Kisah Ranger Malaysia Rela Tukar Jam Tangan dengan Pisau Komando Kopassus
Merdeka.com - Pemerintah Indonesia di era Orde Lama pernah mendukung perlawanan rakyat Serawak dalam konfrontasi dengan Malaysia. Pasukan elite TNI dikirim untuk melatih dan membantu Pasukan Gerilya Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (Paraku).
Mereka menghadapi pasukan Malaysia yang didukung oleh Tentara Inggris. Dalam konflik tertutup ini, Inggris sampai menurunkan pasukan elite SAS. Di tengah belantara Kalimantan, saling sergap antara dua pasukan ini terjadi.
Namun, angin politik berubah. Saat Orde Lama tumbang, pemerintahan Orde Baru menghentikan konflik tersebut. Mereka membuka hubungan diplomatik dengan Malaysia.
-
Mengapa para perwira TNI menyelamatkan uang gaji? Agar Uang itu Tidak Jatuh ke Tangan Musuh Dia membagikan uang pada stafnya, yang langsung memasukkan uang ke dalam kantong dan segera melompat menyelamatkan diri.
-
Apa prestasi Anak TNI tersebut? Dia baru saja 'memborong' dua medali atas kemenangannya pada Kejuaraan Nasional Arung Jeram Jakarta Tahun 2024.
-
Siapa yang memakai seragam TNI? Chef Renatta kelihatan keren banget pake seragam TNI biru.
-
Apa yang diselamatkan oleh para perwira TNI? Semua kembali ke staf dengan membawa uang untuk pasukan-pasukan dan dinas-dinas untuk melaksanakan secara resmi timbang terima uang itu.
-
Apa yang dibagikan kepada prajurit TNI? Nasi berbungkus daun pisang dibagikan.
-
Siapa saja yang pakai seragam TNI? Gak sendirian, Chef Juna juga bareng Chef Renatta dan Chef Arnold. Mereka pakai seragam TNI saat syuting MasterChef Indonesia.
Indonesia juga mengimbau para gerilyawan PGRS agar menghentikan perlawanan dan menyerahkan senjata. Namun imbauan itu tak ditanggapi. Hanya 99 orang yang menyerah, sementara 739 orang masuk hutan dan meneruskan perjuangan mereka.
Dulu kawan, sekarang lawan. Dulu guru dan murid, kini harus berhadapan di medan tempur. Begitulah sejarah mencatat konflik bersenjata di Kalimantan Utara ini.
Kemampuan para gerilyawan PGRS terbilang cukup tangguh karena dilatih dengan baik oleh pasukan TNI. Salah satu aksi mereka menyerang Pangkalan Udara AURI di Sangau Ledo. Pasukan ini berhasil merebut 133 pucuk senjata, dua senapan mesin berat dan berpeti-peti amunisi.
Operasi Besar-Besaran
Menanggapi hal ini, pemerintah Indonesia dan Malaysia menggelar operasi militer besar-besaran, mengejar sisa-sisa gerilyawan PGRS/Paraku. Bulan Maret 1969, Mabes ABRI mengirimkan Detasemen Tempur 13/RPKAD ke Kalimantan untuk menumpas para gerilyawan ini.
Sementara Malaysia mengirimkan satuan Ranger untuk membantu tugas pasukan baret merah Indonesia.
Nama Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD), yang kini bernama Kopassus, rupanya sudah lama disegani oleh para Ranger Malaysia. Mereka merasa senang kini bisa bermitra dengan RPKAD. Apalagi setelah mendengar semasa konflik bagaimana RPKAD dan SAS kerap 'kucing-kucingan'hingga terlibat kontak senjata.
Rela Tukar Jam dengan Pisau Komando
Kapten Inf Soegito, Komandan Denpur 13/RPKAD menulis Ranger Malaysia sangat mengagumi pasukan RPKAD. Mereka rela menukar arloji mereka dengan pisau komamdo RPKAD untuk kenang-kenangan.
"Beberapa anggota Ranger Malaysia yang begitu kagum dengan RPKAD bahkan rela menukar jam tangannya dengan pisau komando RPKAD," kenang Soegito.
Kisah ini dituliskan Beny Adrian dalam buku Letjen (Purn) Soegito, Bakti Seorang Prajurit Stoottroepen tahun 2015.
Jam tangan pada saat itu barang yang terbilang cukup mewah di dalam negeri. Apalagi penghasilan anggota TNI saat itu juga tidak besar. Sekadar cukup untuk hidup.
Packration Vs Beras dan Ikan Asin
Pengalaman lain yang menarik adalah soal logistik. Para anggota RPKAD juga senang bermitra dengan tentara Malaysia.
Saat itu logistik tentara Malaysia sudah cukup modern. Mereka dibekali dengan packration atau ransum yang dikemas khusus dan berisi aneka makanan.
"Satu paket berisi macam-macam makanan dan minuman seperti susu, coklat, teh beras dan dendeng. Dua paket ini bisa untuk bekal lima hari," kata Soegito.
Kemewahan ini berbalik dengan logisik RPKAD yang hanya mengandalkan beras dan ikan asin. Hal ini membuat para anggota TNI sering putar otak untuk menambah gizi mereka.
"Karena itu packration sering menjadi incaran anggota Denpur pada saat diadakan pengamanan atau patroli bersama dengan tentara Malaysia," kata Soegito. (mdk/noe)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Laksamana Yudo Margono mengungkapkan gaji pertamanya saat menjadi prajurit TNI, hanya bisa dipakai untuk beli satu setel baju dan celana.
Baca SelengkapnyaBerikut ini adalah penampakan seragam TNI di awal kemerdekaan Indonesia, sangat sederhana dan banyak yang memakai seragam sisa peninggalan Jepang dan Belanda.
Baca SelengkapnyaSeorang prajurit TNI membuka dompetnya di monas dan hanya ada uang Rp2 ribu.
Baca SelengkapnyaKasus istri polisi pamer harta di media sosial kembali viral. Lupa dengan teladan pendiri Bhayangkari.
Baca SelengkapnyaMayjen TNI Imam Santoso dibuat ngakak oleh prajuritnya yang polos saat diwawancarai olehnya. Sang jenderal bintang dua itu sampai garuk kepala dibuatnya.
Baca SelengkapnyaBerikut kisah pengalaman hidup Panglima TNI sempat pinjam sepeda karena tidak mampu beli.
Baca SelengkapnyaPrajurit Kopassus senyum-senyum makan mi ayam mahal di Papua seharga Rp60 ribu.
Baca SelengkapnyaRansum tentara adalah makanan kemasan yang disiapkan untuk prajurit militer di area pertempuran.
Baca SelengkapnyaDalam pikiran pemuda sederhana ini, menjadi prajurit TNI adalah cara gratis mengubah nasib.
Baca SelengkapnyaKisah seorang TNI AD berpangkat kopral dua menjadi perhatian publik. Pasalnya ia tidak gengsi berjualan gorengan pinggir jalan.
Baca SelengkapnyaKeluh kesah pria eks TKI Jepang yang kini rela bekerja di kampung halaman sebagai tukang bangunan.
Baca SelengkapnyaWanita yang pernah bekerja di stasiun TV ini, membagikan momen Ketika belanja dan makan bakso di Kota Wamena.
Baca Selengkapnya