Jalan Panjang Desa di Bantul Menuju Desa BRILian, Manfaatkan Lahan Bekas jadi Sentra Kuliner
Keberadaan taman kuliner di Kalurahan Karangtalun menjadi potensi desa yang diajukan untuk menjadi sasaran program Desa BRILian
Keberadaan taman kuliner di Kalurahan Karangtalun menjadi potensi desa yang diajukan untuk menjadi sasaran program Desa BRILian
Jalan Panjang Desa di Bantul Menuju Desa BRILian, Manfaatkan Lahan Bekas jadi Sentra Kuliner
“Desa BRILian” merupakan program pemberdayaan desa dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) yang bertujuan untuk mewujudkan ketahanan ekonomi dengan mengoptimalkan potensi desa yang ada.
Salah satu keuntungan dari desa yang mengikuti program ini adalah bantuan dana Coorporate Social Responsibility (CSR) dari BRI yang nominalnya hingga ratusan juta rupiah.
-
Desa Bantarkuning berada di mana? Topografi wilayah dataran tinggi menunjang hal itu, salah satunya adalah Desa Bantarkuning di Kecamatan Cariu, Bogor, Jawa Barat yang belakangan viral di media sosial.
-
Dimana Desa BRILian Munggangsari Purworejo? Desa Munggangsari, Kecamatan Grabag, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah merupakan salah satu Desa BRILian yang mendapat perhatian dan bantuan Bank BRI.
-
Apa yang diangkat Desa BRILian di Tunjungan? Desa BRILian angkat prospek kuliner buah durian Desa BRILian Desa BRILian yang mengangkat prospek kuliner komoditas hortikultura yakni buah durian di Desa Tunjungan, Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
-
Apa itu Desa BRILian? Keberhasilan dan inovasi Desa Trawas membuat wilayah ini meraih penghargaan Desa BRILian dari BRI.
-
Apa potensi utama pertanian di Desa Bumiharjo? Salah satu potensi besar Desa Bumiharjo adalah sektor pertanian.
-
Gimana BRI bantu Desa Tunjungan buat Kampung Durian? “Dari bantuan CSR tersebut, kami kembangkan Kampung Durian. Kami kelola kebun warga dan kami jadikan tempat wisata. UMKM lokal jalan semua karena menjadi pelengkap kuliner durian,“ jelas Andi.
Kalurahan Pleret, salah satu desa di Kabupaten Bantul yang menjadi sasaran program Desa BRILian, mendapatkan kucuran dana sebesar Rp500 juta dari BRI.
Dana itu kemudian digunakan untuk membangun sentra kuliner yang digunakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk berjualan.
Harapan untuk mendapatkan kucuran dana hingga ratusan juta dari Program Desa BRILian juga sedang diperjuangkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kalurahan Karangtalun, Kapanewon Imogiri, Bantul.
Bedanya, mereka sudah memiliki sentra kuliner yang dimanfaatkan pelaku UMKM setempat. Namun mereka tak mau berhenti sebatas pada pengembangan sentra UMKM. Ada potensi desa lain yang hendak mereka optimalkan demi mewujudkan ketahanan ekonomi warga semaksimal mungkin.
Berikut berita selengkapnya:
Pada tahun 2013, ada program Kuliah Kerja Nyata (KKN) dari mahasiswa Korea.
Salah satu program mereka adalah mendirikan lapak-lapak di sekitar lapangan bekas lahan Pasar Imogiri lama yang bisa digunakan warga untuk berjualan. Beberapa lapak dibangun dengan menggunakan material besi.
“Awalnya sudah ada beberapa lapak yang mengisi kompleks lapangan itu. Tapi masih belum tertata rapi,” kata Direktur Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Karangtalun, Sugeng Riyanto (40), saat ditemui Merdeka.com pada Kamis (4/4) di rumahnya.
Seiring waktu jumlah pedagang terus bertambah. Akhirnya ditambah lapak-lapak baru yang bangunannya terbuat dari bambu.
Foto: Sugeng Riyanto (40), Direktur BUMDes Kalurahan Karangtalun, Kapanewon Imogiri, Bantul
Pada tahun 2018, Dinas Perindragkop Kabupaten Bantul membangun taman kuliner di sisi barat lapangan. Pedagang yang sebelumnya berjualan di lapak lama dipersilakan untuk berjualan di tempat kuliner itu.
“Selain itu, seluruh pedagang yang berjualan di sepanjang trotoar diarahkan untuk menempati taman kuliner tersebut,” ujar Sugeng.
Waktu terus berjalan. Para pedagang yang berjualan di taman kuliner datang dan pergi silih berganti. Di kemudian hari, pengelolaan taman kuliner itu kemudian diserahkan ke BUMDes Karangtalun.
Oleh BUMDes, taman kuliner itu direnovasi menjadi lebih baik. Pada tahun 2024, BUMDes Karangtalun melakukan kerja sama dengan BRI dengan mengadakan Pasar Ramadhan di taman kuliner tersebut.
“Kerja sama ini berlanjut ke Desa BRILian. Kemarin baru didaftarkan kalau Desa Karangtalun menjadi desa binaan BRI. Dengan adanya kerja sama dengan BUMDes dengan BRI harapan kami taman kuliner dan kawasan lapangan Imogiri ini bisa lebih maju lagi,” kata Sugeng.
Foto: Salah satu bagian dari taman kuliner yang menjadi potensi di Kalurahan Karangtalun
Sugeng mengatakan, pelaku UMKM di taman kuliner tersebut ada 55 pedagang. Sebanyak 40 persen pedagang merupakan warga Desa Karangtalun dan sisanya adalah warga lain yang berada di Kapanewon Imogiri.
“Kalau biaya sewa per tenant Rp300 ribu per bulan. Itu sudah termasuk listrik, sampah, air. Itu termasuk murah, karena pedagang yang antre mau berjualan di sana sudah banyak sekali,” ujar Sugeng.
Menurut Sugeng, potensi Kalurahan Karangtalun tak hanya taman kuliner. Di sisi barat Desa Karangtalun ada Sungai Opak yang kini tengah dikembangkan menjadi wahana wisata oleh BUMDes Karangtalun.
“Tapi kesadaran wisata masyarakat di sini masih kurang,” imbuh Sugeng.
Selain itu Sugeng berencana mengembangkan wisata pertanian. Menurutnya, 40 persen wilayah Desa Karangtalun merupakan kawasan pertanian dengan lahan yang subur.
Kepala Unit BRI Imogiri, Depip Misbah mengatakan bahwa salah satu syarat sebuah desa didaftarkan untuk ikut program Desa BRILian adalah memiliki klaster usaha.
Kalurahan Karangtalun layak didaftarkan untuk ikut program Desa BRILian karena punya potensi, baik potensi dari kalurahan tersebut maupun potensi untuk bisnis BRI.
“Yang pertama kami lihat adalah apakah klasternya sudah terbentuk. Setelah itu baru kami jaring nasabah sampai outputnya sebagai data kami. Setelah itu baru kami ajukan sebagai Desa BRILian. Kami usulkan dengan berbagai pertimbangan yang sudah ada, dan yang paling penting adalah pertimbangan bisnis,”
jelas Depip saat ditemui pada Kamis (4/4) di kantornya.
Walaupun diajukan oleh BRI Kantor Unit Imogiri, Depip mengatakan untuk pengembangan desa sendiri pihaknya tak mau banyak ikut campur. Karena pihak desa-lah yang lebih mengenal persis wilayah mereka.
“Untuk programnya kami menampung aspirasi dari desa maupun klasternya. Baru nanti kami bina. Karena kami dari unit tugasnya membina, sementara kalau program Desa BRILian kaitannya sama dana,” pungkas Depip.