Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno
Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar.
Keseruan Warga Bonokeling Rayakan Perlon Besar, Pertahankan Tradisi Adat Jawa Kuno
Setelah merayakan IdulAdha, masyarakat adat Bonokeling yang berada di Desa Pekuncen, Kecamatan Jatilawang, Banyumas, melakukan tradisi perlon besar. Foto: Youtube Tedhong Telu
-
Apa tradisi unik Bengkulu sambut Lebaran? Masyarakat muslim di Bengkulu punya tradisi unik yang bernama bakar gunung api.
-
Apa yang dirayakan di Bontang? Puluhan pelaku usaha kecil memeriahkan kegiatan yang dilaksanakan di Lapangan Lang-lang, Kota Bontang. Gebyar UMKM 2024 Kota Bontang, UMKM Naik Kelas untuk Kesejahteraan Masyarakat Pemerintah Kota Bontang melalui Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (DKUKMP) Kota Bontang menggelar Gebyar UMKM 2024.
-
Kenapa orang Jawa di Malaysia tetap lestarikan tradisi? Namun mereka tak ingin meninggalkan identitas asal. Walaupun berada di negeri orang mereka tetap lestarikan budaya Jawa.
-
Kenapa Orang Kalang di Kendal masih mempertahankan tradisi obong-obong? Mereka masih mempertahankan tradisi ini karena banyak pesan moral yang terkandung di dalamnya.
-
Bagaimana orang Malandang menjaga tradisi tersebut? Tak Boleh Ucapkan Kata 'Salam' Diungkap tokoh adat setempat, Komar, dilarangnya menyebut kata 'Salam' sebenarnya merupakan upaya untuk menjaga sopan santun dan rasa hormat terhadap sesepuh dusun yakni Raden Agus Salam.
-
Apa itu Tradisi Popokan? Tradisi Popokan ialah tradisi tasyakuran desa yang dilakukan oleh warga Desa Sendang atas keselamatan yang diberikan kepada Tuhan.
Dalam upacara itu, laki-laki dan perempuan berkumpul dengan mengenakan pakaian Jawa. "Ini buat izin sama mbah di sana," kata seorang pria yang hendak melakukan ritual dengan membawa ranting yang ujungnya dibakar. Foto: Youtube Tedhong Telu
Mereka melakukan tradisi itu di bawah guyuran hujan gerimis. Iring-iringan warga dengan membawa sesajen berjalan menuju tempat yang dikeramatkan di desa itu. "Ini makam eyang Kyai Gunung," ujar pria itu.
Mereka secara bergantian duduk bersimbah di samping makam sambil memanjatkan doa-doa. Selesai memanjatkan doa, mereka menyantap hidangan yang telah disediakan. Suasana Jawa Kuno begitu terasa pada prosesi tersebut.
Mereka mempertahankan adat Jawa secara turun-temurun. Pakaian yang mereka gunakan adalah pakaian serba Jawa. Tak hanya itu, beberapa bangunan masih asli berarsitektur Jawa kuno.
Setelah acara ziarah ke makam leluhur selesai, mereka melanjutkan acara dengan masak-masak bersama. Dengan menggunakan empat wajan besar, mereka memasak gulai kambing dengan cara yang serba tradisional.
Gulai kambing yang telah matang dimasukkan ke dalam kendil. Kendil dipasang berjejer di atas gedebog pisang. Sementara di dalam salah satu bangunan, tampak nasi tumpeng dipasang berjejer. Tumpeng-tumpeng itu siap dibagikan ke warga sekitar.
Suasana guyub rukun terasa saat masyarakat Bonokeling merayakan perlon besar. Tampak ibu-ibu berkumpul dalam kelompoknya begitu pula dengan bapak-bapak. Sebuah pemandangan yang sulit ditemui di zaman modern ini. "Di sini paling guyub se-Pekunceng," kata seorang ibu-ibu pada kanal YouTube Tedhong Telu.