Penyebab Geng Kartel Narkoba Ngamuk hingga Bikin Presiden Ekuador Tetapkan Status Darurat
Presiden Ekuador, Daniel Noboa mengatakan kondisi negara sedang dalam darurat.
Presiden Ekuador, Daniel Noboa mengatakan kondisi negara sedang dalam darurat.
Penyebab Geng Kartel Narkoba Ngamuk hingga Bikin Presiden Ekuador Tetapkan Status Darurat
Penyebab Geng Kartel Narkoba Ngamuk hingga Bikin Presiden Ekuador Tetapkan Status Darurat
Ekuador dalam kondisi genting. Sedikitnya, 14 orang meninggal dunia akibat eskalasi kekerasan yang terus meningkat antara tentara Ekuador dengan geng narkoba.
Presiden Ekuador, Daniel Noboa mengatakan kondisi negara sedang dalam darurat. Bahkan pemerintah juga menerapkan jam malam.
Membalas pernyataan presiden, geng narkoba membalas dengan menyatakan 'perang'.
Memulai dengan kerusuhan di penjara. Menyerbu stasiun televisi publik yang sedang siaran langsung dan mengancam akan membunuh warga sipil dan pasukan keamanan.
Dalam beberapa tahun terakhir, kekerasan hingga serangan senjata terus meningkat secara signifikan di negara Amerika Selatan.
Pada Agustus 2023, calon presiden sekaligus jurnalis Fernando Villavicencio dibunuh, hanya 11 hari menjelang pemilu Ekuador.
Lonjakan ini dikaitkan dengan konflik antara kartel narkoba internasional dan lokal yang bersaing untuk mendominasi jalur pasokan kokain ke Amerika Serikat dan Eropa.
Salah satu bos kartel narkoba Ekuador adalah Macias.
Dia adalah pemimpin dari Los Choneros, salah satu geng kartel paling ditakuti di Ekuador.
Kelompok ini diyakini terlibat dalam penyelundupan narkoba lewat laut ke Meksiko dan Amerika Serikat.
Menurut pusat penelitian Insight Crime, kelompok Macias ini juga bekerja sama dengan kartel Sinoloa Meksiko dan Barisan Oliver Sinisterra di Kolombia.
Macias dijebloskan ke penjara karena kasus penyelundupan narkoba.
Sementara itu, anggota khusus PBB untuk kemiskinan ekstrim dan hak asasi manusia, Olivier De Schutter, menyatakan ada aspek sosial yang mendasari situasi ini.
Pertama, kaum muda di Ekuador beralih ke geng untuk keluar dari kemiskinan karena kurangnya kesempatan bekerja.
“Kemiskinan menimpa khususnya generasi muda di negara ini, dan banyak di antara mereka yang memilih untuk bergabung dengan geng tersebut atau bermigrasi ke Amerika Serikat,”
kata Olivier dalam sebuah wawancara dengan Reuters pada September lalu.