KH. Maimun Zubair, Sosok Kiai Kharismatik dengan Pengaruh Legendaris
KH Maimun Zubair, yang akrab dipanggil Mbah Moen, merupakan sosok kiai, ulama, dan politikus yang memiliki kharisma di Indonesia.

Maimun Zubair, yang lebih dikenal dengan sebutan Mbah Moen, merupakan seorang kiai, ulama, dan tokoh politik yang sangat berpengaruh di Indonesia. Sebelum meninggal dunia, beliau memimpin Pondok Pesantren Al-Anwar yang terletak di Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah.
Dalam ranah politik, Mbah Moen menjabat sebagai Ketua Majelis Syuriah Partai Persatuan Pembangunan hingga akhir hayatnya pada 6 Agustus 2019. Selain itu, beliau juga pernah berkontribusi sebagai anggota DPRD Kabupaten Rembang selama tujuh tahun.
Setelah menyelesaikan kariernya di dunia politik, Mbah Moen lebih fokus pada pengelolaan dan pengembangan pesantren yang telah lama beliau pimpin. Seperti apa sosok Mbah Moen, kiai terkenal yang juga seorang politisi semasa hidupnya? Simak profil dan fakta menarik tentang beliau berikut ini, yang telah dilansir Merdeka.com, Kamis(6/3/2025).
Biografi Mbah Maimun Zubair

Maimun Zubair dilahirkan pada tanggal 28 Oktober 1928 di Karang Mangu, yang terletak di Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Sejak masih kecil, Mbah Moen telah menerima pendidikan agama dari ayahnya secara langsung. Pembelajaran yang diterimanya meliputi berbagai bidang, seperti hafalan Shorof, Na'u, Fiqih, Mantiq, Balaghah, serta berbagai disiplin ilmu keislaman lainnya.
Dengan dasar pendidikan yang kuat, Mbah Moen tumbuh menjadi sosok yang sangat berpengaruh dalam dunia keagamaan. Ia tidak hanya menguasai teori, tetapi juga menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, kontribusinya dalam masyarakat sangatlah berarti dan memberikan inspirasi bagi banyak orang.
Riwayat Pendidikan
Pada tahun 1945, Mbah Moen memulai pencariannya akan ilmu di Pondok Lirboyo yang terletak di Kediri, Jawa Timur. Di sana, ia belajar di bawah arahan KH Abdul Karim, yang dikenal sebagai Mbah Manaf, serta menerima pengajaran dari KH Mahrus Ali dan KH Marzuqi.
Selanjutnya, pada tahun 1950, Mbah Moen melakukan perjalanan ke Mekah bersama kakeknya, Ahmad bin Shuaib. Di Mekah, ia menjalani proses pembelajaran selama dua tahun di bawah bimbingan para ulama terkemuka seperti Sayyid Alawi al-Maliki dan Syekh al-Imam Hasan al-Masysyath.
Pendiri Pondok Pesantren Al-Anwar

Pada tahun 1965, Mbah Moen kembali ke Sarang dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar. Kehadiran pondok pesantren ini disambut dengan antusias oleh masyarakat di sekitarnya.
Pondok Pesantren Al-Anwar yang didirikan oleh Mbah Moen menjadi pusat pendidikan yang penting. Masyarakat setempat sangat menghargai keberadaan lembaga pendidikan ini karena memberikan banyak manfaat bagi mereka.
Dengan adanya Pondok Pesantren Al-Anwar, banyak generasi muda yang mendapatkan pendidikan agama dan pengetahuan umum. Hal ini menunjukkan betapa besar dampak positif yang ditimbulkan oleh Mbah Moen di daerah tersebut.
Jalur Politik Mbah Moen

Pada tahun 1965, Mbah Moen kembali ke Sarang dan mendirikan Pondok Pesantren Al-Anwar. Kehadiran Pondok Pesantren ini disambut dengan antusias oleh masyarakat setempat, yang melihatnya sebagai tempat pendidikan dan pembinaan spiritual yang penting.
Pondok Pesantren Al-Anwar menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pendidikan bagi banyak santri. Dengan program pembelajaran yang terstruktur, pesantren ini berkontribusi besar dalam pengembangan ilmu agama di wilayah tersebut.
Meninggal Dunia Saat Melaksanakan Ibadah Haji

Maimun Zubair, yang lebih dikenal dengan nama Mbah Moen, meninggal dunia pada tanggal 6 Agustus 2019 ketika sedang melaksanakan ibadah haji di Mekkah. Sebelum kepergiannya, Mbah Moen dikabarkan sudah merasakan bahwa waktunya di dunia ini akan segera berakhir. Ia pernah berbagi cerita kepada Sodikun, seorang jemaah haji dari Tegalrejo, mengenai rencananya untuk tinggal di Mekkah sampai tanggal 5.
Kepergian Mbah Moen meninggalkan duka yang mendalam bagi banyak orang. Banyak yang mengenang sosoknya sebagai seorang ulama yang kharismatik dan bijaksana. Dalam perjalanan ibadah haji tersebut, ia menunjukkan keteguhan iman dan dedikasinya kepada Allah. Mbah Moen merupakan figur yang sangat dihormati, dan berita tentang wafatnya menyentuh hati banyak orang di seluruh Indonesia.