang rugi kita sendiri. Nanti kalau mereka hanya mementingkan bisnisnya takutnya hancur harganya dan kualitas berkurang,” ungkap Nur Haris dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.