Waktu yang Tepat untuk Mengamalkan Doa Turun Hujan, Ini Cara Sholat Istisqa
Mengamalkan doa agar turun hujan adalah ketika sedang menghadapi dampak buruk musim kemarau yang panjang, tepatnya setelah sholat Istisqa.
Mengamalkan doa turun hujan adalah ketika sedang menghadapi dampak buruk musim kemarau yang panjang, tepatnya setelah sholat Istisqa.
Waktu yang Tepat untuk Mengamalkan Doa Turun Hujan, Ini Cara Sholat Istisqa
Bagi umat Muslim, pemahaman waktu yang tepat untuk mengamalkan doa agar turun hujan merupakan hal yang sangat penting.
Doa ini bertujuan untuk memohon turunnya hujan dengan segala manfaatnya, tanpa menimbulkan bahaya.
Saat-saat yang tepat untuk mengamalkan doa turun hujan adalah ketika kita sedang menghadapi dampak buruk dari musim kemarau yang panjang.
Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang menjelaskan, dampak buruk dari musim kemarau panjang adalah terjadinya kekurangan sumber air minum dan air untuk kebutuhan sehari-hari.
Tanaman-tanaman pun menjadi layu dan mati, petani menghadapi kegagalan panen yang merugikan.
-
Bagaimana doa hujan dalam Islam? Melafalkan doa saat turun hujan adalah bentuk harapan setiap umat Islam agar hujan tersebut turun sehingga membawa berkah. Doa hujan Allahumma Shoyyiban Arab memiliki arti yang harus dipahami umat Islam.
-
Kapan doa minta hujan dibaca? Doa ini sangat dianjurkan untuk dibaca sebanyak mungkin saat musim kemarau, di mana intensitas hujan semakin berkurang bahkan tidak ada hujan sama sekali.
-
Kapan doa meminta hujan dibaca? Doa ini bisa dibaca selepas melaksanakan sholat Istisqa.
-
Bagaimana doa minta hujan? Doa ini merupakan doa yang mudah dan bisa diamalkan oleh siapa saja. Di sini ada 3 doa minta turun hujan yang bisa Anda panjatkan, beserta artinya:
-
Kapan doa hujan dibaca? Doa Allahumma Shoyyiban Arab menjadi bentuk hamba memohon pada Allah SWT agar diturunkan hujan yang bermanfaat. Doa turunnya hujan itu menjadi permintaan tiap muslim supaya hujan membawa rezeki.
Namun, bukan hanya itu saja, doa agar turun hujan juga sebaiknya kita panjatkan ketika masalah kesehatan mulai muncul akibat kekeringan yang berkepanjangan.
Penyakit-penyakit paru-paru dapat meningkat, terutama di kota-kota besar dengan tingkat polusi udara yang tinggi, seperti Jakarta.
Mengutip dari laman website resmi Polri, musim kemarau panjang dan kekeringan ekstrem juga dapat meningkatkan risiko penyebaran wabah penyakit.
Contohnya, penyakit leptospirosis, diare, dan kolera dapat lebih mudah menyebar saat terjadi kekurangan air untuk sanitasi atau akibat banjir yang datang setelah kekeringan.
Waktu yang tepat membaca doa agar turun hujan, dianjurkan setelah melaksanakan sholat Istisqa.
Rasulullah SAW dalam hadis riwayat Bukhari, dikisahkan selalu berdoa untuk mendapatkan perlindungan Allah SWT dan keberkahan atas hujan yang turun.
اللَّهُمّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا, اللَّهُمَّ عَلَى الْآكَامِ وَالْجِبَالِ وَالظِّرَابِ وَبُطُونِ الْأَوْدِيَةِ وَمَنَابِتِ الشَّجَرِ
Allahumma haawalaina wa laa 'alaina. Allahumma 'alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari.
Artinya: "Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turunkanlah hujan ke dataran tinggi, gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah, dan tempat tumbuhnya pepohonan."
Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) menjelaskan bahwa sesuai dengan namanya, al-Istisqa' adalah permohonan atas curahan air penghidupan (thalab al-saqaya).
Sholat sunnah Istisqa adalah sunnah muakkad, yang sangat dianjurkan ketika menghadapi kemarau panjang yang ditambah dengan kekeringan yang melanda.
Dalil Al-Quran yang berisi anjuran cara melaksanakan sholat sunnah Istisqa terdapat dalam Surat Hud ayat 52:
"Wahai kaumku, mohon ampunlah kepada Tuhan kalian, kemudian taubatlah kalian kepada-Nya, pasti Dia akan menurunkan hujan yang sangat lebat atas kalian, dan Dia akan menambahkan kekuatan pada kekuatan kalian. Dan janganlah kalian berpaling dengan berbuat dosa." (QS. Hud: 52)
Disunnahkan untuk melaksanakan sholat Istisqa ini di lapangan terbuka, meskipun beberapa ulama juga memperbolehkan pelaksanaannya di dalam masjid dalam situasi tertentu atau dalam kondisi terpaksa.
Cara melaksanakan sholat Istisqa mirip dengan sholat dua rakaat seperti dalam sholat Id, dengan sedikit perbedaan dalam penempatan khutbah, takbir, dan arah khatib pada khutbah kedua. Secara umum, kedua jenis sholat ini memiliki persamaan yang mencolok.
Simak tata cara sholat istisqa yang akan diulas berikut ini.
Tata Cara Sholat Istisqa
ini tata cara sholat istisqa yang dijelaskan dalam buku "Tata Cara Shalat Istisqa atau Meminta Hujan" oleh Alhafiz Kurniawan.
1. Niat Shalat Istisqa:
Pertama-tama, niatkan shalat sunnah Istisqa. Niat ini bisa diucapkan dengan kata-kata sebagai berikut:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ الاِسْتِسْقَاءِ رَكْعَتَيْنِ مَأْمُوْمًا لِلهِ تَعَالَى
Ushallī sunnatal istisqā’i rak‘ataini (imaaman/ma’mūman) lillāhi ta‘ālā.
Artinya: “Aku menyengaja melaksanakan shalat sunnah minta hujan dua rakaat (sebagai imam/makmum) karena Allah.”
2. Rakaat Pertama
Pada rakaat pertama, lakukan takbir sebanyak tujuh kali sebelum membaca surah Al-Fatihah. Kemudian, lanjutkan dengan rukuk, sujud, duduk di antara sujud, sujud kedua, dan akhiri dengan salam seperti dalam shalat sunnah lain.
Muslim sholat di dalam masjid. (Merdeka.com/Pexels/ebahir)
3. Rakaat Kedua
Pada rakaat kedua, lakukan takbir sebanyak lima kali sebelum membaca surah Al-Fatihah. Setelah itu, rukuk, sujud, duduk di antara dua sujud, sujud kedua, dan akhiri shalat dengan salam.
4. Doa Setelah Shalat Istisqa
Setelah menyelesaikan shalat, bacalah doa khusus shalat sunnah Istisqa. Doa turun hujan ini bisa dipanjatkan dengan penuh harapan:
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا مَرِيئًا هَنِيئًا مَرِيعًا غَدَقًا مُجَلَّلًا عَامَّا طَبَقًا سَحًّا دَائِمًا
اللَّهُمَّ اسْقِنَا الْغَيْثَ وَلَا تَجْعَلْنَا مِنَ الْقَانِطِينَ
اللَّهُمَّ إِنَّ بِالْعِبَادِ وَالْبِلَادِ وَالْبَهَائِمِ وَالْخَلْقِ مِنَ الْبَلَاءِ وَالْجَهْدِ وَالضَّنْكِ مَا لَا نَشْكُو إِلَّا إِلَيْكَ
اللَّهُمَّ أَنْبِتْ لَنَا الزَّرْعَ وَأَدِرَّ لَنَا الضَّرْعَ وَاسْقِنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْسَمَاءِ وَأَنْبِتْ لَنَا مِنْ بَرَكَاتِ الْأَرْضِ
اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْجَهْدَ وَالْجُوعَ وَالْعُرْيَ وَاكْشِفْ عَنَّا الْبَلَاءَ مَا لَا يَكْشِفُهُ غَيْرُكَ
اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْتَغْفِرُكَ إِنَّكَ كُنْتَ غَفَّارًا فَأَرْسِلِ السَّمَاءَ عَلَيْنَا مِدْرَارًا
Artinya:
“Ya Allah, turunkan kepada kami hujan yang menolong, mudah, menyuburkan, yang lebat, banyak, merata, menyeluruh, dan bermanfaat abadi. Ya Allah, turunkan kepada kami hujan. Jangan jadikan kami termasuk orang yang berputus asa.
Ya Allah, banyak hamba, negeri, dan jenis hewan, serta semua makhluk yang mengalami bencana, paceklik, dan kesulitan, di mana kami hanya bisa berharap kepada-Mu. Ya Allah, tumbuhkan tanaman kami, berikan rezeki kepada hewan ternak kami dari berkah langit-Mu, dan tumbuhkan hasil bumi kami.
Ya Allah, angkat dari kami kelelahan, kelaparan, dan ketidakcukupan. Hilangkan bencana yang hanya Engkau yang dapat mengatasi. Ya Allah, kami memohon ampunan kepada-Mu, karena Engkau adalah Yang Maha Pengampun. Maka turunkanlah hujan yang melimpah dari langit-Mu.”
5. Khotbah Setelah Sholat
Khotbah dapat dilakukan setelah menyelesaikan shalat. Sebelum khotbah pertama, khatib membaca istighfar 9 kali. Khotbah kedua, khatib membaca istighfar 7 kali.
Pria muslim di dalam masjid membawa Al-Qur'an berwarna biru. (Merdeka.com/Pexels/thirdman)