Robot Antariksa Ini Ambil Foto Bumi dari Jarak 1,6 Juta Kilometer, Begini Cara Kerjanya
Robot atau wahana ini diluncurkan Badan Antariksa Eropa (ESA).
Wahana Antariksa Hera baru saja membagikan gambar pertamanya yang diambil dari luar angkasa. Robot ini diluncurkan pada 7 Oktober 2024 dan dilengkapi tiga instrumen untuk pengambilan gambar.
Badan Antariksa Eropa (ESA) menyampaikan dalam rilisnya, Kamis (17/10), wahana ini berhasil memotret Bumi dari jarak antara 1,4 hingga 1,6 juta kilometer sebagai bagian dari pengujian fungsi instrumennya. Gambar tersebut dihasilkan oleh instrumen Pencitra Inframerah Termal (TIRI) yang dikembangkan oleh Badan Eksplorasi Kedirgantaraan Jepang (JAXA).
-
Apa yang dipotret pesawat NASA? Pesawat luar angkasa NASA telah berhasil memotret 'papan selancar' misterius yang terlihat meluncur melewati bulan.
-
Bagaimana kamera luar angkasa China memotret Bumi? Cara kerja dari kamera ini adalah dengan mengelilingi planet setiap 90 menit dan akan beroperasi selama 2 tahun.
-
Bagaimana NASA mengabadikan foto ‘Bumi Berdarah’? Alat yang dipakai untuk menangkap kedua fenomena ‘berdarah’ ini adalah kamera digital Nikon D5.
-
Bagaimana foto Bumi pertama diambil? Kamera film 35 mm yang dipasang di antara tangki bahan bakar roket V-2 Nazi yang ditangkap telah menangkap gambar pertama Bumi dari luar angkasa.
-
Bagaimana cara alien melihat Bumi? Sebuah tim astronom telah berusaha untuk menghitung bagaimana atmosfer Bumi akan terlihat dari teleskop inframerah seperti halnya Teleskop Luar Angkasa James Webb.
-
Gimana ilmuwan ukur jarak Bumi ke Bulan? Dengan menggunakan reflektor yang ditinggalkan di permukaan Bulan pada 1960-an dan 1970-an, para ilmuwan saat ini dapat memancarkan laser berdaya tinggi ke arah Bulan dan mengukur kecepatan pantulannya untuk menentukan jarak Bulan dari Bumi.
Dalam gambar yang ditampilkan di situs resmi ESA, terlihat Bumi berada di tengah dengan Kutub Utara di bagian atas, sementara bulan tampak di sudut kanan atas. Selain TIRI, Hera juga menggunakan kamera optik dan kamera spektroskopi multiwarna HS-H untuk mengambil gambar Bumi.
Hasilnya, meskipun jarak sebenarnya hampir mencapai 2 juta kilometer, Bumi terlihat lebih jelas dan seolah-olah lebih dekat dengan Hera. Gambar yang dibagikan menunjukkan ketiga instrumen tersebut berfungsi dengan baik. Seluruh alat ini akan digunakan untuk memotret asteroid Dimorphos dan Didymos.
Misi terbaru ESA ini bertujuan untuk menyelidiki dampak dari tabrakan misi DART dengan asteroid Dimorphos. Hera diluncurkan menggunakan roket SpaceX Falcon 9 pada pukul 10.52 waktu setempat dari Kennedy Space Center di Florida, Amerika Serikat. Wahana antariksa ini juga didampingi oleh dua CubeSat, yaitu satelit mini yang diperkirakan akan mencapai asteroid Dimorphos pada tahun 2026.
Ketiganya akan melakukan penyelidikan untuk memecahkan misteri yang tersisa dari sistem asteroid ganda tersebut. Ketika tiba di lokasi, wahana ini akan berada sekitar 195 juta kilometer dari Bumi. Selain itu, Hera juga akan melakukan singgah di Mars pada pertengahan Maret 2025. Ini akan memberikan momentum tambahan untuk mencapai Didymos dan Dimorphos dua tahun setelah peluncuran. Hera akan menguji coba 11 instrumen yang dimilikinya, terbang dalam jarak 6.000 kilometer dari permukaan Mars, dan mengamati salah satu bulan Mars, yaitu Deimos, dari jarak 1.000 kilometer.
Tabrakan Asteroid
Dimorphos adalah asteroid yang ditabrak oleh misi Double Asteroid Redirection Test (DART) pada 26 September 2022. Wahana yang diluncurkan NASA tersebut secara sengaja menabrakkan diri ke Dimorphos dengan kecepatan sekitar 24.000 km/jam, berhasil menghantam tepat di pusat asteroid tersebut. Tabrakan yang luar biasa ini terjadi pada jarak lebih dari 11 juta kilometer dari Bumi.
Misi DART merupakan percobaan pertama untuk menguji kemampuan manusia dalam mengalihkan asteroid yang berpotensi berbahaya bagi Bumi. Keberhasilan DART tidak hanya terletak pada perubahan lintasan Dimorphos, tetapi juga memperpendek waktu orbitnya mengelilingi asteroid kembar, Didymos, hingga sekitar 30 menit. Selain itu, misi ini juga menyebabkan perubahan signifikan pada bentuk asteroid tersebut.
Melalui misi ini, NASA melakukan evaluasi menyeluruh terhadap teknologi yang dapat digunakan untuk menggeser orbit asteroid demi pertahanan planet. Lembaga ini ingin mengetahui apakah tumbukan kinetik dapat cukup efektif dalam mengubah jalur benda angkasa di luar angkasa.
Menruut laporan Live Science, Rabu (09/10), baik Dimorphos maupun Didymos tidak menimbulkan ancaman serius bagi Bumi. Namun, sistem asteroid ganda ini menjadi target ideal untuk menguji teknologi defleksi karena ukuran Dimorphos sebanding dengan asteroid yang mungkin mengancam planet kita.
Para astronom telah memantau dampak dari tabrakan tersebut sejak kejadian di bulan September 2022. Hasil observasi menunjukkan, wahana DART telah berhasil mengubah pola gerak Dimorphos. DART telah memperpendek periode orbit asteroid ini, yaitu waktu yang diperlukan untuk satu kali putaran mengelilingi Didymos. Saat ini, astronom dari ESA sedang menyelidiki apakah misi DART hanya meninggalkan kawah atau jika momentum yang dihasilkan benar-benar membentuk ulang Dimorphos. Misi Hera direncanakan untuk menentukan komposisi yang tepat dari sistem asteroid ganda ini.