Kisah Hidup Sofia WD, Artis Legendaris yang Pernah jadi Pejuang Kemerdekaan
Kariernya sebagai pemain film dan sutradara begitu cemerlang.
Kariernya sebagai pemain film dan sutradara begitu cemerlang.
Kisah Hidup Sofia WD, Artis Legendaris yang Pernah jadi Pejuang Kemerdekaan
Kemerdekaan Indonesia diperjuangkan dengan cucuran darah para pejuang. Mereka memiliki tugas masing-masing, salah satunya sebagai pasukan mata-mata atau yang dikenal dengan intelijen.
-
Siapa cinta sejati Sophia Latjuba? Sosok tersebut, menurut Sophia Latjuba menjadi penenang saat badai menerpanya dan mencintai semua kekurangannya.
-
Siapa yang menjadi panutan Sophia Latjuba? Di usia 50 tahun lebih, Sophia sering jadi panutan dan inspirasi karena hidup sehat serta wajahnya yang awet muda.
-
Siapa Sultanah Safiatuddin? Sri Ratu Safiatuddin, Sosok Perempuan Pemimpin Kesultanan Aceh Selama 35 Tahun Selain Laksanamana Meulahayati, terdapat sosok perempuan fenomenal dan tangguh yang pernah memimpin Kesultanan Aceh selama 35 tahun. Jauh sebelum R.A Kartini berjuang demi hak perempuan di Tanah Air, peran perempuan tangguh sudah pernah dibuktikan ketika zaman berdirinya kerajaan. Salah satu sosok perempuan tangguh itu bernama Sultanah Safiatuddin.
-
Siapa artis senior yang lahir pada tahun 1956? Herman Felani, aktor senior yang melejit di era 80-an, lahir pada 17 Agustus 1956.
-
Kapan Sofia Vergara mulai terkenal? Nama Jadi Booming Sofia Vergara jadi hits berkat peran di 'Modern Family'!
-
Bagaimana Sophia Latjuba awet muda? Pada usianya yang kini mencapai 53 tahun, Sophia Latjuba tetap memancarkan kesan awet muda dengan tubuhnya yang tetap singset dan ramping. Yang lebih menarik lagi, wajah cantiknya dan bentuk tubuh yang memukau ini bahkan tidak mengalami perubahan sejak masa mudanya.
Salah satu pejuang itu adalah Sofia. Saat perang revolusi, ia berjuang bersama sang suami, Eddy Endang. Namun di tengah perjuangan itu, sang suami diculik dan dibunuh oleh kelompok DI/TII.
Sofia sangat terpukul atas kematian suaminya. Kemudian dengan menyamar sebagai istri seorang tukang minyak tanah, ia masuk ke Kota Bandung bersama anak-anaknya. Di sana membuka warung nasi kecil-kecilan.
Setelah kematian sang suami, Sofia keluar dari dinas kemiliteran dan fokus pada bisnis warung makan. Saat itu Sofia sempat dekat dengan seorang perwira angkatan udara bernama Wagino Dachrin Mochtar atau dikenal WD Mochtar.
Namun kedekatan itu tak berlanjut karena ia masih terbayang atas kematian suaminya. Belum lagi kondisi revolusi yang serba tak menentu pada saat itu.
Suatu hari warung nasi Sofia didatangi oleh kru rombongan kelompok pementasan sandiwara Fifi Young. Setelah makan di warung tersebut, para kru ternyata merasa cocok dan makan di situ selama pentas di Bandung. Tak disangka, suami Fifi Young, Njoo Cheong Seng, mengajak Sofia untuk ikut berakting bersama perusahaannya. Sofia menerima tawaran tersebut dan berangkat ke Jakarta. Selama tinggal di Jakarta, Sofia dua kali ikut menjadi pemain sandiwara. Dari sinilah kariernya melejit. Ia banyak dilirik untuk membintangi film. Ia kemudian membintangi film pertamanya yang berjudul “Air Mata Mengalir di Citarum”.
Saat film ini tayang, banyak teman Sofia yang bangga sekaligus terharu. Apalagi jalan cerita film tersebut mirip sekali dengan kisah hidup Sofia dan suaminya dulu, Eddy Endang. Sejak saat itu nama Sofia makin berkibar di dunia perfilman. Namanya semakin melejit setelah ia diperistri oleh Eswaldi, lelaki Indo-Jerman yang berprofesi sebagai sutradara sekaligus pelawak.
Karier Sofia di dunia perfilman begitu moncer. Ia sukses membintangi ratusan judul film. Bahkan ia juga kemudian menjadi sutradara dan pimpinan produksi.
Film pertama yang ia sutradarai berjudul “Badai Selatan” pada tahun 1960. Film ini mendapat penghargaan khusus pada ajang Festival Film Berlin tahun 1963. Selain itu, film ini juga mempertemukan kembali Sofia dengan WD Mochtar. Namun saat itu hubungan keduanya tak lebih dari sekedar sahabat dan mitra kerja saja.
Tahun 1962 Eswaldi meninggal dunia. Setahun kemudian WD Mochtar melamar Sofia sebagai istri. Sejak saat itu Sofia menambah nama “WD” di belakang nama aslinya.
Bersama WD Mochtar, Sofia memproduksi film-film laga seperti “Si Bego dari Muara Condet”, “Singa Betina dari Marunda”, dan “Si Bego Menumpas Kucing Hitam”.
Kiprah Sofia WD sebagai sutradara semakin bersinar. Banyak filmnya yang mendapat penghargaan. Salah satunya film “Mutiara dalam Lumpur”. Sofia WD juga ikut berperan dalam film G30S PKI” sebagai pemeran pendukung. Sofia WD meninggal dunia pada 23 Juli 1986 di Rumah Sakit Cikini, Jakarta. Saat itu usianya 62 tahun. Sebagai veteran perang, ia dimakamkan secara militer di TMP Kalibata.