Sadis! Begini Gambaran Pelda Soedjono Dikeroyok PKI dengan Cangkul, Buat Jenderal TNI Murka
Masyarakat Indonesia masih mengenang peristiwa kelas G30S PKI.
Masyarakat Indonesia masih mengenang peristiwa kelas G30S PKI.
Sadis! Begini Gambaran Pelda Soedjono Dikeroyok PKI dengan Cangkul, Buat Jenderal TNI Murka
Setiap tanggal 30 September, masyarakat memperingati peristiwa kelam G30S PKI.
Sesuai Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 28 Tahun 1975, G30S PKI merupakan peristiwa pengkhianatan atau pemberontakan yang dilancarkan oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dan atau pengikut-pengikutnya terhadap Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 30 September 1965, termasuk gerakan atau kegiatan persiapan serta gerakan kegiatan lanjutannya.
PKI adalah sebuah partai yang didirikan oleh seorang tokoh Belanda, Josephus Franciscus Marie Sneevliet.
Peristiwa G30S PKI ini bahkan menjadi salah satu sejarah panjang nan kelam yang pernah dialami oleh bangsa Indonesia.
Kebengisan PKI rupanya tidak hanya terjadi saat G30S saja. Pada tahun 1964 atau sebelum G30S terjadi, PKI dengan sadis mengeroyok tentara Indonesia dengan cangkul. Aksinya itu pun bahkan sampai membuat Jenderal TNI murka.
Lantas bagaimana gambaran Pelda Soedjono dikeroyok PKI dengan cangkul dan langsung membuat Jenderal TNI murka?
Melansir dari akun Instagram arsip_indonesia, Rabu (4/10), simak ulasan informasinya berikut ini.
Tahun 1963 hingga 1965 tercatat sebagai tahun-tahun terpanas hubungan TNI AD dan Partai Komunis Indonesia. Saling gertak antara kedua pihak terus terjadi.
Tahun 1960-an, perekonomian Indonesia terus merosot. Di sisi lain, TNI membeli persenjataan dalam jumlah besar dari Blok Timur.
Alutsista itu akan dipakai untuk merebut Irian Barat dari tangan Belanda.
Hal ini pun jadi peluru bagi Ketua Comite Central PKI DN Aidit untuk menyerang TNI AD. Aidit menyebut TNI AD lah yang bikin bangkrut negara.
"TNI AD lah sumber kebobrokan ekonomi dan konsumen terbesar uang rakyat," serang DN Aidit.
merdeka.com
Hal ini langsung ditanggapi dengan geram oleh Menteri atau Panglima Angkatan Darat Jenderal Ahmad Yani.
"Biar ada 10 Aidit pun tak akan bisa memperbaiki ekonomi kita," tegas Yani seperti ditulis dalam Buku Sejarah TNI yang diterbitkan oleh Pusat Sejarah Mabes TNI tahun 2000.
Ketika itu PKI meminta buruh tani dipersenjatai untuk kepentingan bela negara. Perdana Menteri China Chou En Lai sudah menyatakan siap memberikan 100.000 pucuk senjata.
Namun TNI AD menggagalkan ambisi ini. Angkatan kelima pun tak pernah dibentuk. Aksi PKI menunggangi buruh dan petani merampas negara berbenturan juga dengan TNI AD.
Puncaknya adalah peristiwa Bandar Betsy di Simalungun, Sumatera Utara. Ribuan petani menyerobot tanah milik Perusahaan Perkebunan Negara (PPN).
Bahkan seorang anggota TNI, Pelda Soedjono tewas dikeroyok dan dicangkul oleh PKI. Padahal saat itu, Pelda Soedjono sedang menjalankan tugas negara ketika tewas dikeroyok.
Mendengar hal itu langsung membuat Jenderal Ahmad Yani marah besar. Yani meminta kasus itu diusut tuntas. "Bisa timbul anarki dalam negara kalau kasus ini dibiarkan!" ujar Yani marah.
Kemarahan itu dibawanya saat menghadiri HUT Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) tanggal 15 Juli 1965 di Jakarta, Yani menumpahkan kemarahannya pada PKI.
"RPKAD harus tetap memelihara kesiapsiagaan yang merupakan ciri khasnya dalam keadaan apapun, terutama dalam keadaan gawat ini. Asah pisau komandomu, bersihkan senjatamu," kata Yani.
Kurang dari tiga bulan kemudian, Gerakan G30S yang dikomandani Letkol Untung menculik enam jenderal dan satu perwira TNI AD. Yani menjadi salah satu korban penculikan itu.
G30S PKI dikenal sebagai salah satu upaya penghianatan besar yang pernah terjadi di Indonesia. Peristiwa G30S PKI juga melibatkan pasukan PKI dan Pasukan Cakrabirawa.
Gerakan yang bertujuan untuk menggulingkan pemerintahan saat itu, pada awalnya hanya mengincar Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal dengan menculik mereka untuk dibawa serta disekap di Lubang Buaya.
Akan tetapi dalam pelaksanaanya, 3 orang langsung dibunuh di tempat.
Perwira Tinggi dan Dewan Jenderal yang menjadi korban G30S PKI meliputi Letjen Ahmad Yani, Mayjen R Soeprapto, Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono, Mayjen S Parman, Brigjen DI Panjaitan dan Brigjen Soetojo Siswomihardjo.
Jenderal AH Nasution berhasil lolos dari usaha penculikan G30S PKI. Nasution berhasil melompati tembol yang tingginya sekitar 2 meter untuk menyelamatkan diri.
Meski berhasil lolos, putrinya yang bernama Ade Irma Suryani berusia 5 tahun menjadi korban keganasan G30S PKI.
Bukan hanya sang putri, ajudan Jenderal AH Nasution yaitu Lettu Pierre Andreas Tendean meninggal dunia dalam peristiwa kelam ini.
Aidit yang menjadi salah satu otak peristiwa itu pun bernasib tragis. Dia ditangkap di rumah persembunyiannya di Yogyakarta. Tak ada sumber resmi soal kematiannya. Hanya ada kesaksian dia dibawa ke sebuah markas tentara di wilayah Boyolali. Di sebuah sumur tua Aidit diberondong peluru hingga tewas. Kuburnya tak diketahui hingga kini.