China Mulai Uji Coba Vaksin Corona ke Manusia
Merdeka.com - China kini memulai uji coba medis obat untuk melawan virus corona.
Obat Remdesivir buatan Gilead Sciences Inc yang ditujukan memerangi wabah penyakit menular seperti Ebola dan SARS, akan diuji coba oleh tim medis dari Rumah Sakit Persahabatan China-Jepang yang berbasis di Beijing. Kabar itu disampaikan juru bicara rumah sakit kepada Bloomberg News hari ini, seperti dilansir laman Time, Senin (3/2).
Uji coba obat Remdesivir itu akan dilakukan di Kota Wuhan--pusat awal penyebaran virus corona yang sejauh ini sudah menewaskan 360 orang lebih dan menjangkiti 17 ribu lainnya di China dan menyebark ke puluhan negara.
-
Apa saja gejala yang dialami pasien pertama Covid-19? Setelah kembali ke Depok, NT mulai merasakan gejala seperti batuk, sesak, dan demam selama 10 hari. Ia berobat ke RS Mitra Depok dan didiagnosis mengidap bronkopneumonia, salah satu jenis pneumonia yang menyebabkan peradangan pada paru-paru.
-
Apa itu penyakit misterius di China? Dalam beberapa hari terakhir, China dihantui lonjakan penyakit pernapasan misterius di kalangan anak-anak di sepanjang wilayah utara, menciptakan kekhawatiran di kalangan masyarakat.
-
Kenapa kasus Covid-19 naik? Kasus positif Covid-19 pada 27 November sampai 3 Desember mengalami kenaikan sebanyak 30 persen dibanding pekan sebelumnya, yaitu pada 20-26 November.
-
Siapa yang terlibat dalam penelitian Covid-19 ini? Tim peneliti yang dipimpin oleh Wellcome Sanger Institute dan University College London di Inggris menemukan respons kekebalan baru yang memberikan pertahanan garis depan yang kuat.
-
Siapa yang paling berisiko terkena pneumonia? 'Yang terbanyak memang karena bakteri dan virus,' kata Wahyuni.
-
Siapa yang bisa terkena pneumonia? Beberapa bakteri yang sering menyebabkan pneumonia adalah pneumokokus dan streptokokus, sedangkan virus seperti COVID-19 juga dapat menjadi penyebab pneumonia.
Media China, The Paper, melaporkan, sebanyak 270 pasien yang mengalami pneumonia sedang dan moderat akibat virus corona akan direkrut secara acak untuk uji coba ini.
Produsen obat seperti GlaxoSmithKline Plc. dan otoritas China kini berpacu dengan waktu membuat vaksin dan terapi untuk memerangi virus anyar yang sudah melebihi parahnya wabah SARS pada 2003.
Dalam pernyataannya pekan lalu, Gilead menuturkan, obat uji coba ini belum mendapat pengakuan oleh pihak pembuat aturan penggunaan obat di mana pun di dunia tapi kini sedang diberikan kepada sejumlah pasien untuk memerangi corona.
Lembaga pembuat aturan kesehatan di China juga menyarankan penggunaan obat HIV dari AbbVie Inc, Kaletra, sebagai obat antivirus untuk corona. Kaletra juga rencananya akan diujicobakan kepada manusia.
GlaxoSmithKline dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapan Epidemi hari ini mengatakan mereka akan berupaya mempercepat pembuatan vaksin corona dan memproduksinya secara massal.
Pasien pertama yang diberi obat remdesivir di Amerika Serikat adalah seorang pria berusia 35 tahun dan kini kondisi pneumonianya mengalami perbaikan, kata dokter yang menanganinya dalam sebuah penelitian di Jurnal Medis New England pekan lalu.
Uji coba di China ini akan menjadi bagian dari pengakuan tercepat obat remdesivir oleh para pembuat kebijakan kesehatan China.
Di Thailand
Di saat para ahli tengah membuat atau menguji coba vaksin, Kementerian Kesehatan Thailand dalam jumpa pers kemarin mengatakan, sejumlah dokter di negara itu berhasil menyembuhkan seorang pasien terinfeksi virus corona dengan memberi kombinasi obat antivirus.
Dr Kriangsak Atipornwanich di Rumah Sakit Rajavithi Bangkok mengatakan dia menangani pasien virus corona perempuan berusia 71 tahun dari China dengan memberinya kombinasi obat anti-HIV dan flu. Dia mengatakan pasien itu sebelumnya sudah diberi hanya obat anti-HIV saja.
"Saya menangani pasien dengan kondisi yang parah, dan hasilnya sangat memuaskan. Kondisi pasien kini membaik dengan cepat dalam 48 jam. Dan hasil pemeriksaan juga menunjukkan perubahan dari yang tadinya dia positif corona menjadi negatif dalam 48 jam juga," kata Atipornwanich, seperti dilansir laman CNN, Senin (3/2).
Pejabat Kesehatan Thailand menuturkan dalam jumpa pers, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan di sistem pernapasan pasien tadi sudah tidak ada lagi jejak virus corona.
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kasus pneumonia tengah melonjak di China sejak pertama kali dilaporkan pada 13 November 2023.
Baca SelengkapnyaLonjakan kasus penyakit mirip influenza ini membuat sebuah RS di China penuh. Banyak pasien anak-anak yang terpaksa dirawat di koridor dan tangga rumah sakit.
Baca SelengkapnyaMunculnya wabah misterius ini mirip dengan awal kemunculan Covid-19 tiga tahun lalu.
Baca SelengkapnyaSejak pertengahan Oktober 2023, WHO telah memantau data dari sistem pengawasan Tiongkok, terkait pneumonia misterius yang melanda anak-anak di China utara.
Baca SelengkapnyaPenyakit Pernapasan Melonjak di China, WHO Minta Penjelasan
Baca SelengkapnyaGejala Mycoplasma pneumonia yang ditimbulkan sebenarnya terbilang ringan.
Baca SelengkapnyaDua kasus kematian baru dari pasien Covid-19 pada Desember 2023.
Baca SelengkapnyaPenyakit ini sudah merebak di Beijing dan Liaoning utara, China.
Baca Selengkapnyamengonfirmasi tren kasus mingguan Covid-19 di Indonesia kembali mengalami peningkatan.
Baca SelengkapnyaPenerima vaksin ini adalah laki-laki yang dalam dua minggu terakhir melakukan hubungan seksual berisiko dengan atau tanpa status ODHIV.
Baca SelengkapnyaTemuan sementara, penyebab utama pneumonia misterius di China adalah mycoplasma.
Baca SelengkapnyaPasien mengembuskan napas terakhir di RS Embung Fatimah pada 18 Desember 2023.
Baca Selengkapnya