Penelitian Ungkap Tanaman Bisa Bersuara, Begini Bunyinya Saat Mereka "Berteriak”
Penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman dapat memproduksi suara "teriakan" ketika mereka dicabut, mengalami stres, atau kekurangan air.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan di Universitas Tel Aviv mengungkapkan informasi mengejutkan bahwa tanaman mampu mengeluarkan suara. Penelitian ini, yang diterbitkan dalam jurnal Cell pada tahun 2023, menunjukkan bahwa tanaman dapat mengeluarkan suara "teriakan" ketika mereka dicabut, mengalami tekanan, atau kekurangan air.
Berdasarkan informasi dari laman Live Science pada Selasa (12/11/2024), suara yang dihasilkan oleh tanaman mirip dengan letupan atau bunyi klik yang berada dalam frekuensi ultrasonik, yaitu di atas 20.000 Hz.
-
Bagaimana tanaman menghasilkan suara? Meski begitu, cara tanaman menghasilkan suara ini masih belum jelas.
-
Kenapa tanaman mengeluarkan suara? 'Sekarang kita tahu bahwa tanaman mengeluarkan suara, pertanyaannya adalah siapa yang mungkin mendengarnya?' ungkap dia.
-
Suara apa yang dikeluarkan tanaman? Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Cell pada 2023, tanaman mengeluarkan bunyi klik berfrekuensi tinggi yang tidak dapat didengar manusia tanpa alat khusus.
-
Mengapa penelitian suara untuk tanaman penting? Mengutip Phys, Kamis (3/10), namun, di tengah tantangan besar seperti erosi, deforestasi, polusi, dan krisis kepunahan yang dihadapi dunia tanaman, penelitian tentang bagaimana rangsangan suara dapat mendukung pemulihan ekosistem dan pertanian berkelanjutan semakin dibutuhkan.
-
Siapa yang mungkin mendengar suara tanaman? 'Sekarang kita tahu bahwa tanaman mengeluarkan suara, pertanyaannya adalah siapa yang mungkin mendengarnya?' ungkap dia.
-
Apa yang dilakukan tumbuhan untuk berkomunikasi di bawah tanah? Komunikasi antar tanaman juga terjadi di bawah tanah, difasilitasi oleh jaringan jamur besar yang dikenal sebagai 'jaringan kayu'(wood wide web). Jaringan ini menghubungkan pohon dan tanaman melalui akar, memungkinkan mereka berbagi sumber daya seperti air, nutrisi, dan informasi.
Frekuensi suara ini sangat tinggi dan berada di luar kemampuan pendengaran manusia, yang hanya bisa mendengar suara dalam rentang frekuensi audiosonik antara 20 Hz hingga 20.000 Hz. Namun, beberapa hewan seperti kelelawar, tikus, dan ngengat kemungkinan dapat mendengar suara teriakan dari tanaman tersebut.
Liliach Hadany, seorang ahli biologi evolusioner dari Universitas Tel Aviv yang terlibat dalam penelitian ini, menjelaskan bahwa hewan-hewan tertentu dapat mendengar suara-suara yang dihasilkan oleh tanaman, sehingga membuka kemungkinan adanya interaksi akustik antara tanaman dan organisme lain. Ketika tanaman mengalami stres, perubahan yang terjadi bisa sangat signifikan. Selain menghasilkan suara, tanaman yang mengalami stres juga sering menunjukkan perubahan visual seperti perbedaan warna atau bentuk, serta mengeluarkan aroma yang lebih kuat.
Perekamann di ruang kedap suara
Untuk menyelidiki lebih lanjut apakah tanaman memancarkan sinyal lainnya, tim peneliti melakukan eksperimen untuk mendeteksi suara yang dihasilkan oleh tanaman. Mereka memilih tanaman tomat dan tembakau sebagai subjek penelitian. Tanaman-tanaman ini ditempatkan dalam kotak-kotak kecil yang dilengkapi dengan mikrofon untuk merekam suara yang dihasilkan.
Perekaman dilakukan di ruang akustik yang kedap suara serta di rumah kaca biasa.Dalam percobaan pertama, peneliti mengamati tanaman yang tidak mengalami stres. Sementara itu, pada percobaan kedua, mereka menguji tanaman yang mengalami dehidrasi dengan batang yang dipotong. Hasilnya menunjukkan bahwa tanaman yang kekurangan air dan memiliki batang yang terpotong mengeluarkan suara letupan atau bunyi klik sekitar 35 kali per jam. Suara tersebut dapat terdeteksi dalam radius lebih dari satu meter.
Berasal dari xilem
Tanaman yang tidak mengalami stres sama sekali cenderung tidak mengeluarkan suara dan tetap beraktivitas dengan tenang. Penelitian menunjukkan bahwa tanaman yang mengalami stres dapat mengeluarkan suara dengan intensitas yang lebih tinggi, mencapai sekitar 40 klik per jam, tergantung pada spesiesnya. Untuk memastikan bahwa fenomena ini tidak terbatas pada satu jenis tanaman, tim peneliti melakukan pengujian pada berbagai spesies lain, termasuk kaktus, gandum, jagung, dan anggur. Hasilnya, semua tanaman tersebut terbukti mengeluarkan suara yang serupa.
Suara yang dihasilkan oleh tanaman ini tidak berasal dari pita suara seperti pada manusia, melainkan berasal dari xilem, yaitu struktur yang mengangkut air dan nutrisi dari akar menuju batang dan daun. Di dalam xilem, air disangga oleh tegangan permukaan, mirip dengan cara air disedot menggunakan sedotan. Ketika gelembung udara terbentuk dan pecah dalam xilem, suara letupan kecil dapat terdengar. Suara yang dihasilkan oleh tanaman ini berpotensi memicu respons dari organisme lain, seperti ngengat yang mencari tempat untuk bertelur atau hewan herbivora yang mempertimbangkan untuk memakan tanaman tersebut.
Namun, satu pertanyaan yang masih belum terjawab adalah apakah tanaman dapat merespons suara dari tanaman lain. Apakah tanaman yang mengalami stres dapat mendeteksi dan merespons suara dari tanaman lain yang berada dalam situasi serupa masih memerlukan penelitian lebih lanjut. (Tifani)