Keseruan Perang Obor di Jepara, Sedot Animo Wisatawan hingga Mancanegara
Merdeka.com - Senin (5/6) malam menjadi malam yang gegap gempita bagi warga Desa Tegalsambi, Jepara. Ribuan orang memadati jalan. Tak hanya warga desa, mereka juga datang dari berbagai penjuru negeri.
Mereka akan menyaksikan sebuah pertunjukan besar di Kabupaten Jepara, sebuah atraksi bernama “Perang Obor”. Dalam atraksi itu, sebanyak 40 pemain ikut serta. Ada 400 buah obor yang disediakan panitia dalam festival yang digelar sebagai peringatan sedekah bumi di desa itu.Lalu seperti apa keseruan Perang Obor? Berikut selengkapnya:
Ungkapan Rasa Syukur
-
Siapa yang ikut pawai obor di Medan ? Seperti namanya, masyarakat Kota Medan akan membawa obor sambil keliling dengan rute yang sudah ditentukan. Pawai obor ini biasanya akan berlangsung meriah dan masyarakat ikut tumpah ruah di sana.
-
Apa yang dilakukan warga Jateng untuk merayakan kemerdekaan? Masyarakat yang berada di Provinsi Jawa Tengah merayakan hari kemerdekaan dengan beragam cara. Di Kecamatan Boja, Kendal, masyarakat mengadakan karnaval keliling kampung. Dalam karnaval itu, mereka mengenakan kostum unik.
-
Bagaimana acara tersebut? Acara gender reveal diadakan serentak dengan ulang tahun Michael di Bali, yang membuat momen tersebut sangat menarik.
-
Di mana parade senja diadakan? Momen Mantan Panglima ABRI Tri Sutrisno Gandeng Jenderal TNI dan Eks Danjen Kopassus Jenderal TNI (Purn) Tri Sutrisno menghadiri parade senja yang diadakan Kementrian Pertahanan (Kemenhan) RI di Lapangan Bela Negara, Kemenhan, Jakarta, Senin (9/10).
-
Siapa yang ikut menari jepen massal? Sebanyak 6.007 peserta dari berbagai kalangan, termasuk pelajar, pegawai dari perangkat daerah (OPD) dan unsur lainnya turut meriahkan acara ini.Tari jepen massal juga diikuti oleh para kepala daerah dan pejabat di lingkungan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, antara lain Pj. Gubernur Kalimantan Timur Akmal Malik, Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim Sri Wahyuni, Ketua DPRD Kaltim Hasanuddin Mas'ud, serta sejumlah Bupati dan Wali Kota se-Kaltim beserta jajaran Forkopimda.
-
Mengapa pawai takbiran Cirebon menarik? Tradisi ini menarik, karena karakter yang diarak merupakan hewan raksasa dan diiringi lampion serta obor bersama gema takbir.
©Instagram/@desawisatategalsambi
Perang Obor Desa Tegalsambi merupakan budaya desa setempat yang diilhami dari Kisah Sesepuh Desa Kyai Babadan dan Ki Gemblong. Tradisi itu disebut sudah diakui sebagai “Warisan Budaya tak Benda” oleh UNESCO tahun 2021.
Dikutip dari akun Instagram @desawisatategalsambi, di dalam tradisi Perang Obor, terkandung maksud “ngobori” atau memberikan cahaya yang memiliki arti mendidik agar terhindar dari kebodohan. Masyarakat Desa Tegalsambi percaya dengan melakukan tradisi ini, mereka akan terhindar dari bala atau musibah. Selain itu tradisi tersebut juga menjadi wujud rasa syukur pada Allah SWT atas panen yang melimpah.
Punya Banyak Nilai Filosofis
©Instagram/@desawisatategalsambi
Dalam sambutannya, Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, menyampaikan apresiasi kepada masyarakat dan petinggi Desa Tegalsambi. Apresiasi itu diberikan karena telah berusaha mempertahankan budaya tersebut. Menurutnya, Perang Obor sarat akan nilai filosofi seperti budaya sportivitas, saling memaafkan, tidak ada dendam, dan saling menghormati.
“Tradisi perang obor ini merupakan atraksi budaya yang sudah turun-temurun sehingga harus kita lestarikan,” kata Edy, dikutip dari Jatengprov.go.id pada Selasa (6/6).
Sedot Animo Wisatawan Mancanegara
©Instagram/@desawisatategalsambi
Sejak 2021, Kemendikbudristek RI telah menetapkan Perang Obor sebagai warisan budaya tak benda tingkat nasional. Di Jepara, Perang Obor menjadi festival kebudayaan terbesar kedua setelah Pesta Lomban. Tak heran festival tersebut dihadiri sejumlah turis dari luar kota hingga mancanegara, salah satunya dari Singapura.
“Saya harap melalui festival ini dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat, khususnya di Desa Tegalsambi,” kata Edy.
Sudah Terbiasa
©Instagram/@desawisatategalsambi
Sementara itu, Eko Susianto, salah seorang pemain obor, mengatakan bahwa dia sudah berpartisipasi dalam festival itu sejak tahun 1985. Ia mengaku awalnya merasa takut. Namun setelah berkali-kali ikut, ia merasa terbiasa dengan panasnya percikan api yang keluar dari obor raksasa dalam perang tersebut.
Ia mengatakan, apabila ada pemain atau pengunjung yang terkena pukulan obor dan mengalami luka bakar, luka tersebut akan sembuh setelah diolesi dengan minyak berbahan kelapa dan campuran beberapa jenis bunga. Campuran minyak itu dikenal dengan nama Minyak Londoh. (mdk/shr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Mereka melakukan itu semua demi memperingati jasa para pahlawan
Baca SelengkapnyaAksi tersebut dilakukan warga sekitar dalam menyambut hari kemerdekaan Tanah Air yang jatuh pada 17 Agustus mendatang.
Baca SelengkapnyaTradisi itu juga bisa menjadi potensi wisata karena banyak menyedot perhatian warga.
Baca SelengkapnyaTradisi turun-temurun ini sudah dilakukan sejak tahun 1989 silam.
Baca SelengkapnyaTradisi ini menarik, karena karakter yang diarak merupakan hewan raksasa dan diiringi lampion serta obor bersama gema takbir
Baca SelengkapnyaPerayaan Hari Ulang Tahun ke-18 Indonesia ke-78 rupanya tak hanya meriah di tanah air namun juga di Jepang.
Baca SelengkapnyaAcara ini juga berhasil menyatukan komunitas dan menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah.
Baca SelengkapnyaPuncak perayaan HUT ke-79 TNI yang digelar di kawasan Monas, Jakarta, dihadiri ribuan masyarakat.
Baca SelengkapnyaFestival Gunung Watu Pecah ialah cara untuk merawat kesenian dan budaya lokal masyarakat di sekitar Kaki Gunung Watu Pecah.
Baca SelengkapnyaJelang menyambut Imlek 2024, atraksi Barongsai dan Liong Naga hadir menghibur warga Kuningan, Jakarta.
Baca SelengkapnyaPaslon nomor urut 02 berparade diiringi lagu 'oke gas' andalah joget gemoy Prabowo.
Baca SelengkapnyaMenyambut Hari Raya Nyepi, umat Hindu di sejumlah wilayah Indonesia pada Minggu (10/3/2024) lalu telah melakukan serangkaian ritual.
Baca Selengkapnya