Cerita Sumur Tua Keramat di Tengah Sawah Serang, Tak Pernah Kering Meski Kemarau Ekstrim
Uniknya, sumur yang diklaim tertua di wilayah tersebut masih menyimpan air dalam jumlah yang banyak dan tidak mengalami surut meski dilanda kemarau panjang.
Kelurahan Sawah Luhur di Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, menjadi salah satu daerah yang terdampak kemarau. Kondisi ini membuat sebagian besar warga kesulitan mendapat air bersih.
Warga sehari-hari hanya mengandalkan sebuah sumur tua yang terletak di tengah-tengah persawahan. Sejak pagi hingga sore, warga bergantian mengangkut air menggunakan ember besar, galon hingga penampung air lainnya.
-
Apa itu Serumbung Sumur? Serumbung sumur merupakan alat penjernih air kuno dari masa Kesultanan Banten yang berkuasa pada 1527-1813.
-
Kenapa sumur di Lebak kering? “Biasanya pakai jet pump, cuma karena sekarang kering, kebanyakan warga sini dan kampung sebelah ngambil air di sumur ini,“ kata salah satu warga, Dopi.
-
Dimana Serumbung Sumur digunakan? Serumbung sumur dahulu sangat berguna bagi permukiman di lingkungan keraton dan masyarakat sekitar.
-
Kenapa sumur Zaman Perunggu terawetkan? Namun sumur ini berhasil bertahan karena terkubur di dalam tanah yang tergenang air.
-
Kenapa air Curug Bengkawah gak kering? Airnya berasal dari aliran mata air di Desa Sodong Besari, sebuah desa baru hasil pemekaran Desa Sikasur.
-
Mengapa sumur tersebut kering? 'Sumur air dia yang model timbaan pakai katrol, kurang lebih 25 meter dalamnya,' katanya.
Uniknya, sumur yang diklaim tertua di wilayah tersebut masih menyimpan air dalam jumlah yang banyak dan tidak mengalami surut meski dilanda kemarau panjang. Rasa air juga tetap sama, meski sumur-sumur lain milik warga berubah rasa menjadi payau karena dekat dengan pesisir.
Masyarakat percaya jika sumur tersebut merupakan peninggalan di masa Kesultanan Banten dan memiliki nilai sejarah yang kuat. Berikut informasinya.
Sumur Tidak Pernah Kering Meski Berada di Puncak Musim Kemarau
Keunikan sumur tua di tengah sawah ini akan terlihat saat memasuki puncak musim kemarau. Jika kebanyakan sumber air rumah-rumah warga akan mengering atau menyusut dan berubah rasa, namun air di sumur tua ini justru tetap melimpah.
Bahkan dipercaya jika jumlah airnya juga tidak berkurang meski selalu diambil oleh warga sekitar.
“Kalau musim kemarau di Sawah Luhur mah pada kering, susah air, gitu. Dan sumur di sawah ini satu-satunya yang terisi,” kata seorang warga, Jauri, mengutip Youtube SCTV Banten, Jumat (6/9).
Jadi Tumpuan Warga di Empat Kampung
Menurut Jauri, Sumur ini menjadi tumpuan warga di hingga empat kampung seperti Kampung Kebasiran, Manggerong, Kemayuan dan Setu.
Air dari sumur ini jernih dan bersih, sehingga bisa digunakan untuk mandi, mencuci pakaian dan memasak.
“Warga yang ngambil itu rata-rata dari Kampung Kebasiran, Manggerong, Kemayuan dan Setu, semua total sekitar empat kampung. Biasanya dipakai buat masak, mandi, mencuci,” ujar Jauri.
Sumur Tak Pernah Kering Setiap Musim Kemarau
Letak sumur diketahui tak jauh dari makam ulama di zaman dulu bernama Syekh Abdul Wafa. Biasanya, sumur digunakan untuk para peziarah berwudu, maupun mencuci wajah sebelum berdoa.
Warga juga tidak mengetahui mengapa sumur tidak mengering, di tengah banyak sumber air menyusut. Banyak yang meyakini, jika sumur mengandung keajaiban dan keberkahan.
“Sejak dulu sumur ini bukan khusus bagi peziarah, melainkan juga warga yang membutuhkan air bersih,” kata juru kunci makam Syekh Abdul Wafa, Imron.
Peninggalan Ulama Banten Zaman Dulu
Dalam kanal Youtube Jammas TV, dikabarkan bahwa Syekh Abdul Wafa merupakan tokoh yang berpengaruh dalam perkembangan agama Islam di wilayah Banten utara.
Tokoh ini disebutkan hidup di masa Sultan Maulana Hasanudin yang merupakan raja pertama kesultanan Islam di sana, sekitar abad ke-15 silam. Diperkirakan, sumur tua tersebut peninggalan era dari Syekh Abdul Wafa.
Sejak dahulu hingga sekarang, sumur tidak akan pernah mengering meski wilayah Serang diterpa cuaca panas ekstrem.
Mengawal Kerajaan Islam di Banten
Ada keterkaitan tokoh Syekh Abdul Wafa dengan pendirian Kesultanan Banten. Kala itu, ia ditugaskan mengawal Maulana Hasanudin yang merupakan putra dari Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.
Kala itu, Maulana ditugaskan untuk membangun kerajaan Islam. Ia bersama pengawalnya bernama Syekh Abdul Wafa, kemudian mendirikan sejumlah penunjang kerajaan, salah satunya sumur tua tersebut.
“Awalnya ini untuk mengantisipasi Pucuk Umun yang merupakan patih Kerajaan Pajajaran mendirikan keraton di Banten,” terang juru kunci.
Sampai sekarang, keberadaan sumur masih menjadi daya tarik lain dari wisatawan usai berziarah di sana.