Telaga Ini Diyakini Terbentuk dari Benda Pusaka Sakti, Kini Jadi Gentongnya Karanganyar
Telaga ini juga dijuluki "gentongnya" Karanganyar mengingat peran vital akan keberadaannya
Telaga ini juga dijuluki "gentongnya" Karanganyar mengingat peran vital akan keberadaannya
Telaga Ini Diyakini Terbentuk dari Benda Pusaka Sakti, Kini Jadi Gentongnya Karanganyar
Telaga Madirda merupakan sebuah objek wisata alam berupa telaga alami yang terletak di Dusun Tlogo, Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Karanganyar. Obyek wisata itu dibuka setiap hari mulai pukul 08.00-16.00.
-
Bagaimana Telaga Madiredo terbentuk? Tak disangka-sangka, setelah pusaka sakti itu jatuh ke jurang, muncul lah telaga dengan air yang sangat jernih. Telaga tersebut kemudian diberi nama Madiredo.
-
Bagaimana Telaga Sarangan terbentuk? Menurut legenda, terbentuknya telaga ini bermula dari sepasang suami istri bernama Kyai Pasir dan Nyai Pasir yang tinggal di lereng Gunung Lawu.
-
Apa itu Telaga Sarangan? Telaga Sarangan merupakan telaga yang terbentuk secara alami pada ketinggian 1.200 meter di atas permukaan laut.
-
Mengapa Telaga Sarangan memiliki mitos yang unik? Mitos Telaga Sarangan 1. Mitos Hubungan Kekasih yang KandasBila dua sejoli yang sedang bercinta di dekat Telaga Sarangan maka mereka akan terkena radiasi gaib dari tempat tersebut yakni berupa kutukan akan kandasnya hubungan kekasih terutama bagi mereka yang belum menikah atau sedang berpacaran.
-
Apa yang membuat Telaga Madiredo istimewa? Salah satu spot wisata alam memukau di Kabupaten Malang ialah Telaga Madiredo. Danau ini juga memiliki segudang kisah menarik.
-
Bagaimana proses terbentuknya Telaga Sarangan? Namun, sekitar sumber yang menjadi arena pelampiasan kemarahan telah berubah menjadi kubangan besar. MoksaMenurut cerita yang bergulir, di kubangan besar itulah keduanya moksa, menghadap Tuhan Yang Maha Esa tanpa meninggalkan jejak.
Masyarakat setempat percaya, Telaga Madirda terbentuk dari benda pusaka sakti bernama Cupu Manik Astagina. Si empunya dapat melihat seluruh isi dunia tanpa harus mendatanginya.
Dikisahkan ada sepasang suami istri bernama Dewi Indradi dan Resi Gutama. Mereka memiliki tiga orang anak bernama Retno Anjani, Subali, dan Sugriwa. Dewi Indradi menyerahkan pusaka Cupu Manik Astagina pada Retno Anjani.Kedua saudaranya yang lain merasa iri.
Resi Gutama yang tidak menginginkan adanya perselisihan di antara ketiga anaknya akhirnya membuang benda pusaka tersebut. Secara ajaib Cupu Manik Astagina berubah menjadi sebuah telaga yang memiliki air yang sangat jernih dan tidak pernah kering.
Telaga itulah yang kini dikenal dengan nama Telaga Madirda. Area telaga ini memiliki luas sekitar 3,5 hektare.
Dilansir dari Liputan6.com, destinasi wisata ini dilengkapi sejumlah wahana dan fasilitas seperti gazebo, camping ground, spot swafoto, musala, tempat parkir, penjual makanan, dan lainnya. Untuk bisa masuk ke obyek wisata ini, wisatawan dikenakan tarif Rp15.000.
Konservasi Telaga Madirda
Keberadaan Telaga Mardida vital perannya bagi pemerintah Jawa Tengah, terutama dalam menunjang pariwisata. Pada tahun 2021 lalu, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo mengunjungi telaga itu untuk melihat potensi wisata yang ada di sana.
“Mata air ini bagus, masih tradisional. Cuma dikasih pipa dan disalurkan ke warga desa ini dan desa lain yang memanfaatkan. Kalau hari ini kita mau menanam dan mau mengonservasi hutan, semua mau menanam, maka mata air ini bisa abadi selamanya,”
Kata Ganjar Pranowo
Sementara itu Kepala Desa Berjo, Suyitno, mengatakan bahwa Telaga Madirda merupakan “gentongnya” Karanganyar. Oleh karena itu keberadaannya butuh perhatian.
“Kawasan ini masih butuh pemikiran dan perhatian bersama, baik pemerintah maupun teman-teman di Kabupaten Karanganyar. Apalagi wilayah ini merupakan gentongnya Karanganyar sehingga penanaman ini sangat kami prioritaskan. Begitu juga dengan merawatnya,” kata Suyitno dikutip dari Jatengprov.go.id.