Terkenal Cantik, Panjang Umur sampai 100 Tahun; Ini Para Wanita Lembah Hunza Pakistan

Merdeka.com - Suku Baduy yang tinggal di pedalaman dan menjauhkan diri dari teknologi modern diingat publik karena kesederhanaan mereka. Namun, satu hal dari penduduk di sana tak luput dari perhatian netizen. Perempuan di sana terkenal cantik, meskipun tak kenal makeup atau skincare buatan pabrik.

Kalau di Indonesia ada suku Baduy, maka di Pakistan ada para wanita Lembah Hunza yang juga terkenal dengan paras jelita mereka. Konon, wanita yang hidup di lembah ini memiliki ciri-ciri fisik seperti orang Eropa dan hidup panjang umur hingga lebih dari 100 tahun.

Dilansir Verywell Health, mereka disebut biasa mandi air dingin dengan suhu di bawah 15 derajat dan tetap aktif hingga usia 100 tahun. Wanita usia 40-an terlihat belia, sementara ibu yang melahirkan di usia 65 bukan hal yang aneh.

Mitos Lembah Hunza sebagai Oase Awet Muda

Dilansir Hunza.co, Lembah Hunza berada di dekat perbatasan China dan Pakistan. Sejumlah desa di sana memiliki penduduk yang sebagian besar terlihat awet muda dan panjang umur. Kalau manusia di kota modern memiliki harapan hidup hingga usia rata-rata 65 tahun, maka orang-orang di Lembah Hunza bisa hidup sehat hingga usia 80 atau lebih dari 100 tahun.

Mitos ini tumbuh subur berkat pengakuan para mir (pemimpin lokal) dan didukung sejumlah pengamat yang sempat melakukan observasi ke Lembah Hunza beberapa dekade lalu. Robert McCarrison, seorang dokter dari Skotlandia adalah cendekiawan pertama yang menyoroti umur panjang warga Lembah Hunza dan mendapat perhatian besar. McCarrison menyebut Hunza sebagai 'lembah bahagia'.

Walaupun begitu, John Clark menyatakan lewat bukunya kalau warga Lembah Hunza justru bermasalah dengan gizi buruk dan berbagai jenis penyakit. Clark, seorang profesor geologi dari Inggris sempat hidup di Lembah Hunza selama 20 bulan dari tahun 1950 sampai 1951. Kendati demikian, mitos tentang Lembah Hunza sebagai oase awet muda dan surga wanita cantik terus dituturkan hingga saat ini.

Rahasia Kecantikan, Kesehatan, dan Umur Panjang Wanita Lembah Hunza

© Shutterstock

Kecantikan, kesehatan, dan umur panjang warga Lembah Hunza yang tersohor itu tentunya membuat publik penasaran selama bertahun-tahun. Menurut pendapat McCarrison, santapan sehari-hari warga Hunza ditengarai sebagai sumbernya. Warga di lembah itu biasa mengonsumsi 1900 kalori, termasuk 50 gram protein, 36 gram lemak, dan 365 karbohidrat.

Makanan mereka umumnya plant-based (nabati) dan disantap dalam kondisi mentah. Sepanjang musim panas, warga Lembah Hunza menyantap buah dan sayuran segar. Begitu musim dingin tiba, mereka beralih ke aprikot yang sudah dikeringkan, kecambah, dan mentega.

Kondisi Alam Memaksa Warga Rajin Berolahraga

© Creative Commons/M Jameel ahmed

Sama seperti warga perkotaan, warga Lembah Hunza juga rajin berolahraga. Namun aktivitas ini memang sudah menjadi makanan sehari-hari, sebab kondisi alam Lembah Hunza yang terdiri dari tebing dan jurang membuat mereka harus mengerahkan tenaga ekstra untuk mobilitas sehari-hari.

Apalagi letak ladang dan kebun jauh dari pemukiman. Umumnya mereka harus melakukan perjalanan hingga dua jam untuk berangkat bertani saja. Tak heran kalau warga Lembah Hunza disebut lebih bugar daripada orang-orang Sherpa di Himalaya yang terkenal karena kekuatan fisiknya.

Nasib Wanita Lembah Hunza Kini

© Shutterstock

Dilansir Nikkei Asia, orang-orang yang bermukim di Lembah Hunza kebanyakan menganut mazhab Ismailiyah, sehingga peran wanita dalam sektor publik maupun kehidupan sehari-hari juga berkembang. Terlihat dari industri pariwisatanya yang tumbuh menjadi mata pencaharian utama. Pariwisata di Lembah Hunza mulai menggeliat sejak tahun 1970-an.Selain pria yang masih mendominasi, peran wanita sebagai penggerak roda industri ini juga semakin luas.

Dilansir Adventure, segelintir wanita Lembah Hunza mengikuti pelatihan pertukangan dasar dua dekade lalu. Keterampilan ini ternyata banyak berguna, karena berhasil membuat peran wanita di wilayah tersebut dalam perekonomian semakin besar.

"Orang Hunza cukup berpikiran terbuka dan liberal karena tingkat literasi yang lebih tinggi dan interaksi dengan turis internasional," tutur Aneeqa Ali, wanita yang menjadi CEO perusahaan tur dan travel Mad Hattters di Lembah Hunza.