Jadi Wilayah Penyebaran Nyamuk Culex, Ini Kata Guru Besar UGM Terkait Bahaya Virus Japanese Encephalitis
Virus Japanese Encephalitis merupakan penyakit yang mematikan. Sampai saat ini belum ditemukan obat manjur bagi para penderitanya.

Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi wilayah endemik penyebaran nyamuk Culex yang merupakan perantara dari virus Japanese Encephalitis (JE). Menyadari ancaman tersebut, pemerintah mencanangkan vaksinasi JE selama September hingga Oktober 2024 dengan menyasar anak usia 9 bulan hingga 15 tahun guna memberikan perlindungan pada masyarakat.
“Maka dari itu dukung dan sukseskan imunisasi JE di Kota Yogyakarta yang ditargetkan mencapai 95 persen. Terus terapkan pola hidup bersih dan sehat, selalu jaga kebersihan lingkungan dan tempat tinggal,” kata Pejabat Wali Kota Yogyakarta, Sugeng Purwanto, dikutip dari Jogjakota.go.id.
Mengutip situs Jogjaprov.go.id, Japanese Encephalitis merupakan virus yang berbahaya. Angka kematiannya berkisar antara 5-30 persen dan lebih berisiko tinggi pada anak. Lalu apa bahaya lain dari penyakit ini? Bagaimana cara mengatasi atau memulihkan pasien yang terkena penyakit ini? Berikut ulasan dari Guru Besar UGM, Prof. Mei Neni Sitaresmi, dikutip dari Ugm.ac.id.
Proses Penularan

Prof. Mei menjelaskan bahwa penyakit JE disebabkan oleh virus Japanese Encephalitis yang umumnya terdapat pada babi dan bangau putih yang lazim dijumpai di sawah. Kemudian nyamuk Culex menggigit hewan tersebut dan virus itu kemudian ditularkan ke manusia lewat gigitan nyamuk tersebut.
Berbeda dengan nyamuk Aedes Aegypti yang sering menggigit pada siang dan sore hari, nyamuk Culex justru sering menggigit pada malam hari.
Mei melanjutkan, virus ini sebenarnya tidak bisa ditularkan ke sesama manusia. Namun virus yang masuk ke tubuh manusia bisa menimbulkan gejala layaknya infeksi seperti demam, badan lesu, nyeri otot, dan lain-lain.
Namun pada kelompok yang berisiko tinggi, virus ini akan menimbulkan gejala serius seperti pusing, muntah-muntah, kejang, dan penurunan kesadaran. Jika seseorang mencapai fase tersebut, potensi kematiannya tinggi dan belum ada obatnya.
Pentingnya Vaksinasi

Terkait dengan program pemerintah, Mei sepakat dengan pentingnya pelaksanaan vaksinasi yang menyasar anak usia 9 bulan hingga 15 tahun. Menurutnya, anak-anak di rentang usia tersebut belum memiliki sistem kekebalan tubuh sebaik orang dewasa.
Soal kekhawatiran masyarakat terhadap keamanan vaksin, Prof. Mei meyakinkan kalau vaksin JE aman. Bahkan vaksin itu merupakan obat standar yang tingkat keamanannya sangat tinggi.
“Sebelum diberikan pada masyarakat, vaksin telah melalui serangkaian penelitian dan uji coba yang panjang,” imbuhnya dikutip dari Ugm.ac.id
Pentingnya PHBS

Mei mengatakan bahwa vaksin bukanlah satu-satunya langkah pencegahan dari penyakit JE. Menurutnya, perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) juga sangat penting dalam mencegah penyakit tersebut.
“Karena penyakit ini ditularkan oleh nyamuk, maka pastikan lingkungan terbebas dari nyamuk,” kata Prof Mei.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa dengan menggalakkan pemberantasan sarang nyamuk, maka lingkungan akan terbebas dari nyamuk. Tak hanya itu, masyarakat juga akan terbebas dari penyakit-penyakit lain yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Selain itu nutrisi bagi warga juga harus dijaga sehingga daya tahan tubuh akan meningkat dan mampu melawan infeksi dengan sendirinya.