Konflik Antar-Suku di Papua Nugini, 24 Orang Tewas Termasuk Ibu Hamil
Merdeka.com - Konflik antar suku meletus di wilayah dataran tinggi Provinsi Hela, Papua Nugini. Sebanyak 24 orang tewas, termasuk anak-anak dan perempuan hamil. Pejabat setempat memperkirakan jumlah korban masih jauh lebih banyak, mengingat kekerasan brutal itu telah terjadi sejak beberapa hari.
Konflik itu disebut sebagai salah satu kekerasan antar-suku terparah di Papua Nugini selama beberapa tahun terakhir. Perdana Menteri James Marape menyebut hari saat tragedi itu terjadi menjadi salah satu hari paling menyedihkan dalam hidupnya. Demikian seperti dilansir BBC, Rabu (10/9).
Marape berjanji menangkap dan menghukum seluruh tersangka, di mana ia menuduh suku Hagui, Okiru, dan Liwi sebagai dalang konflik.
-
Siapa yang terlibat dalam konflik Papua? Gerakan Papua Merdeka semakin terorganisir melalui budaya, sosial, politik luar negeri, senjata, bahkan berhasil menarik perhatian aktivis NGO.
-
Apa yang menjadi masalah akar konflik Papua? Peneliti dari Yayasan Bentala Rakyat, Laksmi Adriani Savitri mengatakan bahwa salah satu akar masalah dari konflik Papua adalah dorongan modernisasi yang dipaksakan.
-
Mengapa kekerasan di Papua meningkat? Sekretaris Gugus Tugas Papua UGM Arie Ruhyanto mengatakan bahwa angka kekerasan di Papua meningkat di tengah gencarnya proses pembangunan oleh pemerintah.
-
Siapa saja yang menjadi korban letusan Marapi? Data 75 orang pendaki itu merupakan data dari pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat berdasarkan sistem booking online.
-
Siapa yang mengorbankan anak-anak? Gundukan berukuran 60 x 20 meter itu berisi 76 anak-anak dan dua orang dewasa yang dikorbankan itu berkaitan dengan peradaban Suku Chimu, peradaban yang dikenal karena karya seni dan tekstilnya dari abad ke-12 hingga abad ke 15.
"Kalian para kriminal bersenjata, wktu kalian sudah habis," tegasnya.
Motif konflik antar-suku itu belum diketahui. Namun, rekam jejak kekerasan di kawasan dataran tinggi Hela bisa dilacak hingga lebih dari 20 tahun silam. Marape mengatakan, minimnya sumber daya manusia menjadi kendala bagi pemerintah lokal dalam memutus akar kekerasan.
"Bagaimana bisa, sebuah provinsi berpenduduk 40.000 jiwa diawasi oleh hanya kurang dari 60 orang aparat penegak hukum dan beberapa lainnya yang bertugas paruh waktu, serta hanya melakukan pengamanan 'tambal-sulam'," jelasnya.
Pejabat Provinsi Hela, William Bando mengatakan bahwa pihaknya kini telah meminta tambahan 100 orang aparat keamanan pasca-konflik. Kantor berita lokal EMTV melaporkan setidaknya dua insiden kekerasan terjadi di desa-desa kecil di distrik Tari-Pori, Provinsi Hela.
Berdasarkan laporan EMTV, pada Minggu 7 Juli, tujuh orang --empat pria dan tiga perempuan-- tewas di desa Munima. Kemudian pada Senin 8 Juli, 16 perempuan dan anak-anak dibacok hingga tewas di desa Karida. Dua perempuan itu diketahui tengah mengandung.
Seorang pejabat kesehatan di Provinsi Hela, Pills Pimua Kolo, mengunggah foto di Facebook tentang apa yang dideskripsikannya sebagai pembantaian di desa Karida. Gambar menunjukkan barisan jasad dibungkus kain dan diikat ke tiang panjang. Beberapa, kata Kolo, terlihat sudah terpotong-potong dan sulit untuk diidentifikasi secara visual.
Mengakar Sejak Lama
Provinsi di kawasan dataran tinggi Papua Nugini sangat terpencil. Masyarakat masih berbasis di sekitar tradisi suku dan banyak desa kecil tidak pernah memiliki akses jalan. Pada 2018, gempa bumi menghancurkan beberapa daerah terpencil.
Bentrokan suku adalah hal lumrah, dengan persaingan yang sering terjadi karena pemerkosaan atau pencurian, atau perselisihan tentang batas-batas wilayah. Tetapi sementara klan telah bertarung satu sama lain selama beberapa dekade atau abad, parahnya kekerasan yang terjadi saat ini menghentakkan negara itu.
Selama beberapa tahun terakhir, masuknya senjata otomatis telah membuat bentrokan bersifat lebih mematikan dan meningkatkan siklus kekerasan. Papua Nugini adalah salah satu negara termiskin di Asia dengan sekitar 40 persen populasi hidup dengan pendapatan kurang dari USD 1 sehari, menurut PBB.
Reporter: Rizki Akbar HasanSumber: Liputan6
(mdk/pan)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dua Kelompok Bentrok akibat Lakalantas di Wouma, 2 Tewas dan 5 Luka-Luka
Baca Selengkapnyajenazah disemayamkan di rumah duka keluarga masing-masing di SP 1 dan SP 2 Mimika.
Baca SelengkapnyaSebanyak 16 orang dilaporkan tewas dalam kerusuhan tersebut. Papua Nugini kini menetapkan status darurat nasional selama 14 hari.
Baca SelengkapnyaPesonel Polri rutin melakukan patroli di sepanjang desa.
Baca SelengkapnyaMencatat ada 8 orang meninggal dunia, terdiri atas lima anggota TNI/POLRI dan tiga warga sipil
Baca SelengkapnyaKapolda Papua Irjen Pol Patrige Renwarin mengatakan sebanyak 40 rumah dibakar dan 94 orang terluka akibat pertikaian antar pendukung di Pilkada Papua Tengah.
Baca Selengkapnya2000 Orang Terkubur Hidup-Hidup karena Longsor di Papua Nugini, Negara Resmi Minta Pertolongan
Baca SelengkapnyaUntuk lokasi aksi KKB mayoritas terjadi di Kabupaten Intan Jaya, Yahukimo, Nduga, dan Pegunungan Bintang.
Baca SelengkapnyaPeristiwa berdarah ini karena sengketa lahan antara Desa Ilepati dan Bugalima sejak 70an tahun lalu hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaPolisi menyebut kondisi Kota Bitung saat ini aman dan terkendali.
Baca SelengkapnyaData Perludem ada 21 PHPU di Papua Tengah yang didaftarkan ke MK
Baca SelengkapnyaSertu Rizal adalah anggota Satgas Pamtas Mobile Yonif R 408/SBH (Suhbrastha) yang gugur dalam baku tembak
Baca Selengkapnya