CEK FAKTA: Hoaks Swiss Melarang Vaksin Covid-19
Merdeka.com - Beredar postingan di Twitter yang mengklaim Swiss melarang vaksin Covid-19. Postingan tersebut pertama diunggah Robert Malone melalui akun Twitter pribadinya @RWMaloneMD.
Narasi postingan tersebut sebagai berikut:
"News from the Front LinesSwitzerland bans the COVID vaccines, Spike protein kills brain cells, AAPS updates, Twitter at war with Sbstck."Click on the link, if you dare to see the article. But careful though, according to Twitter censorship - it may not be safe... more red pills on the other side.tinyurl.com/ycksnres
-
Kenapa berita hoaks tentang Kominfo diklaim tidak benar? Hasilnya tidak ditemukan artikel dengan judul yang sama.
-
Apa isi hoaks yang beredar? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Kenapa informasi ini hoax? Penelusuran Setelah dilakukan penelusuran, klaim Gibran Rakabuming Raka ditangkap polisi karena narkoba adalah tidak benar alias hoaks. Pada tanggal 28 Agustus 2024, Gibran terlihat mendampingi pasangan bakal Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi-Taj Yasin Maemoen mendaftar ke KPU Jawa Tengah, Rabu (28/8). Kemudian tidak juga ditemukan berita dari media nasional yang memberitakan soal penangkapan Gibran karena pakai narkoba.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Siapa yang membuat berita hoaks? Menurut NewsGuard, situs-situs ini mengklaim diri mereka sebagai sumber berita lokal yang independen, namun tidak mengungkapkan afiliasi partisan atau asing mereka.
-
Kenapa mpox bukan efek samping vaksin COVID-19? Jadi, penyakit Mpox ini tidak dapat dikatakan karena efek samping dari vaksin COVID-19. Itu tidak ada hubungannya,' tegas Syahril.
Jika diterjemahkan sebagai berikut:
"Berita dari Garis DepanSwiss melarang vaksin COVID, protein Spike membunuh sel otak, pembaruan AAPS, Twitter berperang dengan Sbstck."Klik tautannya, jika Anda berani melihat artikelnya. Tapi hati-hati, menurut sensor Twitter - mungkin tidak aman... lebih banyak pil merah di sisi lain.tinyurl.com/ycksnres
Selain itu ada pula akun Facebook yang memposting hal serupa, dengan narasi:
Swiss Larang Vaksin COVID
Kebenaran Mendobrak.
Penelusuran
Cek fakta merdeka.com telah menelusuri kabar tersebut. Dilansir dari factcheck.afp.com, pemerintah Swiss tidak melarang vaksin Covid-19, namun tidak merekomendasikan dilakukan pada musim semi dan musim panas 2023 karena tingkat penyebarannya rendah dan tingkat kekebalan warga yang tinggi. Hal tersebut dicapai melalui vaksinasi dan infeksi sebelumnya.
Profesor epidemiologi klinis di University of Florida, Cindy Prins mengatakan, rekomendasi tersebut disesuaikan dengan kebutuhan negara mereka sendiri. Juru bicara Kantor Kesehatan Masyarakat Federal Swiss (FOPH) menyatakan hampir seluruh masyarakat Swiss telah divaksinasi dan/atau tertular dan sembuh dari Covid-19.
Novanax, sebuah perusahaan boiteknologi Amerika, mengatakan kepada AFP bahwa vaksid Covid-19 produksi mereka tidak dilarang di Swiss. Pfizer juga memastika vaksi produksi mereka masih tersedia di Swiss.
Kesimpulan
Postingan yang mengklaim Swiss melarang vaksin Covid-19 adalah hoaks. Pemerintah Swiss hanya tidak merekomendasikan vaksinasi dilakukan di musin semi dan musim panas 2023, karena tingkat penyebarannya rendah dan penduduknya sudah memiliki kekebalan yang tinggi.
Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya, sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Referensi:https://factcheck.afp.com/doc.afp.com.33CZ8KQhttps://www.kominfo.go.id/content/detail/48596/disinformasi-swiss-resmi-melarang-vaksin-covid-19/0/laporan_isu_hoaks
Reporter Magang: Azizah Paramayu (mdk/lia)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Viral di media sosial vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks bisa memicu kemandulan.
Baca SelengkapnyaBeredar klaim penerima vaksin Covid-19 mRNA akan meninggal dalam 3 atau 5 tahun
Baca SelengkapnyaBeredar Surat Edaran (SE) Kementerian Kesehatan mewajibkan masyarakat pakai masker, benarkah?
Baca SelengkapnyaHinky mengatakan, vaksin AstraZeneca sudah melewati tahap uji klinis tahap 1 hingga 4.
Baca SelengkapnyaJangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan.
Baca SelengkapnyaDirektur Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono menegaskan dan mengimbau masyarakat untuk tidak percaya kepada informasi hoaks
Baca SelengkapnyaBahkan, muncul narasi menyatakan bahwa virus SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 tidak ada.
Baca SelengkapnyaBeredar penyebaran virus mpox merupakan efek samping vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaInformasi tentang sesar besar Sumatera yang akan menimbulkan tsunami itu beredar luas melalui video berdurasi pendek.
Baca SelengkapnyaBelakangan, vaksin AstraZeneca disebut-sebut memicu kejadian trombosis with thrombocytopenia syndrome (TTS) atau pembekuan darah.
Baca SelengkapnyaIndonesia merupakan negara dengan peringkat keempat terbesar di dunia yang melakukan vaksinasi COVID-19.
Baca SelengkapnyaImbauan ini untuk mencegah lonjakan kasus Covid-19 jelang Natal 2023 dan Tahun Baru 2024.
Baca Selengkapnya