Potret Lawas Bung Karno & Dewi Soekarno di Pembangunan RS, Beberapa Bulan Pasca G30S
Sebuah potret lawas yang merekam aktivitas sang Proklamator beredar di media sosial.
Sebuah potret lawas yang merekam aktivitas sang Proklamator beredar di media sosial.
Potret Lawas Bung Karno & Dewi Soekarno di Pembangunan RS, Beberapa Bulan Pasca G30S
Sejarah Indonesia tidak bisa dilupakan begitu saja oleh masyarakat. Banyak peninggalan dan kenangan yang tertinggal. Mulai dari barang, benda, cerita hingga selembar foto.
Seperti potret lawas Presiden Soekarno saat menghadiri acara awal pembangunan sebuah rumah sakit di Jakarta. Tidak sendiri, Ia datang bersama sang istri, Dewi Soekarno. Lantas bagaimana potret lawas Presiden Soekarno dan Dewi Soekarno di acara pembangunan Rumah Sakit? Melansir dari akun Instagram koleksi_sejarah_indo, Jumat (14/7), simak ulasan informasinya berikut ini.
Sebuah foto yang memperlihatkan Bung Karno bersama dengan Dewi Soekarno beredar di media sosial.
Foto lawas tersebut dijelaskan diambil saat keduanya tengah menghadiri acara untuk mulau pembangunan sebuah rumah sakit di Jakarta. Foto ini sendiri diambil pada tanggal 13 Desember 1965.
Terlihat dalam foto tersebut, Ibu Dewi Soekarno begitu anggun mengenakan kebaya dan jarik. Meskipun Dewi Soekarno berasal dari Jepang, namun Ia sering kali mengenakan kebaya saat mendampingi Bung Karno.
Bagi sebagian masyarakat mungkin sudah tidak asing dengan Dewi Soekarno. Wanita bernama Ratna Sari Dewi Sukarno atau biasa dipanggil Dewi Soekarno ini adalah istri ke-6 Presiden Soekarno.
Berbeda dari istri-istri Soekarno yang lain, Dewi Soekarno merupakan wanita asli Jepang.
Dari pernikahannya dengan Soekarno, Dewi memperoleh satu orang putri cantik bernama Kartika Sari Dewi Soekarno.
Foto lawas ini sempat menjadi sorotan.
Sebab, dikatakan acara yang dihadiri Bung Karno dan Dewi Soekarno ini diselenggarakan beberapa bulan pasca G30S PKI.
G30S PKI atau singkatakan dari Gerakan 30 September adalah peristiwa berlatar belakang kudeta yang terjadi selama satu hari yakni pada tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965.
Peristiwa kelam ini mengakibatkan 6 Jenderal dan 1 orang Perwira Pertama Militer Indonesia gugur.
Jenazah ketujuh korban tersebut dimasukkan ke dalam suatu lubang sumur lama di area Lubang Buaya, Jakarta Timur.
