Bandara Diserang Geng Bersenjata, PM Haiti Tak Bisa Pulang ke Negaranya
Kekerasan geng bersenjata meningkat di ibu kota Haiti dan bahkan meluas sampai ke desa-desa.
Kekerasan geng bersenjata meningkat di ibu kota Haiti dan bahkan meluas sampai ke desa-desa.
Bandara Diserang Geng Bersenjata, PM Haiti Tak Bisa Pulang ke Negaranya
Perdana Menteri Haiti, Ariel Henry, tak bisa kembali ke negaranya pada Selasa setelah bandara Port-au-Prince diserang dan Republik Dominika menolak memberi izin Henry mendarat di negara tetangganya itu.
Sumber: AFP dan Jamaica Observer
Henry, yang seharusnya mengundurkan diri bulan lalu, pergi ke luar negeri pekan lalu ketika geng kriminal bersenjata yang menguasai sebagian besar wilayah negara itu mengumumkan serangan terkoordinasi untuk menggulingkannya.
Kekerasan di negara Karibia ini meningkat. Tembakan senjata api membuat beberapa penerbangan di Bandara Internasional Toussaint Louverture di ibu kota Haiti ditutup.
Setelah dilarang mendarat di Dominika, Henry akhirnya menuju Puerto Rico. Pada Selasa malam, juru bicara kantor gubernur di Puerto Rico mengonfirmasi pesawat Henry telah mendarat di sana, setidaknya untuk sementara waktu.
"Saya tidak tahu apakah dia masih berada di Puerto Rico," kata Sheila Anglero kepada AFP melalui telepon.
Kelompok geng yang menguasai sebagian besar wilayah Haiti yang miskin telah menimbulkan kekacauan selama berbulan-bulan, dengan serangan-serangan terkoordinasi ke tempat-tempat strategis yang semakin meningkat sejak pekan lalu.
Henry, yang berkuasa sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021, seharusnya mengundurkan diri pada bulan Februari. Namun, ia malah menyetujui untuk membagi kekuasaan dengan pihak oposisi hingga pemilihan umum baru diadakan.
Henry melakukan perjalanan ke Kenya untuk mendorong pengerahan misi polisi multinasional yang didukung PBB untuk membantu menstabilkan negaranya ketika upaya penggulingannya dimulai.
Dengan kepergiannya, geng-geng tersebut menyerbu dua penjara Port-au-Prince, menyebabkan belasan puluhan orang tewas dan ribuan napi kabur.
Pemerintah mengumumkan keadaan darurat dan jam malam, yang diperpanjang sampai Rabu.
Sebelumnya pada Selasa, geng bersenjata menyerang akademi polisi ibukota, tempat lebih dari 800 taruna berlatih. Serangan tersebut berhasil dipukul mundur setelah polisi dikerahkan, kata Lionel Lazarre dari serikat polisi Haiti.
Para pejabat Haiti menyerukan dunia internasional untuk membantu pasukan keamanan mereka yang kewalahan setelah geng bersenjata masuk ke daerah pedesaan, mengancam produksi pertanian.
Juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres, Stephane Dujarric, menyatakan setidaknya 15.000 orang mengungsi di daerah-daerah yang paling parah terkena dampak "eskalasi kekerasan".
Karena pergerakan yang terbatas, tim PBB di lapangan tidak dapat melaporkan jumlah korban tewas akibat kekerasan terbaru, kata Dujarric kepada para wartawan di New York.