Kondisi gerbong maut yang dikenal sebagai Gerbong Kertapati (Kereta Kematian) di kompleks Monumen Soco, Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Tragedi Pemberontakan PKI 1948 merupakan peristiwa dalam sejarah revolusi Indonesia yang terjadi antara September-Desember 1948 di Madiun, Magetan, dan sekitarnya. Peristiwa tersebut dikomando oleh Front Demokrasi Rakyat PKI (FDR/PKI).
Saksi Bisu Tragedi Pemberontakan PKI 1948 di Magetan
PKI
Monumen Suco, tempat para korban pembantaian PKI dikubur di sebuah sumur tua. Di Magetan, para korban dibantai secara kejam dan kemudian dimasukkan ke dalam sumur-sumur pembataian antara lain di sumur tua Cigrok, sumur tua Kepuh Rejo, dan yang paling banyak adalah di Desa Soco, Kecamatan Bendo, Kabupaten Magetan.
Di dekat monumen itu terdapat gerbong maut yang menjadi saksi para korban yang disiksa dengan sadis sebelum akhirnya dibuang menjadi satu di dalam sumur. Selain itu, ada pula prasasti nama-nama korban yang tidak bersalah. Dari 108 korban yang diperkirakan, hanya 67 korban yang diketahui namanya. Sedangkan 41 lainnya tidak dikenali.
Dalam tragedi tersebut, ponpes-ponpes di Takeran, Magetan, tak luput dari penyerangan. Salah satunya Pesantren Sabilil Mutaqin (PSM) Takeran.
Sedikitnya 14 orang tewas dalam penyerbuan PKI di PSM Takeran itu, termasuk KH Imam Mursyid Muttaaqien bin KH Imam Muttaqien bin KH Hasan Ulama pendiri Ponpes Takeran.
Berbeda dengan Ponpes Takeran, Pondok Pesantren Tegalrejo Magetan yang merupakan cikal bakal Ponpes Takeran, justru selamat dari peristiwa 1948. Meski ratusan pasukan FDR/PKI menyerbu dan berteriak "Pondok bobrok, santri mati, langgar bubar" untuk melumpuhkan kekuatan pesantren yang menjadi musuh utama mereka.
Tidak hanya berteriak-teriak mereka juga mengacungkan senapan, pedang dan senjata lainnya. Orang-orang FDR/PKI mengepung dan menyerang Pesantren Tegalrejo tetapi gagal.
Ada serangkaian kebaikan yang dilakukan sang jenderal beserta istri kepada putra-putri anggota PKI.
Baca SelengkapnyaKomunisme lahir sebagai tanggapan terhadap ketidaksetaraan sosial dan ekonomi pada abad ke-19.
Baca SelengkapnyaMasyarakat Indonesia masih mengenang peristiwa kelas G30S PKI.
Baca SelengkapnyaBerikut potret pentolan Pasukan Tjakrabirawa yang memimpin G30S PKI ketika ditangkap di Tegal.
Baca SelengkapnyaTangis kesedihan pecah saat pemakaman Kapten Pierre Tendean korban peristiwa G30S PKI.
Baca SelengkapnyaIndonesia tengah memperingati peristiwa kelam Gerakan 30 September oleh PKI.
Baca SelengkapnyaSebelum meninggal, Amelia mengatakan jika sang ayah sempat memberi wasiat ketika memberi parfum ke baju anak-anaknya.
Baca SelengkapnyaLagu ini mengisahkan rakyat yang kesusahan pangan sehingga harus memanfaatkan sayur genjer untuk pendamping nasi.
Baca SelengkapnyaJenderal Ahmad Yani tewas di rumahnya akibat rentetan tembakan pasukan Cakra Birawa pada G30S. Intip potret terkini rumahnya.
Baca SelengkapnyaSoekarno yang mendengar isu Dewan Jenderal ini lantas berniat untuk menghadirkan para jenderal ke Istana.
Baca SelengkapnyaKetua Partai Komunis Indonesia (PKI) D.N. Aidit jadi buronan Angkatan Darat. Lantaran PKI dicap sebagai dalang aksi Gerakan 30 September 1965.
Baca SelengkapnyaBerikut kata ucapan peringatan G30S PKI yang kobarkan semangat juang dan mengenang jasa pahlawan dalam peristiwa kelam.
Baca Selengkapnya