AJI Temukan 69 Jenis Konten Medsos di Indonesia Lebih Pro Rusia Soal Invasi Ukraina
Merdeka.com - Invasi Rusia di Ukraina berlangsung hampir setahun. Perang masih berlangsung dan belum ada tanda kapan akan berakhir.
Sejak Rusia menyerang Ukraina, dampaknya tidak hanya dirasakan di tingkat regional, tapi juga global. Di Indonesia, kecenderungan masyarakat lebih pro Rusia, ini terlihat dari berbagai konten yang beredar di media sosial.
Sekjen Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Ika Ningtyas, yang juga terlibat dalam tim pemeriksa fakta (fact-checker), menemukan ada 69 jenis konten dengan narasi berbeda terkait invasi Rusia di Ukraina. Konten ini beredar di media sosial, khususnya di kalangan warganet Indonesia.
-
Apa yang terjadi di Indonesia? Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan dalam sepekan ke depan hampir seluruh wilayah di Indonesia akan dilanda suhu panas.
-
Apa saja tema yang diangkat? Ceramah Islam berbagai tema di bawah ini bisa dicontoh dan dijadikan inspirasi jika Anda ditunjuk mengisi sebuah acara.
-
Gimana struktur paragraf eksposisi? Struktur paragraf eksposisi umumnya melibatkan kalimat topik yang menyatakan pokok pikiran paragraf, diikuti oleh kalimat pendukung yang memberikan rincian atau bukti, dan diakhiri dengan kalimat penutup yang merangkum atau menyimpulkan isi paragraf.
-
Siapa yang terlibat? Konflik pribadi adalah konflik yang melibatkan satu individu dengan individu lainnya.
-
Bagaimana Indonesia hadapi situasi Timur Tengah? 'Jadi kita harus move on dengan tantangan yang tidak biasa dan tentunya membutuhkan soliditas dari seluruh partai politik menghadapi ketidakpastian dunia saat ini,' jelas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar ini.
-
Paragraf eksposisi ada dimana? Paragraf eksposisi adalah paragraf yang biasanya terdapat pada jenis teks nonfiksi maupun teks yang bersifat ilmiah.
Ika mengatakan, dari 69 jenis konten ini, mereka mengelompokkan ada tujuh kategori narasi pro Rusia yang beredar seperti; kedekatan Rusia dan Indonesia, situasi Eropa atau Amerika Serikat (AS), situasi konflik, kondisi pemerintah Ukraina, kedekatan Rusia dengan Islam, peran Presiden Joko Widodo atau Indonesia, dan kondisi pengungsi dan korban.
Ika mencontohkan, banyak konten yang menyatakan bahwa Indonesia mendukung invasi Rusia di Ukraina. Selain itu muncul pula narasi bahwa Rusia siap mengerahkan rudal atau senjata nuklir ke Eropa atau AS.
"Video-video lama yang tidak terkait dengan invasi tapi diklaim bagian dari invasi Rusia ke Ukraina. Ada juga yang membahas kehebatan Rusia dan Ukraina selalu kalah," paparnya dalam seminar Misinformasi dan Disinformasi Seputar Invasi Rusia ke Ukraina di Jakarta Pusat, Rabu (8/2).
Selain itu banyak juga konten disinformasi bahwa Putin masuk Islam dan akan menyerang Israel. Ika juga menemukan banyak video parodi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy. Menurutnya ini sangat disayangkan, seolah-olah dengan parodi ini, orang tidak perlu berempati pada korban perang.
Dia menambahkan, disinformasi yang beredar sangat masif dan ini mempengaruhi persepsi publik dan pemerintah di suatu negara. Menurutnya, masyarakat Indonesia kemudian menjadi lebih bersimpati ke Rusia daripada Ukraina yang menjadi sasaran agresi.
Dari berbagai konten yang beredar ini, Ika mengatakan 90 formatnya berupa video panjang. Konten ini beredar di berbagai platform seperti YouTube, TikTok, Telegram, Facebook, dan Twitter.
Pihaknya juga mengidentifikasi ada tiga jenis akun penyebar disinformasi ini yaitu akun baru tanpa identitas yang dibuat tak lama setelah invasi, akun lama yang fokus pada militer, dan akun warganet yang pro Rusia.
Sementara itu, menurut Akademisi Universitas Airlangga, Radityo Dharmaputra, maraknya disinformasi itu salah satunya karena kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia tentang hubungan Rusia-Ukraina. Selain itu, pakar atau akademisi yang khusus mempelajari persoalan Rusia-Ukraina juga masih jarang di Indonesia.
Radityo mengatakan, saat awal invasi, beredar narasi yang menganalogikan Perang Rusia-Ukraina seperti konflik suami istri.
"Analogi itu tidak sesuai dengan apa yang terjadi selama sekian tahun. Itu bagian disinformasi. Penyebab perang tidak hanya satu (aspek) tapi banyak," jelasnya.
Dia juga mengkritisi media yang tidak memberi porsi pemberitaan yang cukup tinggi terhadap korban.
"Ini sangat jarang ditemui, menjelaskan dari sudut pandang korban," ujarnya.
Selain itu, dia juga menyinggung soal penggunaan terminologi oleh media. Ada media yang hanya menyebut konflik antara Rusia-Ukraina, bukan invasi, padahal jelas tindakan Rusia adalah agresi oleh satu pihak.
Bagaimana dampak disinformasi ini terhadap Ukraina?
Pakar komunikasi strategis dari Ukraina, Liubov Tsybulska mengatakan, dampaknya adalah banyak orang Ukraina yang terbunuh. Menurutnya disinformasi ini adalah bagian dari propaganda Rusia.
"Implikasi misinformasi sangat terasa. Karena itulah media perlu tim fact checker (pemeriksa fakta," pungkasnya.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Beredar yang mengklaim Indonesia bergabung dengan Rusia untuk menyerang Israel, simak penelusurannya
Baca SelengkapnyaKetua Komisi I DPR Meutya Hafid menilai pertemuan Prabowo dan Putin sebagai bentuk konsistensi Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas aktif.
Baca SelengkapnyaPrabowo menyebut, Rusia juga telah membantu Indonesia dalam membangun pertahanan dan kekuatan militer.
Baca SelengkapnyaGanjar menyarankan untuk mencari negara alternatif sebagai pemasok bahan
Baca SelengkapnyaAksi ini sebagai bentuk duka cita atas tragedi penembakan di Crocus City Hall, Moskow, yang menewaskan 143 orang.
Baca SelengkapnyaMenurut Jokowi, suara lantang Menlu Retno disampaikan terkait dukungan Indonesia terhadap kemerdekaan Palestina
Baca Selengkapnya"Semoga Perang Rusia- Ukraina segera berakhir dan kondisi global perlahan kembali normal dan kondusif," kata Panglima.
Baca SelengkapnyaJokowi bersyukur karena Indonesia mengkonsumsi nasi dari beras, bukam gandum.
Baca SelengkapnyaPresiden Joko Widodo (Jokowi) bicara geopolitik hingga rivalitas negara negara besar.
Baca SelengkapnyaMI yang diketahui dalam kondisi hamil terlihat tertunduk lesu tertunduk
Baca SelengkapnyaDi tengah tantangan keamanan global dan regional, kedua belah pihak menegaskan pentingnya menjaga perdamaian dan keamanan internasional.
Baca SelengkapnyaMegawati tak ingin Indonesia berkonflik dengan negara-negara yang ada di Asia Tenggara lainnya.
Baca Selengkapnya