Wahana Antariksa Blue Ghost Tiba di Orbit Bulan, Ini Tujuan Misinya
Misi untuk mengeksplorasi permukaan Bulan direncanakan berlangsung selama kurang lebih 14 hari.

Wahana antariksa Blue Ghost resmi mencapai orbit bulan. Misi ini merupakan pencapaian signifikan bagi Firefly Aerospace serta bagi upaya eksplorasi bulan secara keseluruhan. Dengan tujuan untuk mempelajari lingkungan bulan, Blue Ghost bertujuan untuk mempersiapkan kembalinya manusia ke satelit alami kita. Wahana ini berhasil menyalakan mesinnya selama 4 menit 15 detik, yang memungkinkan Blue Ghost memasuki orbit elips di sekeliling bulan.
Langkah ini mendekatkan mereka pada pendaratan yang direncanakan di Mare Crisium (Laut Krisis) pada 2 Maret 2025. Dikutip dari laman Daily Galaxy pada Selasa (18/2), Blue Ghost akan melaksanakan manuver tambahan selama 16 hari ke depan untuk menyempurnakan orbitnya sebelum melakukan pendaratan lunak yang bersejarah di permukaan bulan.
Keberhasilan pendaratan ini akan menjadi tonggak penting dalam upaya NASA untuk menciptakan keberadaan manusia yang lebih berkelanjutan di bulan. Menariknya, Blue Ghost bukanlah satu-satunya wahana yang menuju bulan; wahana pendarat Resilience yang dibuat oleh perusahaan Jepang, ispace, juga diluncurkan dengan roket yang sama.
Namun, jalur perjalanan Resilience lebih panjang dan baru akan mencapai orbit bulan dalam beberapa bulan mendatang. Meski misi keduanya berbeda, keberhasilan mereka menunjukkan semakin meningkatnya peran sektor swasta dalam eksplorasi luar angkasa. Tren ini mendorong inovasi serta percepatan dalam eksplorasi bulan. Jika semua rencana berjalan lancar, Blue Ghost akan berupaya melakukan pendaratan di bulan dalam waktu kurang dari dua minggu. Pendaratan ini sangat bersejarah, karena hingga saat ini hanya satu perusahaan swasta yang berhasil melakukan pendaratan lunak di bulan, yaitu Intuitive Machines.
Wahana mereka, Odysseus, sukses mendarat di dekat kutub selatan bulan pada Februari 2024. Keberhasilan ini menjadi langkah besar dalam eksplorasi bulan oleh sektor swasta, menandai era baru dalam perjalanan manusia ke luar angkasa. Dengan semakin banyaknya wahana yang diluncurkan, masa depan eksplorasi luar angkasa tampak semakin menjanjikan, dan kolaborasi antara sektor publik dan swasta diharapkan dapat mempercepat pencapaian misi-misi luar angkasa yang lebih ambisius di tahun-tahun mendatang.
Misi 14 Hari
Misi untuk mengeksplorasi permukaan Bulan direncanakan berlangsung selama kurang lebih 14 hari. Periode ini akan mencakup waktu siang di Bulan, saat suhu dan kondisi lingkungan mendukung operasional perangkat keras yang digunakan.
Kedua wahana yang terlibat dalam misi ini akan dilengkapi dengan berbagai instrumen ilmiah yang memiliki tujuan untuk mengumpulkan data penting mengenai permukaan Bulan. Sebelumnya, wahana bernama Blue Ghost diluncurkan dari Bumi menggunakan roket Falcon 9 yang dimiliki oleh SpaceX.
Wahana Blue Ghost membawa 10 muatan ilmiah yang telah dipilih oleh NASA, di mana setiap muatan memiliki peran khusus untuk mendukung penelitian terkait komposisi mineral serta partikel yang ada di permukaan Bulan. Selain itu, muatan tersebut juga akan membantu dalam mempelajari sifat termal regolith, yaitu lapisan debu dan puing-puing batuan, serta aktivitas elektromagnetik di sekitar Bulan.
Salah satu muatan yang sangat signifikan adalah instrumen yang dirancang khusus untuk memantau medan magnet Bumi dari jarak jauh. Instrumen ini dikenal dengan nama LEXI (Lunar Environment Heliospheric X-ray Imager) dan berfungsi sebagai mesin pencitra sinar-X yang memantau interaksi antara magnetosfer Bumi dan angin matahari, yang merupakan partikel bermuatan tinggi yang terus mengalir dari matahari.
Peran LEXI sangat penting dalam memahami dinamika cuaca luar angkasa. Dengan memantau perubahan yang terjadi dalam magnetosfer akibat pengaruh angin matahari, LEXI membantu ilmuwan untuk mendeteksi dan melacak pola cuaca matahari dengan lebih akurat.
Cuaca matahari itu sendiri terdiri dari lontaran massa koronal dan semburan partikel bermuatan, yang dapat berdampak pada satelit komunikasi, sistem navigasi GPS, dan bahkan jaringan listrik di Bumi. Oleh karena itu, pengamatan yang dilakukan oleh LEXI akan memberikan data yang sangat berharga untuk meningkatkan kemampuan dalam memprediksi dan mengurangi dampak dari fenomena tersebut.