Ternyata Begini Alasan Banyak Orang Takut Debat, Yuk Coba Atasi!
Debat merupakan salah satu bentuk diskusi yang membutuhkan keterampilan berbicara dan pengetahuan.
Ternyata Begini Alasan Banyak Orang Takut Debat, Yuk Coba Atasi!
Keterampilan Bicara
Debat merupakan salah satu bentuk diskusi yang membutuhkan keterampilan berbicara dan pengetahuan yang lengkap terkait topik yang akan didebatkan.
Ketika menghadapi debat, banyak orang yang merasa nggak pede dan memilih menghindarinya.
-
Bagaimana cara berdebat dengan baik? Dalam berdebat, gunakan dalil dan hujjah (bukti) atau data yang kuat sesuai dengan ajaran Islam. Hindari menggunakan argumen yang tidak jelas atau tidak jelas sumbernya.
-
Siapa yang protes panelis debat? Cawapres nomor urut 01, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) memprotes soal dua panelis debat capres yang berasal dari Universitas Pertahanan.
-
Siapa yang heran debat tanpa doa? Wakil Ketua Umum PKB Jazilul Fawaid heran dalam debat kedua Pilpres 2024 masih tidak ada doa dibacakan sebelum acara dimulai.
-
Tema debat capres pertama? 1. Tema debat pertama (Capres)Pemerintahan, Hukum, HAM, Pemberantasan Korupsi, Penguatan Demokrasi, Peningkatan Layanan Publik dan Kerukunan Warga.
-
Kenapa orang takut untuk menyatakan perasaan mereka? Perlu diketahui jika terkadang ada orang yang ingin mendekatimu, namun ketakutan akan penolakan menjadi penghalang utama bagi mereka untuk menyampaikan perasaan yang sesungguhnya.
-
Kenapa adab penting dalam berdebat? Dalam Islam, adab (etika) berdebat sangat ditekankan untuk memastikan bahwa diskusi atau perdebatan dilakukan dengan cara yang baik, santun, dan menghormati.
Padahal, debat bermanfaat untuk asah keterampilan dan pengetahuan, baik dalam berpikir atau berbicara.
Manfaat Debat
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), mendefinisikan debat sebagai bentuk pertukaran dan pembahasan pendapat terkait suatu hal dengan saling menyampaikan argumentasi atau alasan.
Tujuannya yaitu untuk mempertahankan pendapat bahkan memenangkan pendapat.
Dari definisi tersebut, sangat jelas bahwa debat mampu melatih daya pikir.
Bukan hanya antar peserta debat, akan tetapi juga penonton atau bahkan juri yang menilai.
Yap, dalam berdebat seseorang dituntut untuk berpikir analitis, sistematis, dan kritis.
Selain itu, sebisa mungkin harus menyampaikan pemikirannya dengan bahasa yang santun serta mudah dimengerti.
Penyebab Seseorang Takut Debat
Nggak dipungkiri, berdebat terutama dalam forum formal memang membutuhkan persiapan.
Maka dari itu, beberapa orang enggan untuk mempelajari dan mahir dalam debat karena dirasa sulit.
Dalam berdebat juga butuh keberanian yang besar.
Nggak Berani Menghadapi Rasa Takut
Tanyakan kepada diri sendiri, mengapa kamu merasa begitu takut? Lalu, dari mana kegugupan tersebut berasal? Seringkali ketakutan berasal dari kurangnya kepercayaan diri.
Hadapi Ketakutan
Jika kamu memang takut akan hasil debat di mana kamu akan kalah, maka hal itu belum sepenuhnya terjadi.
Hadapilah ketakutanmu dan lihatlah hasil akhir setelah debat terlaksana.
Jika kamu memilih kabur dan menghindar, justru saat itulah kamu sudah kalah bahkan ketika debat belum dimulai.
Nggak Mampu Berpura-pura
Well, dalam berdebat kamu juga perlu loh berpura-pura percaya diri ataupun bersikap sekan memahami betul topik perdebatan.
Pepatah Bisa Diterapkan
Lalu, pernahkan kamu mendengar pepatah ‘berpura-puralah hingga kamu lupa kalau sedang berpura-pura’?
Pepatah tersebut bisa diterapkan saat menjalani debat.
Yap, satu-satunya jalan untuk rasa nggak pede adalah dengan berpura-pura.
Ungkapkan saja argumenmu dengan rasa percaya diri.
Gagal Mengubah Energi Gugup
Jangan kesal kalau kamu merasa nervous atau gugup, karena perasaan tersebut bukanlah suatu yang buruk–bisa dibilang normal. Justru kamu bisa mengubah energi gugup menjadi perasaan gembira.
Mengutip dari majalah Forbes, secara psikologis, rasa gugup dan cemas seperti anxiety mirip dengan kegembiraan.
Kedua perasaan tersebut ditandai dengan detak jantung yang meningkat dan perasaan kupu-kupu di perut alias butterfly effect. Keduanya juga bisa bikin kamu berkeringat.
Karena hasil psikologis dari kedua persamaan tersebut sangat mirip, pendekatan terbaik yang bisa dilakukan yaitu dengan belajar menafsirkan sinyal yang dikeluarkan.
Berlatihlah agar otak bisa mengubah respons emosional tersebut.