Sejarah THR, Tradisi Lebaran yang Lebih dari Sekadar Uang dan Punya Makna yang Dalam
Bukan hanya sekedar uang, ternyata THR atau yang sering dikenal dengan Tunjangan Hari Raya memiliki makna mendalam. Simak ulasan berikut ini!

THR Lebaran, atau Tunjangan Hari Raya, merupakan salah satu tradisi yang sangat dinantikan oleh para pekerja di Indonesia. Bagi sebagian besar orang, THR bukan sekadar tambahan penghasilan, tetapi juga simbol kebahagiaan dalam menyambut Idul Fitri. Tradisi ini tidak hanya berkaitan dengan aspek ekonomi, tetapi juga memiliki nilai sosial yang mendalam dalam mempererat hubungan keluarga dan masyarakat.
Pemberian THR sudah menjadi kewajiban yang diatur oleh pemerintah dan harus dibayarkan oleh perusahaan paling lambat tujuh hari sebelum Hari Raya. Namun, lebih dari sekadar aturan, THR telah menjadi bagian dari budaya Lebaran yang mencerminkan semangat berbagi dan kebersamaan. Tak hanya di dunia kerja, tradisi ini juga diterapkan dalam keluarga, di mana orang tua dan anggota keluarga yang lebih tua memberikan uang kepada anak-anak atau kerabat yang lebih muda sebagai bentuk kasih sayang dan dukungan.
Namun, bagaimana sejarah THR dimulai? Apa dampaknya terhadap ekonomi dan kehidupan sosial masyarakat? Artikel ini akan membahas lebih dalam mengenai asal-usul THR serta makna yang terkandung di dalamnya.
Sejarah THR di Indonesia

Pemberian THR di Indonesia memiliki sejarah panjang yang berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat. Tradisi ini pertama kali diperkenalkan pada era 1950-an oleh Perdana Menteri saat itu, Soekiman Wirjosandjojo. Ia mencetuskan kebijakan pemberian tunjangan bagi pegawai negeri sebagai upaya meningkatkan kesejahteraan di tengah kondisi ekonomi yang sulit.
Pada saat itu, pemberian tunjangan ini bertujuan untuk membantu pegawai negeri dalam memenuhi kebutuhan Lebaran. Kebijakan tersebut kemudian berkembang dan mulai diterapkan oleh perusahaan swasta hingga akhirnya diatur dalam regulasi ketenagakerjaan. Hingga kini, THR menjadi hak karyawan yang wajib diberikan, tidak hanya kepada pegawai negeri tetapi juga karyawan swasta, pekerja kontrak, dan bahkan pekerja harian lepas yang memenuhi syarat tertentu.
Berdasarkan regulasi yang berlaku, THR wajib diberikan kepada:
- Karyawan tetap dan kontrak yang telah bekerja minimal satu bulan.
- Pekerja harian atau lepas yang memiliki hubungan kerja berkelanjutan dengan perusahaan.
- Mantan karyawan yang baru mengundurkan diri namun masih memiliki hak sesuai kesepakatan kerja.
Jumlah THR yang diberikan umumnya setara dengan satu bulan gaji bagi mereka yang telah bekerja lebih dari satu tahun. Sementara itu, bagi karyawan dengan masa kerja kurang dari satu tahun, perhitungan THR dilakukan secara proporsional sesuai lama bekerja.undurkan diri namun masih memiliki hak sesuai kesepakatan kerja.
Dampak THR terhadap Ekonomi dan Sosial
Pemberian THR menjelang Lebaran memiliki dampak yang sangat besar, baik dari sisi ekonomi maupun sosial. Berikut adalah beberapa dampak utama yang ditimbulkan dari kebijakan ini:
- Meningkatkan Daya Beli Masyarakat
Dengan adanya tambahan penghasilan dari THR, masyarakat cenderung meningkatkan pengeluarannya untuk kebutuhan Lebaran, seperti membeli pakaian baru, makanan, dan keperluan mudik. Hal ini mendorong pertumbuhan ekonomi, terutama di sektor ritel dan jasa.
- Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
THR yang diterima pekerja biasanya langsung beredar di pasar. Permintaan terhadap berbagai produk dan jasa meningkat signifikan, sehingga memberikan keuntungan bagi para pelaku usaha, baik di sektor formal maupun informal.
- Memperkuat Tradisi Berbagi
Tidak hanya digunakan untuk konsumsi pribadi, THR juga menjadi sarana berbagi kepada keluarga dan orang-orang yang membutuhkan. Tradisi ini semakin memperkuat ikatan sosial dalam masyarakat.
- Meningkatkan Kesejahteraan Pekerja
Sebagai hak yang diatur oleh undang-undang, THR membantu meningkatkan kesejahteraan pekerja dan memberikan keringanan dalam menghadapi kebutuhan finansial saat Lebaran.
Cara Bijak Memanfaatkan THR Lebaran

Meskipun THR sering kali dianggap sebagai bonus yang bisa dihabiskan untuk kebutuhan Lebaran, ada baiknya jika dana ini digunakan secara bijak agar manfaatnya lebih optimal. Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengelola THR dengan baik:
- Membuat Anggaran yang Jelas
Sebelum membelanjakan THR, buatlah perencanaan keuangan dengan membagi dana untuk berbagai kebutuhan, seperti zakat, keperluan rumah tangga, dan biaya Lebaran.
- Memprioritaskan Kebutuhan Daripada Keinginan
Hindari pengeluaran impulsif dan pastikan THR digunakan untuk hal-hal yang benar-benar dibutuhkan, seperti membayar utang atau biaya pendidikan anak.
- Menabung dan Berinvestasi
Sisihkan sebagian dari THR untuk tabungan atau investasi jangka panjang agar manfaatnya lebih terasa di masa depan.
- Berbagi dengan Sesama
Lebaran adalah momen berbagi. Manfaatkan THR untuk membantu orang-orang yang membutuhkan, baik dalam bentuk zakat, sedekah, maupun bantuan langsung kepada keluarga dan kerabat.
THR dan Makna Kebersamaan Lebaran
Meski THR identik dengan uang, nilai utama yang terkandung dalam tradisi ini sebenarnya adalah kebersamaan dan silaturahmi. Psikolog Ayoe Sutomo menekankan pentingnya mengajarkan anak-anak bahwa Idul Fitri bukan hanya tentang menerima uang, tetapi juga tentang membangun hubungan sosial yang lebih erat.
Beberapa cara untuk menanamkan nilai kebersamaan dalam perayaan Lebaran antara lain:
- Mengajarkan anak-anak tentang pentingnya silaturahmi dan berbagi dengan sesama.
- Mengajak mereka berpartisipasi dalam kegiatan sosial, seperti berbagi makanan atau santunan kepada fakir miskin.
- Menyelenggarakan aktivitas bersama keluarga yang tidak hanya berfokus pada aspek materi, tetapi juga kebersamaan, seperti memasak bersama atau berbuka puasa bersama.
Dengan demikian, THR tidak hanya menjadi simbol finansial dalam perayaan Lebaran, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Lebaran bukan hanya tentang uang, tetapi tentang rasa syukur, kebersamaan, dan kepedulian terhadap sesama.

THR Lebaran adalah lebih dari sekadar uang tambahan menjelang Idul Fitri. Tradisi ini memiliki sejarah panjang yang bermula sejak era 1950-an dan kini telah menjadi bagian penting dari budaya kerja di Indonesia. Selain berdampak pada perekonomian nasional, THR juga memperkuat nilai sosial dalam keluarga dan masyarakat.
Namun, yang lebih penting dari THR adalah bagaimana kita memaknainya. Lebaran seharusnya tidak hanya diukur dari seberapa besar uang yang diterima atau dibelanjakan, tetapi juga dari seberapa dalam kita dapat berbagi dan mempererat hubungan dengan orang-orang di sekitar kita. Dengan memahami sejarah dan makna THR, kita dapat menjadikannya sebagai sarana untuk menumbuhkan kebersamaan dan memperkuat nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.