Kisah Pengajar Dalang Bocah di Solo, Jadi Sarana Pendidikan Karakter Terhadap Anak
Di sana anak-anak tak hanya diajar untuk menjadi dalang, tapi yang paling penting adalah ia diajari untuk mendalami karakter wayang
Di sana anak-anak tak hanya diajar untuk menjadi dalang, tapi yang paling penting adalah ia diajari untuk mendalami karakter wayang
Kisah Pengajar Dalang Bocah di Solo, Jadi Sarana Pendidikan Karakter Terhadap Anak
Kota Solo merupakan salah satu kota yang menjadi pusat budaya Jawa. Salah satu keunikan budaya yang menonjol adalah kesenian wayang. Berbagai macam wayang ada di sana, mulai dari wayang kulit sampai wayang orang.
Dan yang tak boleh dilupakan adalah sosok dalang yang memainkan peran penting dalam kesenian itu.
-
Siapa yang mendoktrin anak-anak? Tsania Marwa merasa sedih karena merasa dijauhkan dari kedua anak kandungnya oleh Atalarik, yang mendoktrin anak-anaknya dengan pikiran negatif terhadap ibunya.
-
Bagaimana cara Banyuwangi mengajarkan anak bermain tradisional? “Esensi pendidikan adalah mewujudkan kebahagiaan. Sisi ini tak boleh diabaikan. Untuk itu, perlu anak-anak diajak bermain dan diajarkan filosofi di balik permainan tersebut. Seperti halnya kebersamaan, gotong royong dan lain sebagainya,“
-
Siapa yang mengajarkan Abah Djani membuat wayang golek? Merasa ingin mengetahui tentang wayang golek lebih dalam, ia kemudian mencari dalang-dalang yang dianggap bisa dijadikan guru. Sampai beberapa saat dirinya bertemu sosok dalang Ahim yang bertempat tinggal di Bogor. Di sana ia belajar dan mendalami tokoh pewayangan golek hingga mahir membuatnya.
-
Bagaimana karakter anak terbentuk? Kelima ciri ini mulai membentuk kepribadian anak pada masa pra-remaja, dan kombinasi dari ciri-ciri ini yang akhirnya membentuk kepribadian anak.
-
Dimana Abah Djani belajar membuat wayang golek? Merasa ingin mengetahui tentang wayang golek lebih dalam, ia kemudian mencari dalang-dalang yang dianggap bisa dijadikan guru. Sampai beberapa saat dirinya bertemu sosok dalang Ahim yang bertempat tinggal di Bogor. Di sana ia belajar dan mendalami tokoh pewayangan golek hingga mahir membuatnya.
-
Dimana anak sulung belajar jadi pemimpin? Karena menjadi yang tertua, anak sulung sering kali memiliki peluang untuk mengembangkan keterampilan kepemimpinan.
Beberapa dalang sudah dididik sejak usia dini, atau saat dia masih bocah. Di Solo ada sebuah sanggar wayang yang mengajarkan anak-anak berlatih menjadi dalang.
“Kita tidak bermaksud mencetak mereka menjadi dalang kelak. Tapi dengan belajar kesenian ini akan mendasari anak-anak untuk belajar menurut. Dia menurut karena dia suka dengan passion mereka. Ini sarana bagi kita untuk mengajari mereka budi pekerti melalui wayang,” kata Singgih, salah seorang pengajar wayang bocah, dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Di dalam pewayangan ada banya nilai-nilai yang adiluhung tentang sebuah kehidupan. Di dalamnya ada pelajaran bagaimana harus saling menghormati, bela negara, dan membentuk sebuah karakter.
“Jadi substansinya dalam pagelaran wayang dan pemahaman tentang tokoh-tokoh wayang itu adalah pemahaman karakter. Di kehidupan mendatang, jangan sampai anak-anak ini cakap dalam bermain dalang, tapi etika dan estetika dia tidak memenuhi syarat,” kata Dwi Purwanto, salah seorang pengajar Dalang Bocah.
Di dalam sekolah itu, para anak-anak dididik dengan segala macam tokoh dan cara bermain wayang. Anak-anak banyak yang antusias. Apalagi tak jarang para pengajar menyelipkan lagu pada setiap karya perjunjukan wayang yang mereka hasilkan.
Singgih mengatakan, apabila sudah menurut, anak kalau diajari akan mudah menirukan. Di sinilah proses pendidikan karakter anak terbentuk.
Togan, ayah dari sala seorang murid dalang cilik mengatakan, ia akan mendukung penuh sang anak dalam bermain wayang, bahkan sukses di dunia pedalangan.
“Kalau memang Albi anak saya bakatnya di sini, tentunya akan kita dorong semakin maju tentunya,” kata Togan dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.
Dwi Purwanto mengatakan, mengajar anak menjadi dalang adalah sebuah tantangan besar. Apalagi anak biasanya belajar kalau mood sedang baik. Kalau mood anak lagi buruk, ia biasanya akan menghentikan proses pembelajaran wayang.
“Di sini kita nggak melulu belajar memegang wayang. Secara teknik oke. Kadang-kadang kita mengajak diskusi anak. Tentang pemilihan tokoh wayang, tentang karakter wayang. Lebih baik tahu karakter wayang dulu, untuk tekniknya nanti kita menyesuaikan,” ujar Dwi Purwanto.
Salah satu dalang cilik yang belajar di sanggar wayang itu adalah Bimas. Ia mengaku paling menyukai karakter Raden Brotoseno.
“Dia jujur, bijaksana, gagah, dan lain sebagainya,” kata Bimas.
Selain Bimas, ada juga Juan. Ia paling menyukai karakter Gatotkaca, karena dikenal kuat, berani, dan bijaksana.
Sama seperti belajar hal lain, salah satu elemen penting dalam belajar dalang adalah soal kedisiplinan. Saat seorang dalang cilik sudah memegang mikrofon dan mulai memainkan wayang, dia harus memiliki kendali.