Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

PKI Tak Masuk dalam Kabinet, Bung Karno Marahi Ali Sastroamidojojo

PKI Tak Masuk dalam Kabinet, Bung Karno Marahi Ali Sastroamidojojo Ali Sastroamidjojo menyambut Presiden Sukarno saat pembukaan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada . Howard Sochurek/The LIFE Picture Collection/Getty Image©2022 Merdeka.com

Merdeka.com - Kendati mereka bersahabat akrab, namun soal politik mereka kadang bersilang pendapat.

Penulis: Hendi Jo

Bagi kalangan nasionalis, nama Ali Sastroamidojo tidaklah asing. Sejak zaman pergerakan, namanya kerap disandingkan dengan Sukarno sebagai dua sejoli dari Partai Nasional Indonesia (PNI).

Bisa dikatakan mereka memang termasuk dua manusia yang memiliki kedekatan emosional. Bagi Ali, nama Sukarno sudah ada di benaknya saat dia belajar ilmu hukum di Belanda. Namun secara pribadi, dia kali pertama berkenalan dengan Sukarno pada akhir 1928 di Yogyakarta. Saat itu sebagai anak muda berusia 25 tahun, dia menyaksikan langsung bagaimana Sang Singa Podium beraksi.

"Saya sangat terpukau oleh cara dan kata-kata yang digunakannya…" ungkap Ali dalam otobiografinya, Tonggak-Tonggak di Perjalananku.

PKI Tak Diajak dalam kabinet, Sukarno Marah

Banyak kalangan menyebut Ali sebagai pengikut setia Sukarno. Pendapat itu tentu saja ada benarnya jika mengingat kedekatan Ali dengan Sukarno yang sudah berusia lama. Soal ini bahkan diakui sendiri oleh Tatiek Kemal (68), salah seorang cucu Ali Sastroamidjojo.

"Kedekatan itu bahkan sampai menjadikan nenek saya memiliki hubungan yang sangat baik dengan Ibu Fatmawati," ujar Tatiek.

Kendati demikian, tidak serta merta kedekatan itu menjadikan Ali berlaku sebagai pembebek. Alih-alih menuruti semua kata Sukarno, yang ada Ali malah pernah berselilih paham secara keras dengan sahabatnya itu.

Ceritanya, saat kembali dipercaya untuk menyusun kabinet yang kedua kali-nya pada 1956, Ali tidak melibatkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai salah satu mitra koalisi-nya. Selain sudah merasa cukup berkoalisi dengan Masyumi dan NU yang menolak berkoalisi dengan PKI, Ali melihat kecenderungan jika PKI dilibatkan dalam pemerintahannya maka itu sama saja memberi peluang partai komunis ke-3 terbesar di dunia tersebut akan menjadi lebih kuat pada pemilu berikutnya.

Suatu hal yang tentu saja tidak dikehendaki oleh PNI. Apa yang terjadi kemudian? Bung Karno marah besar. Dia menuduh Ali telah berlaku tidak adil dan mengidap penyakit komunisto-phobi.

"Saudara sebagai formatir bersikap tidak adil terhadap PKI. Bagaimana suatu partai besar yang mendapat suara dari rakyat lebih dari 6 juta itu, tidak kau ikut sertakan dalam kabinet baru? Ini tidak adil!" sergah Bung Karno.

Sukarno Setengah Hati

Kendati Ali mengemukakan alasan-alasan di atas kepada Si Bung Besar, namun tindakannya tetap disalahkan. Tak ada titik temu. Ali akhirnya menyarankan presiden untuk mencabut mandat yang diberikan kepadanya dan menyerahkan kepada formatur baru.

"Saya tidak bisa merubah susunan kabinet karena saya sudah terikat pada kesepakatan bersama dengan partai-partai koalisi itu," ujar Ali.

"Kau menempatkan persoalan selalu dengan cara yang terlampau tajam. Saya belum mengatakan bahwa saya menolak hasil susah payah kau ini!" jawab Sukarno.

Alhasil, presiden pada akhirnya mau menandatangani susunan kabinet yang disodorkan Ali. Kendati demikian Ali tahu, Bung Karno hanya setengah hati menerimanya.

Ali juga termasuk tokoh PNI yang diam-diam kritis terhadap kedekatan Bung Karno dengan PKI. Menurut Satya Graha, ketika Suluh Indonesia (surat kabar yang berafiliasi ke PNI) mengecam aksi sepihak para aktivis PKI di pelosok-pelosok daerah, Ali menyatakan dukungannya.

"Pak Ali tidak memarahi saya, dia malah memuji Suluh Indonesia yang sudah berlaku kritis terhadap aksi para aktivis BTI (Barisan Tani Indonesia) itu," kenang eks pemimpin redaksi Suluh Indonesia tersebut. (mdk/noe)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
PDIP Masih Buka Pintu untuk Golkar: Meski Gabung Prabowo Tapi Belum Bisa Naik Pelaminan
PDIP Masih Buka Pintu untuk Golkar: Meski Gabung Prabowo Tapi Belum Bisa Naik Pelaminan

PDIP sampai hari ini masih terus membuka pintu bagi partai manapun termasuk Golkar untuk berkoalisi.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Prediksi Mr.Q Berat Mega PDIP Masuk Koalisi Prabowo, Ada Tembok 'Mulyono' Ditambah SBY
VIDEO: Prediksi Mr.Q Berat Mega PDIP Masuk Koalisi Prabowo, Ada Tembok 'Mulyono' Ditambah SBY

Prediksi itu diperkuat karena kehadiran Presiden Jokowi dan ditambah dengan Presiden ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Baca Selengkapnya
Jabat Tangan di Istana, AHY Bicara Hubungannya dengan Moeldoko
Jabat Tangan di Istana, AHY Bicara Hubungannya dengan Moeldoko

Menteri AHY ungkap hubungannya dengan Moeldoko yang pernah berseteru terkait Partai Demokrat.

Baca Selengkapnya
Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Panas di Luar Adem di Istana
Hubungan Jokowi dan Surya Paloh, Panas di Luar Adem di Istana

Jokowi juga memberi ucapan selamat ulang tahun kepada Surya Paloh.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Maruarar Ngaku Sehati dengan Megawati PDIP, Ingatkan Pramono Soal Dukungan Anies Untungkan RK
VIDEO: Maruarar Ngaku Sehati dengan Megawati PDIP, Ingatkan Pramono Soal Dukungan Anies Untungkan RK

Maruarar menyampaikan bahwa sepertinya PDIP tidak hanya melihat calon dari elektabilitasnya saja

Baca Selengkapnya
PDIP Sebut Hak Prerogatif Megawati untuk Bertemu Prabowo
PDIP Sebut Hak Prerogatif Megawati untuk Bertemu Prabowo

Eriko menegaskan PDIP tidak mengenal terminologi koalisi dan oposisi dalam konteks ketatanegaraan.

Baca Selengkapnya
Pemilih PKS Tak Kompak Dukung RK-Suswono, Hidayat Nur Wahid: Dari Dulu Lembaga Survei Tidak Cukup Benar
Pemilih PKS Tak Kompak Dukung RK-Suswono, Hidayat Nur Wahid: Dari Dulu Lembaga Survei Tidak Cukup Benar

Hidayat Nur Wahid menegaskan, partainya hingga kini masih solid dalam memberikan dukungan kepada pasangan RIDO di Jakarta.

Baca Selengkapnya
Terungkap Isi Pembahasan Prabowo dengan Megawati
Terungkap Isi Pembahasan Prabowo dengan Megawati

Megawati dengan Prabowo memiliki hubungan yang sangat dekat.

Baca Selengkapnya
PKS Tidak akan jadi Oposisi Pemerintahan Pramono-Rano di Jakarta
PKS Tidak akan jadi Oposisi Pemerintahan Pramono-Rano di Jakarta

PKS tidak akan menjadi oposisi dalam pemerintahan Pramono Anung-Rano Karno dalam memimpin Jakarta.

Baca Selengkapnya
Pramono Pastikan Hubungan dengan Presiden Tetap Baik, Meski Jokowi dan PDIP Panas-Dingin
Pramono Pastikan Hubungan dengan Presiden Tetap Baik, Meski Jokowi dan PDIP Panas-Dingin

Pramono tetap berkomunikasi secara terbuka dengan Jokowi

Baca Selengkapnya
Pramono Anung soal Isu Hubungan Jokowi-Megawati: Cerah Ceria, Rumor Retak Tidak Benar
Pramono Anung soal Isu Hubungan Jokowi-Megawati: Cerah Ceria, Rumor Retak Tidak Benar

Saat ditanya apakah Jokowi dan putra sulungnya, Gibran masih menjadi kader PDIP, Pramono enggan menjawab.

Baca Selengkapnya
PDIP: Gerindra Kawan Seiring dan Sparing Partner
PDIP: Gerindra Kawan Seiring dan Sparing Partner

Secara politik, partai yang dipimpin keduanya, yakni PDIP dan Gerindra menurut Said juga tidak pernah berbenturan baik secara politis maupun ideologis.

Baca Selengkapnya