Tak Banyak yang Tahu Ternyata Tanaman Juga Bisa Menjerit Kesakitan, Seperti ini Suaranya
Suara jeritan merupakan reaksi yang diberikan oleh manusia atau hewan saat merasa ketakutan maupun merasakan rasa sakit.
Suara jeritan merupakan reaksi yang diberikan oleh manusia atau hewan saat merasa ketakutan maupun merasakan rasa sakit.
Tak Banyak yang Tahu Ternyata Tanaman Juga Bisa Menjerit Kesakitan, Seperti ini Suaranya
Namun siapa sangka, jeritan ternyata juga bisa dikeluarkan oleh tanaman saat mereka merasa terancam hingga kesakitan dan berujung stres.
Peneliti sempat mencari tahu fakta di balik hal tersebut. Terlebih tanaman memiliki cara yang berbeda dalam mengekspresikan diri saat terancam hingga merasakan sakit.
Lantas seperti apa suara tanaman yang menjerit kesakitan? Dilansir dari laman Sciencealert, Jumat (31/5) berikut informasinya.
Tanaman Bisa Bersuara dan Berkomunikasi
Pengarang cerita sekaligus pustakawan Roald Dahl pernah mengatakan bahwa, "jika Anda melukai tanaman, ia akan berteriak".
Anggapan itu nyatanya bisa benar-benar terjadi. Siapa yang sangka bahwa tanaman juga bisa berteriak meski tidak sama dengan manusia atau hewan.
Mereka mengeluarkan suara letupan atau bunyi klik dalam frekuensi ultrasonik di luar jangkauan pendengaran manusia yang meningkat ketika tanaman menjadi stres.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan pada tahun 2023, bisa menjadi salah satu cara tumbuhan mengomunikasikan kesusahan mereka kepada dunia di sekitar mereka.
Ahli biologi dari Universitas Tel Aviv di Israel, Lilach Hadany mengatakan bahwa suara jerit tanaman hanya bisa didengar oleh hewan kecil yang kerap berinteraksi dengan tanaman.
“Bahkan di medan yang sunyi, sebenarnya ada suara yang tidak kita dengar, dan suara tersebut membawa informasi. Ada hewan yang bisa mendengar suara tersebut, jadi ada kemungkinan terjadi banyak interaksi akustik."
“Tanaman berinteraksi dengan serangga dan hewan lain sepanjang waktu, dan banyak dari organisme ini menggunakan suara untuk berkomunikasi, sehingga akan sangat kurang optimal jika tanaman tidak menggunakan suara sama sekali,” kata Hadany.
Berbeda dari manusia, tanaman yang mengalami stres mengalami perubahan yang cukup drastis dan kebanyakan tidak bisa terdeteksi manusia.
Namun tanda tanaman mengalami stres yang umum terjadi dan bisa dilihat adalah pelepasan aroma yang cukup kuat hingga mengubah warna dan bentuknya.
Perubahan ini dapat menandakan bahaya bagi tanaman lain di dekatnya, yang sebagai responsnya akan meningkatkan pertahanan tanaman tersebut atau menarik hewan untuk mengatasi hama yang mungkin merugikan tanaman.
Seperti Apa Suara Jeritan Tanaman?
Suara yang dikeluarkan tanaman seperti suara letupan atau bunyi klik dengan frekuensi yang terlalu tinggi untuk dapat dideteksi oleh manusia, sehingga dapat dideteksi dalam radius lebih dari satu meter (3,3 kaki).
Tanaman yang tidak mengalami tekanan tidak mengeluarkan banyak suara sama sekali; mereka hanya terdiam dan tetap melakukan sebagaimestinya tanaman.
Sebaliknya, tanaman yang mengalami stres jauh lebih berisik, mengeluarkan rata-rata sekitar 40 klik per jam tergantung pada spesiesnya.
Kemudian tanaman yang kekurangan air memiliki profil suara yang nyata. Mereka mulai mengklik lebih banyak sebelum menunjukkan tanda-tanda dehidrasi, meningkat seiring tanaman semakin kering, sebelum mereda saat tanaman layu.
Peneliti juga pernah menguji berbagai tanaman, dan menemukan bahwa produksi suara tampaknya merupakan aktivitas tanaman yang cukup umum. Gandum, jagung, anggur, kaktus, dan henbit semuanya tercatat menimbulkan kebisingan.
Namun masih ada beberapa yang belum diketahui. Misalnya, tidak jelas bagaimana suara dihasilkan.
Dalam penelitian sebelumnya, tanaman yang mengalami dehidrasi ditemukan mengalami kavitasi, suatu proses dimana gelembung udara di batang terbentuk, mengembang dan mengempis.
Hal ini, ketika buku jari manusia diretak, menghasilkan suara letupan; hal serupa mungkin terjadi pada tanaman.
Meski demikian belum diketahui apakah dalam kondisi darurat lain tumbuhan akan mengeluarkan suara yang sama.
Seperti halnya Patogen, serangan, paparan sinar UV, suhu ekstrem, dan kondisi buruk lainnya juga dapat menyebabkan tanaman mulai bermunculan seperti bungkus gelembung.
Serta apakah produksi suara merupakan perkembangan adaptif pada tanaman, atau hanya sesuatu yang terjadi.
Tim menunjukkan bahwa sebuah algoritma dapat mulai mengidentifikasi dan membedakan suara tumbuhan. Sangat mungkin organisme lain melakukan hal yang sama.
Selain itu, organisme ini dapat belajar merespons kebisingan tanaman yang tertekan dengan berbagai cara.
“Misalnya, seekor ngengat yang ingin bertelur di suatu tumbuhan atau hewan yang ingin memakan tumbuhan dapat menggunakan suara tersebut untuk membantu memandu keputusan mereka,” kata Hadany.
Bagi kita manusia, dampaknya cukup jelas; kita dapat mendengarkan panggilan darurat dari tanaman yang haus dan menyiraminya sebelum hal tersebut menjadi masalah.
Namun belum diketahui apakah tumbuhan lain merasakan dan merespons dengan cara yang sama.
Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa tanaman dapat meningkatkan toleransi terhadap kekeringan sebagai respons terhadap suara, jadi hal ini tentu saja masuk akal. Dan di sinilah tim menunjukkan tahap selanjutnya dari penelitian mereka.
“Sekarang kita tahu bahwa tumbuhan memang mengeluarkan suara, pertanyaan selanjutnya adalah – 'siapa yang mungkin mendengarkan?'”
“Kami saat ini sedang menyelidiki respons organisme lain, baik hewan maupun tumbuhan, terhadap suara-suara ini, dan kami juga mengeksplorasi kemampuan kami untuk mengidentifikasi dan menafsirkan suara-suara tersebut di lingkungan yang sepenuhnya alami,” jelas ahli biologi Hadany.