Ilmuwan Temukan Fosil Hewan Mirip Bintang Laut Berusia 155 Juta Tahun, Separuh Tubuhnya Tidak Utuh
Spesies ini disebut bintang rapuh dan berbeda dengan bintang laut.
Spesies ini disebut bintang rapuh dan berbeda dengan bintang laut.
-
Fosil hewan purba apa yang ditemukan? Fosil tersebut diperkirakan sebagai spesies dari kelas cestoda, juga dikenal sebagai cacing pita.
-
Di mana fosil bintang laut ditemukan? Mereka terdiri dari cetakan alami dan cetakan yang dikumpulkan dari dua lokasi di 'Unit Atas' Formasi Baviaanskloof.
-
Fosil apa yang ditemukan di Jerman? Trachelosaurus fischeri pertama kali ditemukan pada 1918 di lapisan batu pasir Buntsandstein di Bernburg an der Saale, Jerman.
-
Di mana fosil hewan purba itu ditemukan? Sebuah penemuan baru dari nenek moyang plesiosaurus bernama Chusaurus xiangensis telah ditemukan di Fauna Nanzhang-Yuan'an di Provinsi Hubei, China.
-
Dimana fosil hewan purba itu ditemukan? Penemuan ini bermula ketika pada 1983, anggota Royal Ontario Museum menjelajahi Canadian Rockies dan menemukan lapangan fosil yang sangat luas di Taman Nasional Yoho, menurut studi yang diterbitkan pada 21 Juni dalam Journal of Systematic Palaeontology.
-
Di mana fosil hewan purba ditemukan? Beberapa ribu tahun yang lalu, pulau Sumba di NTT, Indonesia adalah rumah bagi gajah, tikus raksasa, dan naga, menurut penemuan fosil yang dilaporkan dalam jurnal ilmiah bulan lalu.
Ilmuwan Temukan Fosil Hewan Mirip Bintang Laut Berusia 155 Juta Tahun, Separuh Tubuhnya Tidak Utuh
Para ilmuwan Jerman berhasil menemukan dan mendeskripsikan sebuah spesies sejenis bintang laut berusia 155 juta tahun, jenis Brittle Star atau bintang rapuh yang sedang dalam pertengahan regenerasi pada separuh tubuhnya.
Dilansir Science Alert, fosil bintang rapuh pertama kali digali pada tahun 2018 dari deposit batu kapur di Jerman Selatan yang dulunya merupakan sebuah laguna yang dipenuhi rumput laut dan karang serta hamparan spons. Lokasi penemuan ini juga merupakan tempat yang dipenuhi fosil gigi hiu dan sisa-sisa pterosaurus purba, krustasea dan makhluk mirip buaya dari akhir zaman Jurrasic.
Fosil ini merupakan spesimen pertama dan satu-satunya yang diketahui oleh para ilmuwan yang serupa.
Fosil ini digambarkan sebagai spesies baru bintang rapuh atau Brittle Star, Ophiactis Hex.
Bintang laut dan bintang rapuh merupakan dua spesies yang berbeda walaupun memiliki bentuk yang hampir sama. Bintang rapuh modern dan beberapa jenis bintang laut sebagian besar berkembang biak melalui fisiparitas, sebuah proses di mana bintang membelah diri menjadi dua dan masing-masing sisinya akan menumbuhkan kembali bagian-bagian yang hilang. Proses ini juga dikenal sebagai fragmentasi klonal, karena bagian tubuh bintang yang terbelah merupakan klon dari bintang aslinya.
Meskipun fisiparitas ditemukan pada keturunan bintang laut dan bintang rapuh, para peneliti masih belum mengetahui sejak kapan spesies ini mulai berevolusi. Bintang yang berkembang biak dengan cara fisiparitas cenderung memiliki enam lengan (bukan lima), seperti temuan pada fosil bintang rapuh ini, yang menjadikan pembagian tubuh menjadi lebih merata dan masuk akal.
“Meskipun biologi dan ekologi fragmentasi klon telah dipahami dengan baik, hampir tidak ada yang diketahui tentang evolusi dan sejarah geologi fenomena tersebut,” kata Ben Thuy, ahli paleontologi di Museum Nasional Sejarah Alam Luksemburg bersama rekannya yang dijelaskan dalam makalah mereka tentang temuan baru ini.
Fosil berusia 155 juta tahun ini ditemukan dalam kondisi yang sangat baik sehingga detail duri berbentuk kait yang ada di lengan bintang rapuh dapat terlihat dengan jelas. Fosil Ophiactis Hex membuktikan bahwa fragmentasi klonal pada echinodermata berbentuk bintang memiliki akar evolusi yang dalam.
Para peneliti memberi nama fosil ini dengan sebutan Ophiactis Hex yang diambil dari nama superkomputer ajaib dalam sebuah novel Discworld karya Terry Pratchett, sebuah mesin yang mampu memikirkan hal-hal yang tidak terpikirkan. Penemuan bintang rapuh berlengan enam oleh para ahli ini, menunjukan fisiparitas adalah strategi reproduksi aseksual kuno yang terkait dengan bentuk tubuh simetris tersebut.
“Sementara kerangka ophiuroids dengan masing-masing lengan yang membeku dalam proses regenerasi relatif umum dalam catatan fosil, kasus individu dengan separuh yang beregenerasi sangat jarang,” tulis Thuy dan rekannya.
“Sepengetahuan kami, spesimen yang dijelaskan dalam makalah ini, merupakan kasus kedua yang diketahui sejauh ini. Kasus pertama menunjukan regenerasi tampaknya terkait dengan simetri enam kali lipat dan fragmentasi klonal.”
Dengan hanya satu spesimen Ophiactis Hex yang ditemukan sejauh ini, para peneliti mengakui bahwa mustahil untuk mengetahui secara pasti seperti apa spesies tersebut mulai membelah diri dan apakah ia memiliki enam lengan atau tidak.
Satu-satunya spesimen lain yang hampir memberikan contoh reproduksi kuno pada bintang rapuh dideskripsikan pada tahun 1851 dan sangat tidak meyakinkan, diperkirakan telah menumbuhkan lengan keenam setelah cedera. Studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences.