Jojo dan Ginting Tersingkir di Fase Grup, Tunggal Putra Indonesia Catatkan Rekor Buruk di Sejarah Olimpiade
Tersingkirnya Jojo dan Ginting di fase grup Olimpiade ini menjadi sejarah buruk bagi tunggal putra Indonesia
Tersingkirnya Jojo dan Ginting di fase grup Olimpiade ini menjadi sejarah buruk bagi tunggal putra Indonesia
Jojo dan Ginting Tersingkir di Fase Grup, Tunggal Putra Indonesia Catatkan Rekor Buruk di Sejarah Olimpiade
Olimpiade 2024 kini tengah berlangsung di Paris, Prancis. Beberapa cabang olahraga baru memasuki babak 16 besar, salah satunya bulu tangkis yang biasanya selalu menyumbang medali untuk Indonesia.Namun hasil kurang baik didapatkan beberapa pemain Indonesia yang harus tersingkir di fase grup. Termasuk dua tunggal putra terbaik Indonesia, Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting.
Tersingkirnya Jojo dan Ginting di fase grup Olimpiade ini menjadi sejarah buruk bagi tunggal putra Indonesia. Berikut ulasan selengkapnya.
Kalah dari Wakil India
Pada pertandingan terakhir grup L yang mempertemukan Jonatan Christie dan Lakhsya Sen Rabu (31/7) kemarin, awalnya Jojo bermain dengan apik hingga memimpin skor 8-3.
Namun Jojo terus membuat kesalahan sendiri hingga wakil India menyamakan kedudukan menjadi 8 sama. Sempat kembali memberikan perlawanan, Jojo mengakhiri set pertama dengan kekalahan 18-21.
Di interval game kedua, Jojo tertinggal 6-11. Lakhsya Sen semakin menjauhkan perolehan angkanya hingga akhirnya Jojo kalah dengan skor 12-21.
instagram.com
Ginting Kalah dari Wakil Tuan Rumah
Nasib tak jauh berbeda pun terjadi pada Ginting. Dalam laga yang mempertemukannya dengan wakil tuan rumah, Toma Junior Popov, Ginting harus kalah tipis dengan rubber game.
Pada game pertama, ia kalah tipis dengan skor 19-21. Kemudian Ginting bangkit di game kedua dan menyamakan kedudukan menjadi satu sama dengan skor 21-17.
Sayangnya, perlawanan Ginting masih belum berhasil membuatnya memenangkan game ke tiga dan harus tersingkir dengan skor 15-21.
Rekor Buruk dalam Sejarah Olimpiade
Dengan kalahnya Jojo dan Ginting di fase grup, tunggal putra Indonesia tak lagi memiliki wakil di babak 16 besar. Hasil ini menjadi rekor buruk tunggal putra dalam sejarah Olimpiade. Meski tak selalu meraih medali, selama ini, Indonesia selalu menempatkan wakilnya ke babak akhir atau setidaknya pasti ada satu wakil di babak 16 besar dalam ajang Olimpiade.
instagram.com
Selalu Ada Wakil di Babak 16 Besar dalam Sejarah Olimpiade
Pada Olimpiade Barcelona 1992, ada Alan Budi Kusuma, Ardy Wiranata, dan Hermawan Susanto di babak 16 besar. Di edisi ini, Alan bahkan meraih medali emas Olimpiade bersama Susi Susanti.
Pada Olimpiade Atlanta 1996, Joko Supriyanto, Hariyanto Arbi, dan Alan Budi Kusuma juga lolos ke babak 16 besar. Pada Olimpiade Sydney 2000, ada Taufik Hidayat, Hendrawan, dan Marleve Mainaky di babak 16 besar.
Pada Olimpiade Athena 2004, ada Taufik Hidayat yang akhirnya meraih medali emas. Kemudian pada Olimpiade Beijing 2008, Indonesia juga punya Sony Dwi Kuncoro yang lolos ke babak 16 besar.
Selanjutnya di Olimpiade London 2012, ada Simon Santoso dan Taufik Hidayat. Pada Olimpiade Rio 2016, ada Tommy Sugiarto. Dan pada Olimpiade Tokyo 2020, Jojo dan Ginting juga lolos ke babak 16 besar. Bahkan Ginting meraih medali perunggu. Hasil ini pun menjadi rapor terburuk bagi tunggal putra Indonesia dalam sejarah Olimpiade.
Dengan kekalahan Jojo, Ginting, Apri/Fadia, Rinov/Pitha di babak penyisihan grup ini, kini bulu tangkis Indonesia hanya menyisakan dua wakil fase gugur. Mereka adalah ganda putra Fajar/Rian dan tunggal putri Gregoria Mariska.