Cerita Surya Sahetapy Ditolak Ojek Online Karena Tuli & Disebut Cacat saat Pulang ke Jakarta
Surya Sahetapy mengalami pengalaman kurang menyenangkan dengan layanan ojek online akibat disabilitas yang dimilikinya. Berikut adalah kisahnya.
Surya Sahetapy, anak dari Dewi Yull dan Ray Sahetapy, mengalami situasi yang tidak menyenangkan saat memesan ojek online setelah sekian lama tidak kembali ke Indonesia. Pengalaman tersebut membuatnya merasa terkejut dan tidak nyaman, terutama karena sudah lama ia tinggal di luar negeri.
Meskipun sudah terbiasa dengan teknologi, kenyataan yang dihadapinya saat itu menunjukkan adanya perbedaan yang cukup signifikan dalam layanan yang ia gunakan. Hal ini membuatnya merenungkan tentang bagaimana perkembangan teknologi dan layanan transportasi di tanah air telah berubah selama ia tidak berada di sana.
Pengalaman Tak Menyenangkan
Alih-alih mendapatkan pengalaman positif saat menggunakan layanan pesan antar, saya justru mengalami kekecewaan. Pesanan saya dibatalkan karena sang pengemudi menolak untuk mengantar penumpang yang merupakan seorang penyandang disabilitas tuli.
Hal ini sangat disayangkan, mengingat seharusnya layanan ojek online dapat diakses oleh semua kalangan, termasuk mereka yang memiliki keterbatasan. Sikap diskriminatif seperti ini seharusnya tidak terjadi, dan semua pengemudi harus dilatih untuk melayani setiap pelanggan tanpa memandang latar belakang atau kondisi mereka.
Namun, bukan hanya itu yang membuat Surya merasa jengkel. Ia merasa bahwa pilihan kata yang digunakan oleh sopir tersebut sangat tidak tepat dalam menjelaskan alasannya, sehingga menimbulkan kesan diskriminatif dan merendahkan.
Disebut Cacat
Dalam unggahan di akun Instagramnya, Surya memperlihatkan situasi di mana ia tidak dapat menerima telepon dari driver ojek online karena ia berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Meskipun Surya membalas pesan chat dengan bahasa yang umum, sayangnya, pesanan tersebut dibatalkan dengan alasan yang sangat mengecewakan, yaitu, "maaf saya cancel...saya nggak biasa bawa org cacat."
Situasi ini mencerminkan tantangan yang dihadapi oleh penyandang disabilitas dalam menggunakan layanan transportasi. Ketidakpahaman dan sikap diskriminatif dari beberapa orang dapat membuat proses yang seharusnya sederhana menjadi sangat sulit. Hal ini menunjukkan pentingnya kesadaran dan pelatihan bagi para driver untuk memahami dan menghargai semua pelanggan, tanpa memandang kondisi fisik mereka.
Beri Saran
Surya merasa perlu untuk memberikan saran dan masukan kepada pihak ojek online (ojol) agar dapat meningkatkan layanan transportasi mereka. Hal ini penting dilakukan supaya kendala komunikasi yang dialami oleh penyandang disabilitas tidak terulang di masa depan.
Dalam unggahan Instagram story-nya, Surya mengungkapkan bahwa sebaiknya tidak perlu menggunakan istilah "cacat" sebagai alasan. Menurutnya, cukup dengan menyampaikan permintaan maaf saja akan lebih baik, sehingga tidak terkesan merendahkan. Ia juga menambahkan bahwa tidak perlu memposting pengalaman tersebut di media sosial, karena hal itu dapat menimbulkan kesan negatif.
Ada Perdebatan
Walaupun demikian, terdapat beberapa individu yang beranggapan bahwa tindakan Surya terlalu berlebihan dan berusaha membela perilaku sopir yang menggunakan istilah "cacat". Surya kemudian menanggapi dengan nada humor, "enak dong kalau anda belum pernah merasakan apa rasanya disebut cacat. Boleh tukaran gak?"
Perdebatan ini menunjukkan betapa sensitifnya isu penggunaan bahasa yang dapat menyakiti perasaan orang lain. Meskipun Surya berusaha untuk menyampaikan pandangannya dengan cara yang ringan, penting untuk memahami dampak dari kata-kata yang digunakan terhadap orang yang memiliki pengalaman berbeda.
Surya menyatakan dalam caption unggahannya, "Tapi gpp, saya pulang ke US bentar lagi kok. Karena ini memang lagi berlibur. Jadi ga terlalu sakit hati. Mumpung saya lagi kangen rasanya didiskriminasi setelah bertahun-tahun tidak dapat perlakukan kayak gini."