Bukan Cleopatra dari Mesir Kuno, Tapi Bangsa Ini Pertama Kali Pakai Lipstik 4.500 Tahun Lalu
Lipstik merupakan produk kecantikan yang digunakan manusia sejak ribuan tahun lalu.

Penggunaan lipstik telah menjadi bagian penting dalam dunia kecantikan dan perawatan diri, namun tahukah Anda siapa yang pertama kali menggunakannya? Sejarah mencatat, bangsa Sumeria di Mesopotamia Selatan adalah yang pertama kali memakai pewarna bibir, yang dapat dianggap sebagai bentuk awal lipstik.
Penggunaan pewarna bibir ini berlangsung antara 2500 SM hingga 1000 SM. Lipstik pada masa itu terbuat dari bahan alami, seperti dikutip dari berbagai sumber. Bangsa Sumeria menggunakan bahan-bahan seperti buah-buahan, henna, karat tanah liat, dan bahkan serangga untuk menciptakan pewarna bibir.
Hal ini menunjukkan masyarakat pada masa itu sudah memiliki minat dan kreativitas dalam mempercantik diri. Meski demikian, istilah 'lipstik' yang kita kenal saat ini baru muncul sekitar tahun 1880, menjadikan perjalanan sejarah lipstik ini sangat panjang.
Di Mesopotamia Selatan, pewarna bibir tidak hanya digunakan untuk tujuan estetika, tetapi juga memiliki makna sosial dan budaya. Penggunaan pewarna bibir ini umumnya terbatas pada kalangan atas, mencerminkan status sosial seseorang. Hal ini menunjukkan kecantikan dan perawatan diri telah menjadi bagian dari identitas dan ekspresi diri manusia sejak zaman kuno.
Perkembangan Lipstik di Mesir Kuno
Setelah bangsa Sumeria, penggunaan lipstik juga berkembang di Mesir Kuno. Lipstik di Mesir bukan hanya sekadar pewarna bibir, tetapi juga menjadi simbol status dan kekuasaan. Ratu Cleopatra, salah satu figur ikonik dari Mesir Kuno, dikenal menggunakan lipstik sebagai bagian dari tata rias sehari-harinya.
Cleopatra bahkan dikenal menggunakan pewarna bibir yang terbuat dari bahan-bahan alami yang beragam. Penggunaan lipstik di Mesir Kuno menunjukkan kecantikan memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi kalangan elit. Masyarakat Mesir Kuno meyakini penampilan yang menarik dapat meningkatkan daya tarik dan kekuatan sosial.
Oleh karena itu, lipstik bukan hanya sekadar kosmetik, tetapi juga merupakan alat untuk mengekspresikan diri dan menunjukkan status. Seiring berjalannya waktu, penggunaan lipstik mengalami pasang surut di Eropa, terutama selama abad pertengahan. Pada masa ini, perkembangan agama Kristen di Eropa mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kecantikan dan penggunaan kosmetik. Banyak orang menganggap penggunaan lipstik sebagai hal yang tidak pantas dan berlawanan dengan nilai-nilai moral yang dianut.
Untuk Kalangan Tertentu
Selama periode ini, penggunaan lipstik menjadi semakin terbatas, dan hanya kalangan tertentu yang berani menggunakannya. Namun, pada abad ke-16, penggunaan lipstik mulai kembali populer, terutama di kalangan bangsawan dan aristokrat. Mereka menggunakan lipstik sebagai simbol kemewahan dan status sosial.
Seiring dengan perkembangan zaman, lipstik mulai diproduksi secara massal dan menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat umum. Hal ini menyebabkan lipstik menjadi bagian dari rutinitas kecantikan sehari-hari bagi banyak wanita.
ada akhir abad ke-19, lipstik dalam kemasan tabung mulai diperkenalkan, menjadikannya lebih praktis dan mudah digunakan. Dalam konteks modern, lipstik telah berevolusi menjadi salah satu produk kosmetik yang paling populer di dunia. Dengan berbagai warna, tekstur, dan formula yang tersedia, lipstik kini menjadi simbol ekspresi diri bagi banyak wanita.