Kisah Inspiratif Dokter Budi Laksono, Pejuang Pembangunan Jamban Sehat dari Semarang
Dokter Budi Laksono hobi berkeliling desa. Ia melakukan hobinya bukan hanya sekedar healing, melainkan melihat kondisi jamban di tiap rumah yang ia lewati.
Dokter Budi Laksono punya hobi berkeliling desa. Ia melakukan hobi itu tak hanya sekedar healing atau melepas penat, melainkan melihat kondisi jamban di tiap-tiap rumah.
Oleh kebanyakan warga, Dokter Budi Laksono dikenal sebagai dokter jamban. Berdasarkan video yang diunggah kanal YouTube Liputan6, dalam kesempatan itu Dokter Budi meninjau jamban-jamban milik warga di wilayah Tenjo, Bogor, Jawa Barat. Hingga tahun 2018, masih banyak warga Tenjo yang buang air besar di sembarang tempat. Hal itu mereka lakukan karena tidak memiliki jamban di rumah.
-
Apa kontribusi dr. Soetomo di bidang kesehatan? Ia punya kontribusi besar menangani wabah lepra di Kota Surabaya dengan memberikan pengobatan gratis di kliniknya.
-
Siapa dokter pejuang kemerdekaan yang gugur ditembak Belanda di Jember? Raden Mas (RM) Soebandi merupakan seorang dokter sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia pada era Agresi Militer I dan Agresi Militer II.
-
Bagaimana Jokowi jaga kesehatan? Karena aktivitas sebagai Presiden yang terbilang sangat tinggi, Jokowi selalu menjaga kesehatan dan stamina tubuhnya dengan rutin mengonsumsi jamu. Tri selaku koki andalan Jokowi selalu membuat racikan jamu spesial yang terbuat dari temulawak, kunyit dan jahe. Pantas saja yaa Pak Jokowi selalu tampil prima disetiap kesempatan.
-
Siapa yang merintis Kampung Flora Semarang? Eko Susanto, salah seorang warga yang juga perintis Kampung Flora, mengatakan bahwa sentra tanaman hias itu mulai dirintis pada tahun 2018 oleh 20 warga pecinta tanaman hias.
-
Di mana dr. I Made Buddy Setiawan berpraktek? Saatnya kenali lebih dalam kondisi saraf terjepit dan penanganan lewat metode BESS yang dijelaskan oleh dr. I Made Buddy Setiawan, M.Biomed, Sp.OT(K)Spine yang berpraktek di RS EMC Cikarang, Pekayon dan Sentul ini.
-
Siapa yang mendukung program JKN di Sumatera Selatan? 'Menindaklanjuti Inpres tersebut, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendukung sepenuhnya Program JKN ini. Kami memastikan agar seluruh penduduk di Provinsi Sumatera Selatan memiliki perlindungan akan jaminan kesehatan dengan telah terdaftar sebagai peserta aktif Program JKN,' ungkapnya.
“Dulu masih banyak lapangan kosong atau semak-semak. Biasanya warga buang hajat di sana. Mereka buang hajat di tempat sepi, tidak terlihat oleh banyak orang yang lewat,” kata Iip, salah seorang warga Tenjo, dikutip dari YouTube Liputan6 pada Sabtu (28/9).
Kondisi inilah yang membuat Dokter Budi Laksono tergerak hatinya untuk membantu menyediakan jamban-jamban praktis bagi desa yang membutuhkan. Salah satu teknologi ciptaannya adalah “jamban amfibi”, sebuah jamban sehat untuk mengatasi permasalahan masyarakat yang tidak memiliki jamban.
Berikut selengkapnya.
Berawal dari KKN
Dokter Budi lahir di Semarang pada 6 Maret 1963. Kepeduliannya terhadap jamban sehat dimulai saat ia menjalani KKN saat masih berkuliah di Universitas Diponegoro. Saat itu ia melihat banyak warga di desa tempatnya KKN di Borobudur tidak memiliki jamban. Ternyata warga itu masih beranggapan bahwa membuat jamban merupakan sesuatu yang sulit. Oleh karena itu, Dokter Budi muda menunjukkan bahwa membuat jamban merupakan sesuatu yang mudah.
“Saat itu kami bersama dengan tim KKN membuat satu jamban saja. Karena waktu itu kami tidak punya uang, jadi kami cukup membuat sampel satu saja,” kata Dokter Budi dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Pentingnya Jamban Keluarga
Pengalamannya saat KKN itu justru menjadi inspirasinya di kemudian hari. Saat sudah menjadi dokter ia ditugaskan di Kabupaten Pekalongan. Saat itu ia melihat banyak warga di sana yang terkena penyakit diare. Ia pun kemudian melakukan penelitian di sana. Ternyata kebanyakan warga di Pekalongan masih menggunakan jamban umum dalam keseharian mereka.
Berdasarkan penelitian yang ia lakukan, Dokter Budi menyimpulkan bahwa penggunaan jamban umum tidak efektif. Dibutuhkan sebuah jamban keluarga yang mudah dan murah bagi warga.
“Jadi dulu satu kampung di sana ada program pengadaan jamban umum. Setelah jadi orang sekampung itu dicatat sudah punya jamban. Padahal jamban umum itu dua sampai tiga minggu sudah rusak semuanya. Sehingga saat itu saya bilang pada warga di sana kalau jamban umum tidak bisa digunakan lagi,” kata Dokter Budi.
Masalah Seluruh Indonesia
Di samping aktivitasnya sebagai pegiat jamban sehat, Dokter Budi Laksono masih menjalani profesinya sebagai dokter di pinggiran Kota Semarang, Jawa Tengah. Ia meyakini bahwa sanitasi yang baik dapat menekan angka penyakit di masyarakat. Hal inilah yang selalu ia sosialisasikan pada para pasiennya. Dengan lingkungan yang bersih dan pola hidup sehat, masyarakat akan terhindar dari berbagai jenis penyakit.
“Saat saya tugas di Pekalongan saya melihat itu problem puskesmas kami. Saat saya melihat hal yang sama di Semarang kami menilai ini problem Jawa Tengah. Ketika kami melihat referensi ternyata ini problem seluruh Indonesia. Waktu itu kami menghitung 36 juta keluarga nggak punya WC, itu tahun 2015,” kata Dokter Budi.
WC For All
Dari fakta itu, Dokter Budi kemudian mencetuskan program bernama “WC For All”. Program itu dimulai dengan pengadaan 5.000 jamban di Semarang. Selain itu, ia juga mengembangkan berbagai inovasi jamban. Di rumahnya terdapat museum jamban yang menampilkan berbagai inovasi jamban untuk berbagai karakteristik wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, ia juga mengadakan berbagai pelatihan tentang pembuatan jamban.
“Jamban dari ujung gunung sampai ujung laut kami sudah punya modelnya. Kami juga mengadakan pelatihan bagi para warga dan relawan. Sebenarnya ilmu ini mudah saja diterapkan,” kata Dokter Budi.