Ratusan Warga Kota Bogor Positif Campak, Minimnya Imunisasi Jadi Penyebab
Merdeka.com - Sebanyak 143 warga Kota Bogor, Jawa Barat, dinyatakan positif campak berdasarkan hasil uji laboratorium. Meski demikian, Dinas Kesehatan Kota Bogor, Jawa Barat menegaskan bahwa daerah tersebut tidak dalam status kejadian luar biasa (KLB) Campak Rubella.
Pasalnya, ratusan sampel yang dinyatakan positif berdasarkan hasil uji laboratorium itu tidak memiliki hubungan secara orang, tempat, dan waktu saat dikaji berdasarkan sisi epidemiologi.
"Dapat disimpulkan, bahwa Kota Bogor tidak masuk ke dalam kategori KLB," ujar Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno di Kota Bogor, Jumat (17/3).
-
Siapa yang bisa tertular campak? Penyakit campak bisa menular sangat cepat kepada orang lain. Bahkan, ketika si penderita penyakit campak belum mengalami gejala ruam di kulitnya.
-
Apa yang menyebabkan penyakit campak? Campak pada anak biasanya disebabkan oleh infeksi virus dari famili paramyxovirus, seperti rubeola da, rubella. Infeksi virus tersebut bisa menular melalui percikan air liur dari penderita penyakit campak.
-
Apa penyebab peningkatan kasus DBD di Jakarta? Angka kasus DBD di DKI Jakarta mengalami peningkatan sebanyak 1.102 orang dari sebelumnya hanya 627 kasus pada 19 Februari 2024.
-
Siapa yang lebih banyak terkena DBD di Jakarta Barat? Pasien mayoritas merupakan anak-anak. 'Total pasien sudah dirawat sejak 1 Januari 2024 sampai dengan hari ini ada 67 kasus. 70 persen kasus adalah anak-anak dan mayoritas usia SD dan SMP,' kata Ngabila dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (30/3).
-
Siapa saja yang berisiko karena anak tidak divaksinasi? Anak yang tidak divaksinasi juga membawa risiko bagi anggota keluarga lainnya.
-
Siapa yang terkena dampak penyakit? Lebih dari 95 siswi di SMU St. Theresa's Eregi Girls Ibu Kota Nairobi, Kenya menderita penyakit misterius sehingga sekolah terpaksa ditutup sementara.
Retno menjelaskan penetapan status KLB Campak Rubella dapat dilakukan apabila daerah tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan, yakni apabila ada lima atau lebih kasus suspek campak-rubella dalam waktu empat minggu berturut-turut dan ada hubungan epidemiologi.
Sementara itu, KLB dinyatakan berhenti apabila tidak ditemukan kasus baru dalam waktu dua kali masa inkubasi atau rata-rata satu bulan setelah kasus terakhir, seperti dikutip dari Antara.
Sistem Surveilans Campak Rubella
Retno menuturkan, sistem surveilans Campak Rubella di Kota Bogor sudah semakin baik, yakni ditunjukkan dengan deteksi dini kasus. Dari awal tahun 2023 hingga akhir Februari 2023, Kota Bogor telah mengirimkan 292 sampel kasus suspek campak ke Laboratorium Bio Farma Bandung.
Rinciannya, sebanyak 143 sampel Positif Campak, 3 Positif Rubella, 74 sampel negatif, 72 sampel masih pending laboratorium. Adapun dari 143 sampel Positif Campak, 12 sampel di antaranya merupakan warga Kabupaten Bogor.
Kasus positif campak tersebar di 43 dari 68 kelurahan di Kota Bogor. Dari jumlah tersebut, ada 4 kelurahan dengan lebih dari lima kasus positif campak yaitu Kelurahan Mulyaharja (17 kasus), Kelurahan Sindang Barang (13 kasus), Kelurahan Empang (7 kasus) dan Kelurahan Pasir Jaya (7 kasus).
Capaian imunisasi campak 9-11 bulannya untuk Kelurahan Gunung Batu 88 persen, Kelurahan Loji 101,6 persen, Kelurahan Pasir Jaya 95,6 persen dan Kelurahan Mulyaharja 91,1 persen.
Imunisasi Jadi Kunci
©2020 Merdeka.com/Dwi Narwoko
Retno menuturkan, campak rubella dapat dicegah dengan penguatan kondisi tubuh melalui imunisasi. Dari target 95 persen target cakupan Imunisasi Campak 9-11 bulan tahun 2022, Kota Bogor sudah mencapai 96,55 persen.
Berdasarkan angka absolut sasaran, dari 17.475 anak-anak yang menjadi sasaran imunisasi campak 9-11 bulan, sebanyak 16.872 di antaranya telah diimunisasi campak 9-11 bulan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor mengungkapkan, rendahnya cakupan imunisasi menjadi salah satu faktor penyebab campak rubella di suatu wilayah. Selain itu, faktor transmisi dari daerah perbatasan dengan kelurahan atau kabupaten/kota terdampak yang cakupan imunisasi rendah di tahun-tahun sebelumnya menjadi faktor pendukung campak rubella walaupun capaian imunisasi daerah tersebut sudah mencapai target. Meski demikian, kata Retno, masih perlu penyelidikan epidemiologi lebih lanjut guna penentuan faktor penyebab campak rubella. (mdk/rka)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sebelumnya, Budi menyatakan vaksin cacar monyet masih menyasar kelompok tertentu, seperti penderita HIV.
Baca SelengkapnyaTerkait mobilisasi orang yang banyak berpotensi terjadi pada liburan Natal dan Tahun Baru, pemerintah belum mengeluarkan kebijakan pembatasan perjalanan.
Baca SelengkapnyaKemenkes ungkap gejala dari virus cacar monyet atau monkeypox
Baca SelengkapnyaUpaya pengasapan juga terus dilakukan di beberapa kawasan yang terbilang rawan.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta mengungkapkan tiga penyebab kenaikan kasus Covid-19.
Baca SelengkapnyaHingga 19 Desember 2023, jumlah kasus Covid-19 JN.1 mencapai 41 kasus.
Baca SelengkapnyaHingga saat ini kasus cacar monyet di Indonesia masih tercatat 88 sejak tahun 2022 dan di tahun 2023 sempat naik, kemudian turun lagi pada tahun 2024.
Baca SelengkapnyaDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor mencatat 750 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) sejak awal 2024. Dari ratusan kasus itu, empat orang meninggal dunia.
Baca SelengkapnyaPemerintah telah menyediakan vaksin dan obat cacar monyet dengan cukup untuk mengatasi penyakit tersebut.
Baca SelengkapnyaData itu berdasarkan catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jateng.
Baca SelengkapnyaWarga terjangkit monkeypox tersebut telah ditangani dan menjalani perawatan.
Baca SelengkapnyaPenyakit polio masih menjadi pekerjaan rumah (PR) pemerintah.
Baca Selengkapnya