Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

23 Januari: Kelahiran Megawati Soekarnoputri, Presiden Wanita Pertama Indonesia

23 Januari: Kelahiran Megawati Soekarnoputri, Presiden Wanita Pertama Indonesia megawati panen padi. ©2019 Istimewa

Merdeka.com - Tepat hari ini, 23 Januari pada 1947 silam, Megawati Soekarnoputri dilahirkan. Anak kedua Soekarno sekaligus presiden wanita pertama di Indonesia itu, genap berusia 75 tahun. Meski sudah memasuki usia senja, Megawati masih cukup aktif berkecimpung di dunia politik.

Sepanjang kariernya, Megawati pernah menjabat sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat, Ketua Umum PDIP, Wakil Presiden RI ke-8, hingga diangkat sebagai Presiden ke-5 Republik Indonesia. Hal ini yang kemudian membuat namanya begitu populer di Indonesia.

Bisa dikatakan bahwa karier Megawati di dunia politik Indonesia cukup berliku. Banyak sekali tantangan yang harus dilaluinya, sebelum akhirnya menjadi tokoh nasional yang berpengaruh di Indonesia.

Lantas, seperti apa perjalanan hidup seorang Megawati Soekarnoputri? Simak ulasannya yang merdeka.com rangkum dari laman resmi ANRI:

Mengenal Megawati Soekarnoputri, Sosok Presiden Wanita Pertama di Indonesia

ketum megawati soekarnoputri di rakernas pdip

©2020 Merdeka.com

Ketika Presiden Soekarno diasingkan ke pulau Bangka, istrinya, Fatmawati melahirkan seorang bayi dengan nama lengkap Dyah Permata Megawati Soekarnoputri. Megawati kecil lahir di kampung Ledok Ratmakan, tepi barat Kali Code, Yogyakarta.

Semasa kecil, Megawati dikenal sebagai anak periang yang gemar makan sambal. Selain itu, ia sering menghabiskan masa kecilnya dengan bermain peta kumpet bersama teman-temannya.

Perempuan yang akrab dipanggil Mbak Mega ini memulai pendidikannya dari SD hingga SMA di Perguruan Cikini, Jakarta. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya di dua Universitas, yaitu Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung (1965-1967) dan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (1970-1972).

Karier Politik Megawati Soekarnoputri

Kendati lahir dari keluarga politisi terkemuka, Megawati tidak terbilang piawai dalam dunia politik. Bahkan, ia sempat diragukan dan dipandang sebelah mata oleh kawan dan lawan politiknya. Untuk mendongkrak karier politiknya, Partai Demokrasi Indonesia (PDI) menempatkanya sebagai calon legislatif daerah Jawa Tengah.

Masuknya Megawati ke dunia politik, tentu mengagetkan anggota keluarganya. Sebab, ia dan keluarga pernah bersepakat tidak akan ada yang terjun ke dunia politik. Namun, dengan tekat yang kuat dan berani menabrak trauma politik keluarga, ia tampil menjadi primadona dalam kampanye PDI.

Tidak bisa dimungkiri, masuknya Megawati sebagai calon legislatif, berhasil mendongkrak suara PDI. Kariernya semakin cemerlang saat ia terpilih menjadi anggota DPR/MPR dan juga terpilih sebagai Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Tidak cukup sampai di situ, pada tahun 1993, ia sukses menjadi Ketua Umum DPP PDI, yang cukup mengagetkan pemerintah saat itu.

Megawati dan Peristiwa Kudatuli

011 dedi rahmadi

©2018 Merdeka.com

Di balik naiknya Megawati sebagai Ketua Umum DPP PDI waktu itu, ada fakta menarik di tubuh partai PDI. Saat itu, Konggres PDI di Medan tidak menghasilkan keputusan apa pun. Pemerintah mendukung penuh Budi Hardjono untuk menggantikan Soerjadi.

Akhirnya, PDI harus menggelar Konggres Luar Biasa di Surabaya yang memenangkan Megawati sebagai Ketua Umum PDI. Tidak terima dengan hasil tersebut, pemerintah menganggapnya tidak sah. Bahkan, pada 27 Juli 1996, kelompok Soerjadi yang didukung pemerintah merebut kantor DPP PDI dari pendukung Mega.

Peristiwa yang kini dikenal sebagai Kudatuli (kerusuhan dua puluh tujuh Juli) tersebut menewaskan beberapa pendukung Mega saat pendukung Soerjadi berusaha merebut kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro dari tangan pendukung Mega. Tak hanya itu, beberapa aktivis juga ditahan dan dipenjarakan karena kerusuhan tersebut.

Penyerangan tersebut dibawa ke meja hijau oleh Mega meskipun kemudian usaha itu kandas di pengadilan. Akhirnya PDI terbelah menjadi dua, PDI Soerjadi dan PDI Mega atau yang kini dikenal dengan nama PDI Perjuangan.

Megawati Soekarnoputri Terpilih Menjadi Presiden

Pada tahun 1999, PDI Mega yang berubah nama menjadi PDI Perjuangan berhasil memenangkan pemilu. Sidang Umum 1999 akhirnya memutuskan Gus Dur sebagai presiden dan Mega sebagai wakilnya.

Dua tahun kemudian, 23 Juli 2001, mandat MPR RI yang memutuskan Gus Dur sebagai presiden dicabut. Akhirnya Mega yang menggantikannya.

Masa pemerintahan Mega harus berakhir pada tahun 2004 ketika pemilu kembali dilangsungkan. Saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono, mantan Menteri Koordinator pada masa pemerintahan Mega, yang akhirnya terpilih menjadi presiden. (mdk/jen)

Geser ke atas Berita Selanjutnya

Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya

Buka FYP
Potret Lawas Megawati Soekarnoputri Masih Anak-anak, Rayakan Ultah ke-7
Potret Lawas Megawati Soekarnoputri Masih Anak-anak, Rayakan Ultah ke-7

Momen Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri ketika masih berusia 7 tahun.

Baca Selengkapnya
Potret Gadis Kecil Berponi Bersama Orangtuanya, Tak Disangka Punya Nasib Bagus Pernah Jadi Orang Paling Disegani
Potret Gadis Kecil Berponi Bersama Orangtuanya, Tak Disangka Punya Nasib Bagus Pernah Jadi Orang Paling Disegani

Berikut potret gadis kecil berponi bersama orangtuanya yang tak disangka punya nasib bagus dan pernah menjadi orang paling disegani.

Baca Selengkapnya
Inilah Presiden Indonesia Usia Tertua saat Dilantik, Umurnya di Atas 60 Tahun
Inilah Presiden Indonesia Usia Tertua saat Dilantik, Umurnya di Atas 60 Tahun

Dari 7 Presiden yang memimpin Indonesia, BJ Habibie lah kepala negara RI tertua ketika dilantik yakni 61 tahun.

Baca Selengkapnya
Ucapan Kaesang buat Megawati yang Berulang Tahun Hari Ini
Ucapan Kaesang buat Megawati yang Berulang Tahun Hari Ini

Sekjen PDIP mengatakan ulang tahun Megawati kali ini dirayakan secara sederhana

Baca Selengkapnya
VIDEO: Nangis Emosional Megawati Sampai Terima Kasih ke Presiden Prabowo Bantu Luruskan Sejarah Soekarno
VIDEO: Nangis Emosional Megawati Sampai Terima Kasih ke Presiden Prabowo Bantu Luruskan Sejarah Soekarno

Megawati juga mengucapkan terima kasih kepada Prabowo Subianto membantu meluruskan sejarah Soekarno

Baca Selengkapnya
Megawati Bicara Status Presiden: Jangan Main-Main Sama Saya, Level Kita Sama Loh
Megawati Bicara Status Presiden: Jangan Main-Main Sama Saya, Level Kita Sama Loh

Megawati meminta seseorang yang selevel presiden tidak bermain-main dengannya.

Baca Selengkapnya
Dari Tanah Madura, Prabowo Doakan Megawati yang Berulang Tahun ke-77
Dari Tanah Madura, Prabowo Doakan Megawati yang Berulang Tahun ke-77

Megawati dan Prabowo sempat menjalin kemitraan politik pada Pilpres 2009.

Baca Selengkapnya
Genap Berusia 84 Tahun, Intip Transformasi Ratna Sari Dewi Istri Presiden Soekarno yang Cantik dan Awet Muda
Genap Berusia 84 Tahun, Intip Transformasi Ratna Sari Dewi Istri Presiden Soekarno yang Cantik dan Awet Muda

Menginjak usia 84 tahun, Ratna Sari Dewi tetap cantik dan awet muda.

Baca Selengkapnya
VIDEO: Doa & Ucapan Capres Anies, Prabowo & Ganjar ke Megawati Selamat di Hari Ulang Tahun ke-77
VIDEO: Doa & Ucapan Capres Anies, Prabowo & Ganjar ke Megawati Selamat di Hari Ulang Tahun ke-77

Di hari bahagianya, Megawati mendapatkan ucapan selamat ulang tahun dari sejumlah tokoh politik

Baca Selengkapnya
FOTO: HUT ke-77, Megawati Banjir Kiriman Karangan Bunga 'Penjaga Demokrasi' dari Aktivis 98
FOTO: HUT ke-77, Megawati Banjir Kiriman Karangan Bunga 'Penjaga Demokrasi' dari Aktivis 98

Karangan bunga dari berbagai elemen aktivis 98 ini diberikan sebagai tanda cinta terhadap Megawati Soekarnoputri yang dijuluki Ibu Penjaga Demokrasi.

Baca Selengkapnya
Ini Isi Doa Prabowo untuk Megawati yang Ulang Tahun ke-77
Ini Isi Doa Prabowo untuk Megawati yang Ulang Tahun ke-77

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto menyampaikan perayaan HUT Megawati berlangsung sederhana.

Baca Selengkapnya
Megawati: Saya Ini Barang Antik, Jangan Bikin Marah Ya
Megawati: Saya Ini Barang Antik, Jangan Bikin Marah Ya

Mulanya Megawati menceritakan dirinya yang tengah mengkhayal seandainya pada saat itu hidup seveteran dengan ayahnya Bung Karno.

Baca Selengkapnya