Gelar Parade Budaya, Begini Cara Kreatif Organisasi Masyarakat di Jogja Peringati Hari Lingkungan Sedunia
Acara ini juga menjadi momen penyaluran aspirasi mereka atas kebijakan pemerintah yang tidak pro lingkungan
Acara ini juga menjadi momen penyaluran aspirasi mereka atas kebijakan pemerintah yang tidak pro lingkungan
Gelar Parade Budaya, Begini Cara Kreatif Organisasi Masyarakat di Jogja Peringati Hari Lingkungan Sedunia
Isu lingkungan menjadi salah satu isu yang paling hangat dibicarakan akhir-akhir ini. Di Kota Yogyakarta dan sekitarnya, isu tersebut mengerucut pada permasalahan sampah yang tak kunjung selesai.
Selain itu masih ada isu lain seperti tambang pasir Gunung Merapi dan isu karst di Gunungkidul.
-
Bagaimana sampah di Kota Jogja dibersihkan? Pada Senin pagi (9/10), seperti terlihat pada akun Instagram @merapi_uncover, tampak beberapa petugas kebersihan sedang membersihkan sampah-sampah yang menumpuk. Mereka juga membawa satu unit truk untuk memindahkan sampah-sampah tersebut ke dalam truk.
-
Bagaimana cara merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia? Perayaan ini memberikan kesempatan bagi kita semua untuk merenungkan tindakan-tindakan yang telah kita lakukan terhadap bumi dan menginspirasi langkah-langkah nyata dalam menjaga keindahan alam serta kesehatan planet kita.
-
Gimana caranya memperingati Hari Peduli Sampah Nasional? Ada beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk memperingati Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) yang jatuh pada 21 Februari setiap tahunnya.
-
Apa yang sedang terjadi di Jogja terkait sampah? Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan masih ditutup dan akan terus berlangsung dalam beberapa hari ke depan.
-
Kapan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dirayakan? Hari Lingkungan Hidup Sedunia merupakan momen penting yang dirayakan setiap tanggal 5 Juni untuk meningkatkan kesadaran global tentang perlindungan dan pelestarian lingkungan.
-
Sampah apa yang menumpuk di Kota Jogja? Tampak tumpukan sampah pada salah satu sudut jalanan Kota Yogyakarta. Tumpukan sampah itu memanjang mencapai 50 meter.
Berbagai isu serta permasalahan yang timbul itulah yang menjadi keresahan Jaringan Masyarakat Peduli Iklim (Jampiklim) Yogyakarta. Bertepatan pada Hari Lingkungan Hidup Sedunia, mereka menggelar acara Parade Budaya di Gedung Agung pada Rabu, 5 Juni 2024 mulai pukul 15.00 WIB.
Selain isu-isu yang telah disebutkan di atas, acara ini juga menjadi momen penyaluran aspirasi mereka atas kebijakan pemerintah yang tidak pro lingkungan seperti UU Cipta Kerja, UU Pengadaan Tanah, Kebijakan PSN, dan yang terkini adalah Wilayah Ijin Usaha Pertambangan Khusus bagi ormas. Menurut mereka, jika dibiarkan aturan serta kebijakan tersebut dikhawatirkan akan semakin memperparah kerusakan lingkungan dan krisis iklim.
Dalam acara tersebut, mereka menggelar parade budaya yang diisi dengan beberapa rangkaian kegiatan salah satunya adalah parade naik becak sebagai simbol untuk mengurangi emisi karbon dari energi fosil.
Selain itu mereka juga menggelar pameran poster dan lukisan yang berisi suara-suara perlawanan atas rezim yang eksploitatif terhadap bumi dan alam. Rangkaian kegiatan ini juga menjadi media perjumpaan bagi seluruh pencinta bumi agar tetap lestari dan terus beregenerasi.
Heronimus Heron selaku Koordinator Jampilklim mengatakan bahwa melalui parade budaya tersebut mereka mengajak masyarakat untuk bisa menjaga lingkungan. Menurutnya, kegiatan menjaga lingkungan bisa dilakukan oleh siapapun dengan cara yang kreatif dan menyenangkan.
“Kreativitas kita adalah suara kita dalam mengawal berbagai macam kebijakan yang rakus dan eksploitatif yang tidak memikirkan dampaknya bagi kehidupan perempuan dan masa depan anak,” ujar Heronimus dikutip dari rilis acara pada Rabu (5/6).
Lebih lanjut, Heronimus berharap acara tersebut dapat menjadi momentum bersama untuk saling mengingatkan dan saling bersinergi satu sama lain dalam menjaga kelestarian lingkungan dengan prinsip-prinsip keadilan ekologi, keadilan iklim, dan keadilan perempuan.
“Kearifan lokal yang kita miliki adalah aset berharga dalam upaya pelestarian bumi dan alam semesta,” ungkapnya.
Dalam kesempatan itu, Jampiklim juga menyampaikan aspirasi kepada pemerintah agar melibatkan semua elemen masyarakat dalam pengambilan kebijakan negara, termasuk anak-anak, anak muda, perempuan, dan difabel.
Selain itu, mereka juga mendesak pemerintah untuk meningkatkan pendidikan kritis terkait lingkungan dan iklim yang dihubungkan dengan konteks persoalan lingkungan di daerah.